19. Cepet Sembuh?

1.9K 140 8
                                    

Di tengah keramaian kendaraan melaju. Bergantian membelah gelapnya malam. Gemerlap cahaya bumi menyaingi sinar rembulan malam hari. Deru mesin kesana-kemari tak menjadikan malam ini sunyi.

Pukul delapan malam mobil Gus Zuhayr keluar dari As-Syafi'iyah. Lantunan shalawat kini menemani sepanjang perjalanan kami. Perjalanan menuju Surabaya akan menghabiskan waktu sekitar lima jam. Itu artinya kami akan tiba dini hari nanti.

Gus Zuhayr berhenti di salah satu mini market pinggir jalan sebelum masuk jalan tol.

"Jenengan butuh sesuatu?"

"Iya, mau beli kopi. Sampeyan butuh sesuatu?"

"Mboten!" Jawabku.

Gus Zuhayr keluar dan aku memilih menunggunya di mobil. Tak butuh waktu lama, Gus Zuhayr membawa sekantong plastik belanjaan yang isinya entah apa saja.

"Ini!" Gus Zuhayr menyodorkan plastik itu kepada ku.

"Banyak banget Gus?"

"Kali aja sampeyan mau nyemil" ucapnya membuka botol kopi yang di beli.

"Tapi kan ini banyak banget!"

"Ya gapapa Ning" jawabnya kemudian membenarkan posisi duduknya lalu melajukan mobil kembali.

Aku membuka plastik yang dibawa Gus Zuhayr, mengecek apa saja yang dibelinya. Tiga botol kopi, satu botol besar air mineral, dan lima Snack berukuran besar.

Aku membuka salah satu Snack, "Jenengan mau?" Tawarku.

"Aaa" ucapnya membuka mulut.

"Makan sendiri!" Ucapku menyodorkan makanan ringan itu ke dekat tangannya.

"Kan lagi nyetir Ning!" Protesnya.

Aku tahu itu hanya alasannya, namun aku menerima permintaannya. Setidaknya sebagai usaha untuk memperbaiki hubungan.

"Sampeyan ga tidur?" Tanyanya melihat ku yang masih terjaga di pukul sebelas malam.

"Kasian jenengan nanti ngantuk kalo Khalwa tidur" jawabku.

"Saya Gapapa Ning! Lebih baik sampeyan istirahat. Awas ngantuk pas ngerjain soal besok"

"Nggih! Khalwa tidur"

"Cah pinter!" Ucapnya mengusap kepalaku. Mata yang memang sudah sepet ini tak butuh waktu lama untuk memejamkannya.

***

"Mahreen!" Sayup-sayup ku mendengar panggilan namaku. Aku juga mendapatkan tepukan kecil di pipi. Dengan sangat malas aku membuka mata. Saat terbuka, wajah segar Gus Zuhayr yang pertama kali kulihat. Ia tersenyum begitu manis.

"Jam berapa Gus?" Tanyaku masih mengumpulkan nyawa.

"Jam 5..." Seketika aku terduduk melihat sekitar kamar. Bukan kamarku ini! Oiya kan aku lagi di Surabaya. Ataukah ini dipenginapan?.

"Kita dimana?"

"Di Surabaya"

"Nggih ngertos, kan yang di maksud Khalwa tempatnya Gus!"

"Di kamar" ucapnya santai membuat ku greget saja!.

"Dahlaaa capek... Khalwa mandi aja" cukup lima belas menit di dalam kamar mandi, aku pun keluar dengan gamis hitam putih dengan kerudung instan.

Gus Zuhayr terlihat berkutat dengan laptopnya. Tak ingin mengganggu, aku memoles wajah dengan sedikit krim dan bedak bayi. Mengoles bibir dengan liptin berwarna soft agar sedikit terlihat fresh.

"Mahreen" [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang