36. Manajer baru

1.7K 121 7
                                    

Tak selamanya dalam hidup kita selalu tersenyum apalagi tertawa. Ada kalanya kita bersedih bahkan menangis untuk kembali bisa bahagia.

Hidup tak selalu tentang kebahagiaan. Tapi hidup adalah tentang siapa yang mampu berusaha untuk bahagia.

Aku sadar, selama dua puluh tahun ini Allah sudah banyak memberiku nikmat. Lantas mengapa aku mengeluh hanya diberi sedikit ujian?

Ujiannya yang sangat berat atau aku yang terlalu lemah?

Nyatanya bukan! Aku yang tak tau bersyukur dengan setiap keadaan ku.

Aku tak pernah merasa puas dengan keadaan yang ku rasakan. Padahal apa yang masih ku inginkan? Sejak kecil aku tak pernah kekurangan kasih sayang, aku tak pernah kekurangan kebutuhan finansial. Bahkan aku hampir tak pernah merasakan kesedihan.

Hingga sekarang Allah menjodohkan ku dengan laki-laki yang sangat baik. Bibit, bebet, bobotnya tak perlu diragukan lagi. Ia juga menyayangi ku sangat sangat tulus. Namun, akankah aku bersyukur akan semua itu?

Nyatanya kamu orang yang kufur nikmat Khalwa!

"Kenapa kamu nangis?" Tiba-tiba seseorang menghampiri ku. Aku memang sedang sendiri gazebo taman asrama. Tak banyak santri yang berkeliaran hari ini. Karena sebagian besar dari mereka sedang bersekolah. Aku segera menghapus air mata ku.

"Engga! Aku ga nangis!" Dalihku sedikit parau.

"Sejak kepulangan mu, kamu terlihat murung Sya!" Akankah begitu terlihat?

"Aku baik-baik saja Sa!" Ucapku meyakinkannya.

"Aku harap selalu seperti itu!" Ucapnya memelukku. Dia memang sahabat terbaikku. Ia selalu mengerti keadaanku. Ia juga tak pernah menuntut ku untuk menceritakan semua masalahku. Namun ia selalu mencoba untuk menghiburku. Aku beruntung bertemu dengannya.

"Tadi Gus Zuhayr mencarimu!" Ucapnya melepas pelukannya. Aku enggan untuk meresponnya.

"Gus Zuhayr nampak khawatir sekali!" Lanjutnya. Aku masih diam.

"Beliau sangat menyayangimu!" Ucapnya membuat ku tersenyum tipis.

"Aku bersyukur, sangat bersyukur, kalian berjodoh. Kalian adalah pasangan yang serasi. Aku yakin, Gus Zuhayr akan sangat bahagia memiliki kamu Sya!" Ucapnya. Ingin aku berucap bahwa semua itu salah. Bahkan aku tak bisa membahagiakan mas Kahfi hingga saat ini.

"Aku yang beruntung berjodoh dengannya Sa!" Ucapku tersenyum.

"Beliau terlalu sempurna untukku" ucapku menunduk.

"Aku ga nyangka Lo Sya, dulu kamu cuek banget kalo aku cerita Gus Zuhayr. Aku yang tergila-gila eh kamu malah yang mendapatkannya!" Ucapnya tertawa.

"Takdir baik berpihak padaku Sa!" Candaku, walaupun aku masih tak yakin. Akankah berjodoh dengan mas Kahfi adalah takdir baikku? Atau aku dan mas Kahfi benar-benar berjodoh?

Kenyataan bahwa mas Kahfi masih mencintai Laila membuat ku semakin merasa rendah diri. Aku tak sedewasa bahkan sebaik Laila. Aku tak mampu memberikan kebahagiaan bagi mas Kahfi. Aku terlalu rendah untuk menggapainya yang begitu tinggi.

Nyatanya ikatan pernikahan ku tak menjamin akan menjadikan takdir indah terus kedepan. Rumah tangga ku tak pernah baik-baik saja sejak awal. Aku yakin semua akan berakhir. Namun aku masih belum siap untuk menghadapinya.

Akankah kisahku akan berakhir bahagia bersamanya?

Atau malah hubungan pernikahan ini akan kandas secara tiba-tiba?

Nyatanya aku tak pernah tahu apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang.

"Tuh kan kamu ngelamun! Ngelamunin apa sih Ning?"

"Mahreen" [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang