61. Sensitif Pt.2

1.5K 139 42
                                    

WARNING ALERT!!

1. JANGAN BAPER
2. JANGAN SANGKUTPAUTKAN KE RL
3. JANGAN SEBUT "MERK" DI KOLOM KOMENTAR (CUKUP AKU AJA YG SEBUT DI STORY KALIAN GAUSAH)
4. STORY INI HANYA MELUAPKAN EMOSI SESAATKU AJA.
5. BALIK KE NO-2.
6. JUST FICTION.






Jangan lupa untuk selalu tersenyum dan berbuat baik.

Bismillah. Be positive guys.
Semangat!!

Selamat membaca.



















Dia (Harris) terlalu baik dimataku yang tidak bisa orang semua lihat. Aku marah dan langsung turun tangan jika ada yang membencinya.

Ria Ricis - 2020

Serendah-rendahnya manusia adalah mereka yang merendahkan sesamanya.

Harris Vriza - 2020





















Jantung Ricis berdegup kencang. Kenapa tiba-tiba perasaannya tidak enak? Atau hanya ia terlalu excited? Ya. Mungkin sepertinya ia hanya terlalu bahagia. Ya. Pikirannya harus positif untuk saat ini.

Tetapi entah kenapa bayangan Harris sering muncul saat ia sedang melakukan hal apapun. Pertanda apa sebenarnya?

Ia masih membalas pesannya dan sepertinya memang tidak ada masalah apapun. Ia masih menyebalkan seperti biasa.

"Feeling aku gaenak."
"Sayang, kamu okay?"
"Gaada masalah apapun kan?"







Ricis mengiriminya pesan. Kalau Harris tidak membalas pesannya akan ia hubungi Lintar.

Oke. Saatnya Ricis tetap berpikiran positif dan kembali dengan self healing-nya bersama Tim.

"Sayang. Semoga kamu gapapa ya."ucapnya dalam hati.










Ditempat berbeda, lebih tepatnya di dalam mobil. Harris memejamkan matanya bersender di jok belakang mobilnya. Sengaja ia meminta Lintar untuk masuk duluan ke basecamp.

Kenapa perasaan sensitif Ricis waktu itu berbalik padanya? Kenapa ia kembali merasakan rasa sakit di hatinya dengan ucapan orang terdekatnya? Seakan tombak menghantam jantungnya berkali-kali. Sesakit inikah? Ia biasanya tidak seperti ini. Ia menganggap semua ucapan "mereka" angin lalu.

Tetapi kenapa candaan "mereka" seperti sudah diluar batas? Rasanya ingin melupakan namun entah kenapa selalu terngiang di pikirannya.





"Ada apa dengan dirinya saat ini?"
"Ya Allah. Sekuat-kuatnya aku menahan tapi inikah akhir dari rasa kuatku selama ini?"
"Ya Allah. Maaf, aku lemah saat ini."








Masih memejamkan mata, air mata Harris perlahan menetes.























Lintar menatap khawatir Harris. Sengaja ia menunggu di luar basecamp takut Bos-nya itu membutuhkan sesuatu.

Sejak kepulangan mereka dari menjenguk anak dari temannya di salah satu rumah sakit,
Harris tidak berbicara. Ia hanya mengangguk dan menggeleng ketika ditanya. Dan ekspresi wajahnya sangat datar. Lintar pun enggan untuk bertanya lebih. Dihibur juga tidak menunjukkan respon, ia hanya memandang ke arah jendela. Alhasil sepanjang perjalanan menuju ke lokasi, mobil hanya diisi keheningan. Tanpa musik yang selalu mengiringi.


Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang