17. Papah

1.7K 115 33
                                    

Jangan lupa untuk selalu tersenyum dan berbuat baik.
Vote dan komen juga yaa..

Selamat membaca.










Dulu aku pikir... semua akan lebih mudah ketika kita sudah dewasa, ternyata.. semua lebih mudah disaat kita masih balita.
Harris Vriza - 2021















Papah. Hampir 5 tahun panggilan ini yang selalu kurindukan. Meskipun kehadiran beliau tidak nampak, ia akan selalu ada di hati untuk selamanya.

Menggantikan peran beliau menjadi kepala keluarga membuatku merasakan tanggung jawab yang besar. Membantu Mamah untuk mengurus kedua adikku, menjadi tameng ketika orang di luar sana memandang sebelah mata keluargaku.

Apapun akan aku lakukan untuk keluargaku. Mereka yang selalu mendoakanku, mendukungku, menghargaiku, menghiburku dan paling mengerti aku. Tanpa mereka aku tidak bisa seperti sekarang.

Aku bersyukur. Takdir Allah luar biasa hebat. Aku dipertemukan dengan wanita yang sangat menerimaku apa adanya, ia yang selalu mendukung apapun yang kulakukan, ia yang selalu ada kapanpun aku membutuhkannya.

Karna ia, sekarang aku bisa kembali memanggil Papah. Menjadi Papah keduaku yang sudah ku anggap seperti Papah kandungku sendiri.

Dibalik sosoknya yang tegas, beliau ternyata humoris dan ceria sama seperti putri bungsunya. Meskipun belum bertemu langsung, beliau welcome padaku menyapa dengan hangat dengan senyumnya yang lebar.

Terima kasih untuk wanita-ku. Ria Yunita. Walaupun aku dan Papahnya hanya berkomunikasi lewat video call karna beliau sedang di Batam, ia membuatku merasakan kembali kasih sayang seorang ayah.

***


"Sayang, Papah mau ngomong nih."kata Ricis sambil memberi handphone-nya pada Harris.

"Assalamualaikum Pah."sapa Harris.
"Waalaikumsalam mantu gantengnya Papah. Eh, kamu lagi makan ya?"
"Iya numpang makan Pah biasa. Hehe. Papah udah makan?"
"Papah mah kalo makan itu nomer 1 udah dari tadi."
Harris tertawa.

"Kamu syuting hari ini Is?"
"Syuting Pah sekitar 3 jam lagi kayaknya."
"Loh masih lama dong. Kenapa ga dipake buat istirahat aja? Kamu pulang subuh kan."
"Iyaa kayak biasa balik subuh. Anak bontotnya Papah tuh kangen terus katanya."kata Harris melirik ke Ricis.

"Ih apaan sih kamu ngibul."samber Ricis.
"Jangan gengsi kalo depan Papah, ngaku aja sih yang."goda Harris.

Ricis merengut sebal.

"Bucin dia ya Is."kata Papah tertawa.
"Parah Pah kalo bucin ngelebihin Ais. Telfon ga diangkat sekali aja ngomelnya berjam-jam Pah, mangkanya handphone Ais taro di kantong celana terus meskipun lagi syuting. Nih kayak gini juga ni Pah, selesai makan langsung ditarik ke sofa mau lendot-lendotan dia."adu Harris.

"Terus aja yang terus aduin ke Papah. Semuanya kalo perlu bongkar semuanya!"bete Ricis.
"Tuh Pah anaknya ngambekan mulu." Harris tertawa.

"Adek, kayaknya kamu ga begini ya sama yang dulu tuh. Sama Ais lebih apa adanya lebih ceria lebih bucin dan ga dibuat-buat kalo romantis."
"Papah jangan bahas masa lalu. Mantu Papah yang disebelah aku nih cemburuan anaknya."
"Nah bagus dong kalo cemburuan tandanya sayang sama kamu."
"Tuh yang dengerin jangan malah marah-marah. Kan wajar ya Pah?"kata Harris.
"Wajar dong. Lagi Ais kalo cerita ke Papah cemburunya ga berlebihan ga ngekang kamu kayak yang sebelumnya tuh."kompor Papah sambil tertawa.

Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang