13. Nikah Sirri?

2.2K 154 5
                                    

Hallo!

Apa kabar?

Kaget ga sama judulnya?

Setuju ngga?

Cuma pengen ngucapin selamat hari Senin 😂

Semoga hari kita selalu baik😊

Dan selamat liburan bagi yang libur🤣

Yang ga libur tetep semangat 💪

***

Di dapur sedang ramai menyiapkan acara untuk nanti malam. Ya, nanti malam keluarga Gus Zuhayr akan datang melamar.

Jujur, masih berat untuk menerima semua ini. Tapi setelah kemarin aku menumpahkan tangisku, aku sudah sedikit lebih tenang. Mungkin sesak itu masih ada, tapi setidaknya aku sudah mampu tak mengeluarkan air mata.

Sejak pagi aku merasa sedikit pusing, Muya menyuruhku untuk istirahat saja. Alhasil aku berdiam diri di sini. Aku mengerjakan soal dari Gus Zuhayr. Sudah dua hari Gus Zuhayr memberi soal secara online sebab ia ada seminar di kampusnya. Aku masih berkutat dengan beberapa kitab sebagai materi yang dibutuhkan.

"Subhanallah adekku sing paling ayu arep lamaran kok Malih lalaran" aku terkejut dengan suara mbak Shasa yang secara tiba-tiba. (Maha suci Allah adikku yang paling cantik mau lamaran tapi malah mengulang hafalan)

"Opo sih mbak!" Jawabku membereskan kitab yang menghiasi kasur. (Apa mbak?)

Mbak Shasa langsung merebahkan diri di kasur.

"Mbak sama siapa?" Tanyaku.

"Sama semuanya. Cuma bang Key menyusul nanti sore"

"Khalwa tak Salim ke Jiddah dulu!" Pamitku keluar dari kamar.

Semua keluarga sedang berkumpul diruang tengah. Jiddah, budhe Wardah, mbak Rahma, bahkan ada Tante Hilda. Tante Hilda ini istri dari ammi Ilham adik Buya.

Buya anak pertama dari empat bersaudara. Adik pertama Buya, ammi Arham kembaran dari Buya sudah meninggal. Kemudian ammi Ilham dan Tante Alifia. Tante Alifia sepertinya tidak bisa hadir. Beliau yang tinggal di Madura bersama Mbah Kakung dan Mbah Putri tidak memungkinkan untuk hadir saat ini.

"Jiddah sehat?" Tanyaku pada jiddah.

"Alhamdulillah nduk sehat. Katanya kamu ga enak badan?"

"Nggih sedikit jiddah. Alhamdulillah sudah baikan"

"Yowes istirahat wae cek engko bengi segeran" (Yasudah istirahat saja agar nanti malam lebih sehat)

"Nggih Jiddah" Aku pun pamit untuk kembali ke kamar.

Terlihat Mbak Shasa duduk di depan rak buku yang tak terlalu besar itu. Aku memilih untuk ke kasur. Aku akan mengirimkan jawabanku kepada Gus Zuhayr.

"Wa, Iki bener kitab Kabeh?" Tanya mbak Shasa. (Ini benar kitab semua?)

"Lahh sampeyan liatnya gimana mbak?" Tanya balik aku.

Sebenernya tak semua berbentuk kitab yang terpajang.

"Itu kan ada fiqh kontemporer, ada fiqh wanita juga. Itu dalam bentuk buku bukan kitab" jawabku tanpa menoleh kepadanya.

"Mahreen" [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang