Intermezzo Pt. 9

1K 98 23
                                    

Sebenernya tambahan story sebelumnya sih. Hehe.
Gapapa ya :p

Selamat membaca.











"Kasih handphone kamu ke Ady!"
"Sayang. Kasih buru!"

Harris pasrah. Ia memberikan handphone-nya pada Ady yang  sedang duduk di sebelahnya.

Melirik Harris dengan tatapan memelasnya, jujur Ady merasa kasihan namun ingin tertawa juga.

Tanpa suara Harris mengatakan," tolongin gua Dy." Ady menunjukkan ibu jarinya.

"Kenape sih Bu? Masih pagi udah nyariin gue aja. Laki lu cemburu aja."kata Ady.
"Gue ada urusannya sama lu."ketusnya.

"Galak banget Cis. Santai-santai. Oke, kenapa Cis?"
"Harris deketin cewek yang mana di lamaran Billar sama Dede kemaren?"

Ady terkekeh. Bisa-bisanya Ricis tahu soal hal ini. Siapa mata-matanya?

"Dy, jangan ketawa! Kasih tau gue buruan."
"Ya Allah Cis. Harris nempelnya sama kita-kita doang, groomsman. Dia nyapa petinggi-petinggi disini selebihnya sama kita. Paling kalo sama bridesmaid-nya, dia sekedar say hai aja. Kan ada temennya dia juga."

Ricis memicingkan matanya, ia merasa masih ada yang disembunyikan darinya.





"Jangan mentang-mentang lu sahabatnya ya Dy, lu belain dia."sahut Ricis.
"Ga gitu lah. Lu kan sahabat gue juga yakali gue adu domba kalian. Lu kan tau gue gimana Cis."

Di meja sebrang, Harris menatap Ady dengan khawatir.

Dengan tatapan selidik, Ricis menatap curiga Ady.
"Dy, kalo lu boong gue sebarin semuanya termasuk soal cewek."ancam Ricis dengan smirk-nya.

"Ya Allah. Lu mah ancemannya gitu Cis. Gaasik ah."
Ricis mengedikkan bahunya tidak peduli.

"Ris, kacau bini lu nih. Ngancemnya rahasia negara."






Sejujurnya kemarin saat lamaran Billar dan Lesti, Harris hanya menyapa teman wanita yang memang ia kenal. Hanya sekedar berbasa basi. Seterusnya, ia berkumpul dengan semua groomsman.

Salah satu temannya memang kalau sedang bercanda terkadang tidak mengerti situasi dan kondisi. Jadilah ia di gosipkan ini itu.

Mata-mata Ricis memang tidak bisa diragukan lagi.

"Nih ya Cis, gue jujur nih dari apa yang gue liat ya."
"Harris nyamperin salah satu temen ceweknya. Tapi itupun cuma sebentar. Taulah gimana image Harris kalo didepan temen-temen cowoknya, si fuckboy. Jadilah rame mereka bilang ini itu. Mereka juga kan belum tau juga hubungan lu sama Harris. Ya di cengcengin dia. "

"Tenang Cis. Silahturahmi doang itu. Gaada apa-apa. Gue kenal Harris udah lama. Dia mah kalo udah satu ya satu. Setia dia Cis."







Ricis terlihat berpikir." Bener Dy?"

"Iyee. Gue jamin Cis. Lagi lu tumben banget begini biasanya percaya aja. Lagi pms lu ya?"

Mengabaikan pertanyaan Ady, ia segera berterimakasih atas infonya dan meminta tolong agar handphone-nya diberikan lagi pada Harris.








"Sayang. Maafin aku ya."sesalnya.

"Iya gapapa. Aku tau kamu lagi sensitif jadi gampang ke distract banyak hal kecil, kayak gini contohnya."
"Jadi udah percaya atau belum?"

Ricis mengangguk." Aku kayak anak kecil ya. Maaf ya yang."
"Masih mau ke rumah aku kan?"

"Masih dong sayang."
"Kamu ga marah?"

"Mana bisa aku marah sama kamu. Aku tau kamu gimana."
Ricis tersenyum gemas.






***






"Yang, aku punya info ter-update soal anuannya Ady. Nanti kita ghibahin ya."ucap Ricis.

Harris terkekeh." Dy, lu mau diomongin nih sama Ria Ricis. Soal gebetan lu."

Ady langsung mendekat pada Harris dan memunculkan diri di layar kamera handphone-nya.

"Cis, kok lu ngasih tau Harris sih?"eluhnya.
"Dia kan laki gue. Apa aja gue ceritain sama dia termasuk lu. Hahaha."
"Haish. Pasangan bucin nyebelin emang."






Sambil menggerutu Ady mengalungkan lengannya pada leher Harris.

"Ih laki gue jangan di cekek gitu."
"Ih Ady!! Kaga gue kasih tau lu bocorannya apa."

"Apa Cis apa? Kasih tau gue!"
Ricis tertawa." Lu bucin juga ternyata ya Dy."

"Karna rahasia negara jadi cukup gue dan Abang yang tau. Ya kan sayang?"
"Bener. Liat nih yang nanti nih dia bakal ngerayu aku terus nyogok." Harris terkekeh geli.

"Biarin aja yang biar dia kepo. Udahan dulu ya sayang aku mau mandi. Dah Ady, selamat berkepo-kepo yah."
"Dadah sayang. See you."

Harris tertawa cekikikan." Sabar ya bro."

"Barusan kan gue bantuin lu, gantian lah Ris."pinta Ady.
"Sabar Dy. Kalo udah pasti gue kasih tau ya." Harris melenggang pergi.
















Maafkan intermezzo tergajelaskuu..
Maaf yaa..
Makasi yang udah baca.

Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang