Terik panas sang Surya tak terhalau awan sedikit pun. Hal ini tak menghambat kegiatan masyarakat. Aktivitas kota berjalan sebagaimana biasanya. Kendaraan berlalu-lalang, salip-menyalip tanpa henti.
Saat ini aku sudah perjalanan pulang. Tes tadi berjalan lancar. Gus Zuhayr sengaja izin kepada panitia untuk memberiku nomor awal dikarenakan keadaan ku yang kurang membaik.
Sepulang dari tes, aku mengajak Gus Zuhayr untuk langsung pulang tanpa menginap lagi. Awalnya ia menolak, tapi aku mampu meyakinkan jika keadaan ku sudah baik-baik saja.
Sebelum pulang aku juga meminta untuk mampir ke pondok Arsyad. Kebetulan hari ini hari Minggu, itu artinya kegiatan pondok akan libur. Oleh karena itu aku memaksa Gus Zuhayr untuk langsung pulang.
Diperjalanan tadi aku sempat membelikan makanan kesukaannya. Ah sungguh tak sabar bertemu dengannya.
Di halaman asrama pondok pesantren banyak kendaraan terparkir rapi. Para santri dengan keluarganya menggelar karpet di sepanjang koridor kelas.
Aku turun dari mobil bersama Gus Zuhayr yang membawa sekantong plastik makanan kesukaan Arsyad. Ada rengginang, rempeyek, juga beberapa makanan yang Gus Zuhayr beli di sunan Ampel kemarin.
Aku melangkah ke pos pengurus, setiap santri yang dikunjungi diwajibkan untuk lapor.
"Assalamualaikum.. kami wali dari Mateen Alghani Arsyad kelas 2 Aliyah" ucap Gus Zuhayr pada dua santri yang sedang bertugas.
"Teteh!" Seketika aku menoleh.
Terlihat dari belakang dua santri itu laki-laki remaja berdiri dengan tersenyum. Kemudian ia berbisik pada kedua temannya dan menghampiri ku, menyalami, kemudian memeluknya. Tingginya yang sudah melebihi tinggiku membuat ku sedikit sulit menggapainya.
"Btw ini kresek isinya makanan buat aku kan ya!" Ucapnya hendak merampas kresek di genggaman ku. Namun berhasil ku halau.
"Semprul! Mbok ya mbaknya Dateng ditanyain kabar. Malah dipalakin jajan!"
"Heheh aku tau teteh baik-baik saja. Kalo lagi ga baik ga kira nyampe sini kan"
"Siapa bilang! Orang teteh lagi ga enak badan!"
"Sudah-sudah ayo kita cari tempat duduk. Ga enak diliat orang kalo disini" lerai Gus Zuhayr kemudian berjalan didepan kami.
"Teteh kesini berdua sama dia?" Bisiknya. Aku mengangguk.
"Kok bisa?" Tanyanya heran.
"Menurut mu bagaimana bisa?"
"Banyak kemungkinan sih! Teteh ada urusan sama dia masalah pondok?"
"Kok kamu tahu kalo dia Gus nya teteh di pondok?"
"Aku mah tau... Yang Gatau itu teteh!"
"Yaya terserah. Tapi bukan itu alasannya"
"Terus? Teteh lomba keluar kota ya?"
"Ikut lomba apaan? Orang teteh udah boyong!" Jawabku, sedangkan Arsyad menggaruk kepalanya tak gatal.
"Oiya lupa kemarin Muya bilang. Tapi.. emm ga mungkin kan teteh ada urusan di luar kota terus ditemenin dia?"
"Memang itu alasannya"
"Hah? Berdua doang?" Aku mengangguk.
"Bagaimana bisa?"
"Kamu ya nanya ga selesai dari tadi" jawabku kemudian duduk. Gus Zuhayr memilih sebuah kantin yang sedang buka.
"Abisnya teteh cerita ga lengkap!" Ucapnya ikut duduk di samping ku. Sedangkan Gus Zuhayr duduk di seberang kami.
"Okey! Gus Zuhayr ini kakak ipar kamu!" Seketika membuat Arsyad melongo cengoh.
KAMU SEDANG MEMBACA
"Mahreen" [END]
General Fiction"Saat alasan untuk bertahan pun sudah tiada bolehkah aku memilih untuk berputus asa?" Mahreen Nasyauqi Khalwa Rank #1 - Berat #1 - Ning #2 - Pesantren #1 - Lelah #3 - Ikhlas