Kuda.

1.1K 112 13
                                    

Bonus buat kalian..
Bismillah. Be positive guys.

Selamat membaca.






















Insiden Ricis terjatuh dari kuda saat berlatih tadi pagi membuat Harris gusar seharian ini. Meskipun ia bilang tidak apa-apa tetap saja siapapun yang melihat video tersebut ikut merasakan sakit.

"Kamu yang ngajarin Vazo tapi malah kamu yang jatoh. Ya Allah yang kamu lagi kenapa? Masih sempet-sempetnya ketawa lagi. Bodo amat kalo malu, kamu juga biasanya gatau malu. Sekarang jujur sama aku, sakit kan? Badan kamu pada sakit kan yang?"

"Engga. Aku gapapa. Buktinya aku bisa lanjut shopping sama anak-anak tadi."

"Aku gapercaya. Jujur sayang. Hm? Apa yang kamu rasain sekarang?"tanya Harris melembut.

Ricis menghela nafas dan mengakui apa yang ia rasakan saat ini.

"Badanku mulai pada sakit, aku mulai demam sama kepalaku pusing."keluh Ricis.
"Ya Allah. Tuh kan apa aku bilang, jujur dari awal biar kamu ga maksain buat kesana kesini dulu. Kenapa sih gamau dengerin aku."

"Jangan marah-marah. Jangan ngomelin aku."sedih Ricis.

Sepertinya Harris memang menjadi kelepasan saat berucap saking ia mengkhawatirkan Ricis. Meskipun nadanya tetap lembut namun terkesan dingin dan membuat Ricis takut.

"Ya Allah maaf sayang. Maafin aku ya aku ga bermaksud marahin kamu. Maafin aku ya. Sekarang kamu mau gimana? Mau diurut? Atau mau kerumah sakit? Ayo aku anter sekarang. Hm?"

Ricis menggeleng dan tiba-tiba air matanya menetes. Ia kembali menjadi cengeng kalau Harris memperhatikannya seperti ini.

"Sayang. Sakit banget ya? Ayo ke rumah sakit, aku anterin ya. Jangan nangis kamu makin sakit nanti."bujuk Harris.
"Gamau."rengek Ricis.
"Oke. Kamu maunya apa? Aku bakal turutin."
"Mau kamu. Mau ketemu kamu."

"Oke. Aku otw sekarang. Tunggu aku ya."
Ricis mengangguk.
"Aku tutup dulu ya. See you sayang."












Panggilan video itu dimatikan dan Harris langsung menuju rumah Ricis dengan membawa sendiri BMW-nya.






Beberapa menit kemudian Harris sampai dan bertemu Angga, security Komplek Perumahan Ricis. Karna sudah di amanahi Ricis jadi ia menyuruh Harris untuk langsung masuk saja.

"Sayaaanggg."rengek Ricis.





Panggilan tersebut sontak membuat Harris yang sedang menghubungi Ady langsung menengok dan mengakhiri telfonnya.

Ricis langsung menghampiri Harris yang masih berdiri dekat pintu kulkasnya.

"Masih pusing? Masih demam? Mau ke rumah sakit aja? Ayo aku anter."kata Harris sambil mengajak Ricis duduk di sofanya.
"Engga usah yang. Kamu disini aja aku udah seneng. Makasi ya."

Memeriksa dahi Ricis memastikan kalau demamnya sudah turun.

"Masih demam kamu yang. Udah minum obat belum?"tanya Harris.
"Udah. Belum bereaksi kayaknya."
"Kalo masih demam ke dokter ya. Masih pusing kepalanya?"

Ricis mengangguk.

Ditarik pelan tangan Ricis dan membiarkan ia beristirahat di paha Harris yang beralaskan bantal. Lalu ia pijat kepalanya.

Action speak louder than words.











"Syuting kamu gimana?"tanya Ricis memejamkan matanya.
"Aman. Ada Ady yang bantu handle. Yang penting jangan terlalu lama katanya."
"Maaf ganggu syuting kamu."
"Gapapa sayang. Masih waktu break kok. Yang penting kamu dulu."

Ricis kembali memposisikan dirinya duduk dan menghadap Harris. Merapihkan rambutnya yang berantakan karna terburu-buru untuk kesini. Lalu memegang tangan Harris dan menggumamkan kata terimakasih.

Balik menggenggam tangannya dan menatap matanya, Harris berpesan pada Ricis.

"Sayang. Aku tau kamu itu wanita kuat, wanita pemberani. Tapi bukan berarti kamu harus terlihat kuat terus. Oke, kalo di depan fans kamu mungkin kamu harus terlihat gapapa. Tapi di aku, kamu harus nunjukkin sisi lemah kamu. Mau kamu abis digigit semut pun bilang ke aku, meskipun sakitnya ga seberapa tapi aku bersyukur kamu ga pura-pura kuat."

"Alangkah lebih baiknya kamu nunjukkin sisi lemah kamu ke aku supaya aku bisa ngelengkapin kamu. Dan begitupun sebaliknya."

"Wanita kuat itu wanita yang bisa menunjukkan semua sisi lemahnya pada orang-orang terdekatnya maupun orang-orang yang ia sayangi. Tapi tetap dengan aturan dimana ia bisa memprotect dirinya sendiri dengan caranya sendiri."

"Kamu wanita kuat sayang. Tenang aja mau kayak gimanapun kamu, aku gabakal "kabur" kok."kata Harris sambil mengelus pipi Ricis.

Ricis tersenyum. Bersyukur karna Harris selalu berhasil menenangkannya di situasi dan kondisi apapun.

Terimakasih sayang.


























Itu hanya persepsiku yah..

Makasi yang udah baca.
Luvluv..

Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang