32. Gaji

1.6K 133 11
                                    

Semakin dewasa, waktu berjalan sangat cepat. Tak seperti ketika aku kecil dulu. Waktu yang hanya kuhabiskan dengan belajar dan bermain terasa sangat lama bahkan menyenangkan.

Aku sempat berpikir, akankah waktu berjalan lebih cepat?

Nyatanya tidak! Itu semua hanya asumsi kita.

Saat kecil, kegiatan dan pikiran tak seberat orang dewasa. Hanya belajar dan bermain. Menikmati disetiap kegiatan yang dilakukan menjadikan waktu terasa sangat lama.

Berbeda dengan orang dewasa. Terlalu banyak kegiatan yang menuntut untuk dilakukan. Juga kegiatan yang begitu menguras pikiran, membuat kita tanpa menyadari waktu berjalan begitu cepat.

Ah! Aku rindu masa kecil.

Dimana aku hanya bertengkar dengan adik kecilku. Berebut mainan, atau hanya saling iri karena ditinggalkan.

Tak terasa, pernikahan ku dengan mas Kahfi sudah berjalan dua bulan. Itu artinya, satu bulan yang lalu pengumuman diterimanya calon mahasiswa baru universitas Al-Azhar. Tiga hari setelah pengumuman, aku dan mas Kahfi mengurus pemberkasan di Jakarta selama 3 hari.

Alhamdulillah semuanya berjalan dengan lancar.

Pemberangkatan ku masih akhir tahun nanti. Terhitung empat bulan dari sekarang. Kegiatan ku masih sama, antara Miftahul Anwar, rumah makan, dan As-Syafi'iyah. Begitu juga dengan mas Kahfi.

Disamping itu, aku juga berusaha mencari tahu mengenai sakit yang pernah diderita ku di masa lalu. Terlalu sakit untuk mengingat. Setiap kali ada bayangan kecil yang muncul, pusing dan bau anyir darah itu pasti kembali. Mimpi seorang gadis kecil dengan bocah remaja pun sering menghampiri.

Aku tak mengerti, akankah mimpi itu ada hubungannya dengan kisahku dimasa lalu.

Hari ini, kegiatan ku hanya mengontrol rumah makan setengah hari. Mas Kahfi akan menjemputku sebelum Dzuhur nanti. Karena ia juga hanya memiliki jam pagi di kampusnya.

Aku sedikit membaca laporan keuangan dari sebulan lalu. Alhamdulillah, Allah selalu memberi keberkahan. Walaupun hasilnya tak banyak, setidaknya masih bisa dinikmati.

Pengelolaan rumah makan ini juga masih belum lepas dari pantauan Muya. Setiap Minggu, aku harus melaporkan pemasukan dan pengeluaran pada Muya.

Muya memang berencana rumah makan ini akan beralih tanggung jawab kepadaku seluruhnya. Namun, aku masih belum siap. Terlebih jika beberapa bulan lagi aku harus meninggalkan rumah makan ini.

Kata Muya, meskipun aku tidak di sini. Rumah makan ini tetap harus dalam pantauan ku, sama seperti Muya saat menempuh S2 dulu.

Banyak sekali ilmu perbisnisan yang kudapat. Dari aku yang tak mengerti sedikitpun mengenai usaha hingga bisa mengolah dua resto sekaligus. Walaupun aku tahu dunia bisnis itu sangatlah kejam, tapi aku sangat senang menjalaninya.

"Assalamualaikum!" Ucap seseorang dari luar ruangan membuat ku menyelesaikan pekerjaan ku.

"Waalaikumussalam masuk!" Jawabku membereskan berkas-berkas laporan.

"Maaf Nasy, diluar ada tamu mencari kamu!" Ucap mbak Lala.

"Siapa Mbak?"

"Kurang tau!"

"Yasudah saya ke kamar mandi dulu mbak! Tamunya dipersilahkan di private room aja ya"

"Oke!" Jawabnya mengacungkan jempolnya.

Aku dan mbak Lala memang tak berbicara formal layaknya atasan dan bawahan. Nyatanya kami sama-sama. Sama-sama pengais rupiah di resto ini. Kecuali jika kami sedang bertemu dengan klien, berbicara formal hanya sebagai formalitas saja.

"Mahreen" [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang