20. Sunan Ampel

1.8K 131 3
                                    

Dua jam berada di ruangan panas membuat ku cukup merasa lelah. Padahal dalam ruangan tersebut ada tiga AC yang terpasang. Tapi tak menghalangi keringat ku untuk membasahi baju.

Sekarang aku mengerti mengapa Gus Zuhayr menekan aku dalam bimbingan kemarin. Nyatanya sangat bermanfaat di hari ini.

Perjuanganku belum selesai hari ini. Masih ada esok yang ku yakini akan lebih menegangkan daripada hari ini. Hari ini hanya mengerjakan soal. Sedangkan besok akan wawancara juga tes hafalan. Aku sedang haid, tidak mungkin memurajaah semaksimal mungkin.

Diperbolehkan seorang wanita mengulang hafalannya ketika haid dengan niat tidak membaca Al-Qur'an seperti diniatkan berdzikir atau berdoa.

Saat ini aku berjalan menuju kantin, Gus Zuhayr menunggu ku disana.

"Assalamualaikum!" Ucapku menarik kursi di depan Gus Zuhayr.

Tak ada jawaban darinya. Gus Zuhayr sibuk memandang Kopinya. Entah sudah berapa gelas yang ia habiskan selama lebih dua jam disini. Kotak rokoknya pun sudah tinggal dua batang. Wajahnya terlihat sangat kusut.

Aku yang merasakan pusing memilih menggeletakkan kepala di meja.

"Astaghfirullah!" Pekiknya saat merasakan pergerakan di meja. Aku masih bertahan diposisi ku.

"YaAllah Ning! Mbok ya dateng itu salam bukan malah ndlosor"

"Sudah salam tadi tapi ga ada yang jawab" ucapku memejamkan mata.

"Masa?" Tanyanya tak percaya membuat ku duduk tegap.

"Jenengan kenapa?" Tanyaku menyelidik.

"Saya pesan makanan, sampeyan makan juga ya!" Ucapnya hendak berdiri tapi aku berhasil mencegah.

"Jangan mengalihkan pembicaraan!" Ucap ku tegas.

"Nggih, makan dulu tapi. Saya belum makan dari tadi" ah rasanya greget!

Bagaimana bisa dua jam lebih disini tapi belum makan juga?

"Dari tadi ga pingin makan. Ngeliat sampeyan jadi malah lapar" candanya melihat ekspresi ku yang akan mengomelinya.

"Dikira Khalwa ini makanan apa? Bisa bikin orang laper!"

"Haha becanda! Udah udah mau pesen apa?" Tanyanya.

"Jeruk anget"

"Makannya?" Aku menggelengkan kepala.

"Saya pilihkan atau pilih sendiri?" Ucapnya menyodorkan menu makanan.

"Nasi pecel" jawabku malas.

Gus Zuhayr pergi memesan makanan. Sebenarnya aku malas sekali untuk makan. Yang ku inginkan segera kembali ke penginapan dan tidur. Ah akan terasa nikmat sepertinya.

"Capek ya? Gimana tadi?" Tanyanya menyodorkan segelas jeruk hangat kemudian duduk di samping ku.

Aku menyesapnya kemudian menganggukkan kepala sebagai jawaban. Tangan Gus Zuhayr bergerak mengambil rokok yang ada di tempatnya tadi. Refleks aku menepuk tangannya.

"Aw! Kebiasaan ih Ning make mukul!" Ia meringis merasakan pukulan ku. Aku tak sengaja mengeraskannya.

"Hehe maaf Gus refleks! Lagian jenengan rokok sama kopi terus! Perasaan belum sehari udah mau habis satu pack aja!" Gus Zuhayr mengurungkan tangannya untuk mengambil kotak rokoknya. Ia diam tak menjawab apapun.

"Saya ga masalah jenengan ngerokok sama ngopi tapi jangan berlebihan! Kalo emang lagi ada masalah atau banyak pikiran jangan dilampiaskan sam...." Cup! Gus Zuhayr mencium pipiku memotong pembicaraan ku.

"Mahreen" [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang