Gue pikir bakal ada acara masuk hutan lagi terus dikepung sama para bandit kek waktu itu, harus maen pedang-pedangan yang jujur masih suka bikin gue merinding kalo inget. Atau mungkin bakalan masuk aer terjun lagi terus keluar di dalem loker atau mungkin closet sekalian.
Tapi, bagusnya sih kaga.
Setelah beberapa hari ngadain rapat sama perdana menterinya dan minta saran baik sama yang 'katanya' bisa berkomunikasi sama para leluhur. Akhitnya kita berdua inipun berangkat dari halaman kerajaan, lebih tepatnya dari taman yang biasa jadi markas gue duduk-duduk sama Andreas pas menjelang sore.
Biasalah, cerita-cerita gak jelas gitu atau sekedar nikmatin udara seger sekitaran. Gimana ya, semenjak hamidun juga gue gak bisa diem sebenernya, meskipun bawaannya tuh capek, tapi pengennya keluar mulu. Walau ujungnya nanti si Richard pasti bakal masuk mode aki-aki yang suka ceramah.
Untung sayang.
Untung Bapak dari anak-anakku:)
Btw, si Richard emang minta orang pinter di kerajaan ini buat bukain gerbang ke dunia gue di tempat yang sekiranya gak jauh dari istana biar biar gampang dan aman. Soalnya kan guenya juga gak mungkin harus melakukan perjalanan yang pastinya bakal makan waktu banyak. Tapi yang jadi pertanyaan gue,
"Kalau begitu kenapa waktu itu kamu tidak minta saja dibukakan pintunya lewat sini?"
Sok polos, gue nanya. Ya emang kaga tau sih wkwk.
Richard natap gue bentar, terus ngusap kepala gue penuh sayang seperti biasa, bikin jantung mpot-mpotan. Ekhem.
"Saat itu aku tak tau dimana gerangan calon Ratuku, dibelahan bumi mana dan entah sedang bersama siapa. Aku tidak tahu," Richard masih jelasin, masih dengan telapak tangannya yang ngusapin kepala gue. "Aku hanya mengikuti cara yang sudah para leluhur beritahukan, entah lewat mimpi ataupun hal lainnya. Para lelehur yang menuntunku untuk menemukanmu. Dan lihat? Aku menemukan Ratuku yang begitu cantik ini."
Gue ngedengus, malu.
"Tampan."
"Baiklah tampan." Richard nambahin, hampir bikin gue sumringah sebelum dia nambahin. "Sedikit."
Gue ngerotasiin mata, gak sadar ngehentakin kaki dan buru-buru nyamber kunci kosan di tangan kanannya. Fyi aja, kita udah sampe beberapa menit yang lalu. Perjalanannya gak makan waktu banyak, wush langsung nyampe.
Dan informasi lagi, gue emang minta dia buat tinggal sementara di kosan gue yang dulu selama kita di sini. Itung-itung mengenanglah ya.
"Ah, aku jadi mengingatnya lagi, saat kau untuk pertama kalinya menyebut namaku dalam--"
"Richard, hentikan."
"--Wajahmu memerah sekali dan kau tak berhenti memintaku untuk terus menggauli--"
"Berhenti atau aku akan mendiamkanmu!" sungut gue, kesel.
Dia kaga tau apa kalau muka gue radanya panas bat kek lagi kesorot matahari pas lagi ospek?!
Asdfghjkllaks.
Untung disini gue bisa ngegas sesuka hati tanpa takut peraturan.
"Oh ya ampun, manisnya Ratuku saat sedang merajuk."
Gue ngabaiin kata-katanya dan lekas ngambil jaket untuk kemudian pergi ke luar. Lebih tepatnya pergi ke tempat dimana Kai berada, sesuai dengan janji kita.
Mungkin kalian bertanya-tanya, kok bisa gur ngehubungin si Kai? Jelas bisa karena gue masih ada nyimpen hp gue yang dulu. Bukan. Bukan karena di sana ada video ekhem nya, tapi di sana terlalu banyak kenangannya termasuk foto-foto gue dari jaman alay.
KAMU SEDANG MEMBACA
raja chanyeol •chanbaek• [END]
Short StoryGue kira dia itu cuma cowok mesum dengan dandanan ala Raja yang menggelikan, tapi setelah dia dengan terpaksa tinggal di kosan. Gue tau, dia bukan Raja boongan. "Hai wanita cantik, maukah kau menjadi Ratu dan bersanding denganku di singgana istana...