42. Rindu

2.4K 138 5
                                    

Satu part lagi bakal ending🙈🙈

Sabar ya....

***



Perceraian adalah hal yang halal namun sangat dibenci oleh Allah. Ini bukan kehendak ku. Ini adalah jalan takdirku. Diumur kepala dua ini harus menyandang status janda.

Semua akan berlalu pada waktunya. Kemarin, Allah menakdirkan ku menikah diusia muda. Namun, dalam sekejap mata Allah menghilangkan semuanya.

Haruskah aku marah?

Haruskah aku protes?

Namun kepada siapa?

Haruskah aku menyalahkan takdir?

Tentu tidak! Semua adalah lajur yang harus ku lalui. Sedih, kecewa, sakit hati, adalah konsekuensi dari semuanya. Insyaallah aku ikhlas dengan semua ini.

Buya, Muya, Abah, dan ummi, sangat kecewa mendengar keputusan kami kala itu.


"Apa maksud kamu Kahfi?" Tanya Buya emosi membuat mas Kahfi bersimpuh di kaki Buya.

"Maaf Buya! Selama ini saya hanya mampu menyakiti hati Ning Mahreen" aku hanya menunduk tak berani mengangkat kepala.

"Apa kalian tau perceraian adalah hal yang dibenci oleh Allah?" Buya terlihat frustasi.

"Coba selesaikan masalah kalian secara baik-baik"

"Buya, Muya, Abah, ummi! Mohon maaf sebelumnya" Ucapku memberanikan diri. Semua mata tertuju pada ku.

"Khalwa mohon hargai keputusan Khalwa dan mas Kahfi! Nyatanya pernikahan kami tidak pernah baik-baik saja sejak awal. Kami sudah berusaha memperbaiki semuanya. Kami kira dengan kehadiran bayi akan mengeratkan hubungan kami. Namun tidak, bahkan calon bayi kami juga menjadi korban atas kelalaian kami. Khalwa mohon terima keputusan kami!" Aku sudah tak kuasa menahan air mata.

"Bukankah pernikahan kalian terlihat baik-baik saja selama ini? Bahkan ummi tak pernah mendengar kalian berdebat!"

"Maaf ummi!"

"Mengapa harus berpisah teh?" Kini Muya menatap ku lekat. Aku tahu ini adalah keputusan yang berat diterima oleh kedua pihak.

"Jika memang ini adalah keputusan kalian, Insyaallah kami terima!" Jawab Abah.

"Tapi Abah mohon untuk tidak menjadikan perpisahan ini sebagai pemutus tali silaturahmi"

"Terima kasih Abah sudah mengerti. Pernikahan kami diawali dengan cara baik-baik, kami memutuskan untuk berpisah juga secara baik-baik" tutur mas Kahfi.

"Nduk! Meskipun kamu bukan lagi istri Kahfi, kamu tetaplah putri ummi!" Ucap ummi memelukku.

"Terima kasih nak! Kamu sudah menjaga putri saya" ucap Buya memeluk mas Kahfi.

"Buya, bolehkah saya meminta satu hal?" Buya hanya menganggukkan kepalanya.

"Saya mohon izinkan Ning Mahreen untuk menempuh studinya. Saya yakin, ia wanita hebat yang mampu menjaga dirinya sendiri. Ning Mahreen sudah saya siapkan flat yang insyaallah nyaman dan aman,"  nyatanya mas Kahfi masih mempedulikan ku.

Buya menatapku lekat hingga akhirnya Buya memutuskan, "Iya, saya tetap ijinkan!" Aku tak menyangka jika Buya akan menerima permintaan mas Kahfi.



Aku sangat bersyukur dan berterima kasih kepadanya. Perceraian kami masih dirahasiakan oleh pihak keluarga. Meskipun aku dan mas Kahfi tidak lagi tinggal bersama.

"Mahreen" [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang