Usai sarapan aku membantu budhe mencuci piring, meskipun awalnya dilarang oleh budhe, tapi aku tetap memaksa.
"Wa! Jadi ikut ngga?"
"Emang boleh?" Jawabku.
"Yaudah kalo gamau ikut!"
"Iiiih mbak! Ikut lah, bentar mo ambil tas" ucapku setelah membilas tangan dan segera berlari ke rumah jiddah.
Untungnya semua cucian piring sudah selesai. Tapi, kakiku terhenti didepan pintu rumah pak Dhe saat menyadari sesuatu.
"Lahh kok mandek?" (Mengapa berhenti?)
"Ga jadi ikut mbak" ucapku lemas.
"Lahh kenapa?" Tanya mbak Shasa kebingungan.
Aku melanjutkan langkahku dengan lemas menuju rumah jiddah. Bisa-bisanya aku lupa jika dia datang. Ah namanya pun aku lupa.
Sungguh badanku terasa gemetar!
Bagaimana ini?
Perjalanan rumah pak Dhe ke rumah jiddah yang hanya lima langkah kurasa lebih panjang saat ini.
Ada apa dengan diriku?
Bagaimana aku bisa panas dingin seperti ini hanya akan bertemu dengan dia?
Bukankah aku masih belum mengenalnya?
Ok Mahreen Nasyauqi Khalwa simpan gugupmu, kau tak boleh mudah jatuh cinta kepadanya. Dia orang baru bagimu. Jual mahal dikit bolehlah wkwk.
"Lahh ini Khalwa akhirnya pulang" suara jiddah mengagetkan ku.
Seketika aku sadar bahwa kakiku sudah diambang pintu.
Oh tidak! Bagaimana bisa aku berjalan secara tak sadar.
Aku tersenyum pada jiddah tanpa menoleh pada dua laki-laki yang duduk di depan jiddah.
"Mbok ya di sapa Gus nya" ucap jiddah membuat ku malas.
Aku menoleh pada dua laki-laki itu. Seketika alisku bertaut. Aku merasa tak asing dengan dua laki-laki didepan ku ini.
"Apakah kita pernah bertemu sebelumnya?" Seketika ku menutup mulutku.
Bagaimana bisa aku tiba-tiba berbicara seperti itu?
"Loh piye nduk, Guse Dewe kok Ra ngerti" ucap jiddah membuat ku semakin bingung. (Gimana nak, sama Gus nya sendiri kok tidak paham)
"Perkenalkan saya Shakeil Kahfi Zuhayr. Kita memang pernah bertemu sebelumnya ketika di kantor pengurus dan ndalem" ucapnya tersenyum dan menangkupkan kedua tangannya.
Jawabannya membuat ku tak percaya.
"Ja.. jadi jenengan putranya Kiyai Ma'sum?" Tanyaku yang membuatnya tersenyum miring.
"Jadi kamu ga tau sama Gus mu sendiri Wa?" Tanya mbak Rahma di sela ketawanya.
Saat ini aku sudah berada di dapur, menyiapkan minum untuk Gus Zuhayr dan sopirnya. Mbak Rahma masih saja tertawa yang secara tak sengaja mendengar percakapan ku dengan Gus Zuhayr tadi.
"Kamu benar-benar Gatau sama Gus mu wa?"
"Tau sih mbak, cuma Gatau sama mukanya"
"Terus terus yang ketemu di kantor pengurus itu gimana? First impression mu gimana?" (Kesan pertama)
"Kantor pengurus?" Aku tak mengerti maksud dari Mbak Rahma
"Lah iya wa, tadi kan Gus nya bilang kalo pernah ketemu kamu di kantor pengurus dan ndalem"
KAMU SEDANG MEMBACA
"Mahreen" [END]
General Fiction"Saat alasan untuk bertahan pun sudah tiada bolehkah aku memilih untuk berputus asa?" Mahreen Nasyauqi Khalwa Rank #1 - Berat #1 - Ning #2 - Pesantren #1 - Lelah #3 - Ikhlas