Dua hari aku menempati ruangan bernuansa putih ini. Akhirnya dokter memperbolehkan ku untuk pulang.
Aku dan Gus Zuhayr berpisah untuk sementara sebab lima hari lagi pernikahan ku dengan Gus Zuhayr akan diresmikan. Buya menugaskan aku dan Gus Zuhayr untuk menghatamkan Al-Qur'an sebelum acara pernikahan. Juga sebagai kesibukan saat kami berpisah. Rindunya disalurkan lewat Al-Qur'an katanya.
Ya... Aku menuruti saja titah Buya. Walaupun kurasa tak akan ada rindu yang ingin bertamu.
Aku teringat percakapan ku dengan Gus Zuhayr malam itu. Lebih tepatnya malam setelah mas Afiq dan mbak Shasa berkunjung menjengukku.
"Maaf nggih dek! Saya tidak seromantis Afiq" ucap Gus Zuhayr tiba-tiba. Sepertinya ia melihat aku yang tak sengaja menonton story' wa mereka Secara bergantian.
"Apakah rumah tangga kita akan seperti mereka?" Tanyaku menatapnya.
"Pasti! Asalkan sampeyan mau bertahan bersama saya"
"Saya rasa sulit mas!"
"Jangan berkata demikian!"
"Bagaimana tidak? Terlalu banyak rahasia dipernikahan kita ini"
"Sebenarnya tidak! Sampeyan aja yang mempersulit diri sendiri!" Ucapnya enteng.
"Memang! Khalwa yang mempersulit diri sendiri. Tak bisa menerima pernikahan diusia muda! Sangat berbeda dengan mbak Shasa dan mas Afiq. Mereka memutuskan menikah karena keinginannya! Tidak seperti Khalwa! Begitu kan?" Aku sedikit mengeraskan suara didepan Gus Zuhayr.
"Sampeyan kenapa sih? Ngomongnya ngelantur gitu? Kita punya kisah sendiri dek! Tidak usah membandingkan dengan orang lain!"
"Memang Gus! Tapi kenapa harus Khalwa yang merasakannya?"
"Sampeyan meragukan takdir Allah?" Seketika aku tersadar.
"Kontrol diri sampeyan! Jangan sampai setan merasuki. Huru-hara dalam berumah tangga memanglah hal yang wajar.. mari kita lewati bersama. Saya dan sampeyan kini telah menjadi satu. Satu raga satu hati yang takkan pernah bisa pecah walau badai menghadang. Berat memang! Karena pohon yang berbuah manis akan dilempari batu dari bawah."
KAMU SEDANG MEMBACA
"Mahreen" [END]
General Fiction"Saat alasan untuk bertahan pun sudah tiada bolehkah aku memilih untuk berputus asa?" Mahreen Nasyauqi Khalwa Rank #1 - Berat #1 - Ning #2 - Pesantren #1 - Lelah #3 - Ikhlas