•41 •seseorang

6.2K 1.1K 312
                                    

"Apa isi surat itu? Apa aku boleh mengetahuinya?"

Richard natap gue sesaat sebelum ngelanjutin ngancingin dua kancing piyama teratas gue, lalu nyingkirin sedikit rambut yang nempel di pipi kiri gue. Gak lama, dia nutupin badan gue dengan selimut tebal, nutupin bagian bawah gue yang masih gak terbalut apapun. Dia ngebelai pipi gue lembut. "Itu surat resmi untuk Raja Vincent agar dia mau menyerahkan Putri Claire padaku."

"Ma-maksudnya? Bu-bukan untuk kau jadikan selir kan?"

Gue auto panik.

Richard bukannya ngejawab, dia malah ketawa geli. "Untuk apa? Aku sudah memiliki Ratu yang cantik dan luar biasa seperti dirimu, Dear. Aku tidak tertarik sama sekali pada Putri Claire ataupun orang lain," jawab dia sambil ngebelai pipi gue penuh kasih sayang. "Bukankah sudah kukatakan kepadamu? Aku hanya menginginkan dirimu di dunia ini. Bahkan seribu bangsawan cantik pun rasanya tak akan mampu menggantikan engkau di hatiku."

"Aku hanya mencintaimu, Ratuku."

Cih.

Gue kagak mau malu-malu badak tapi sialnya dia berhasil ngebuat gue narik senyum malu, gak kuat sama tu mulut yang kelewatan manisnya kalau udah ngomong. Gue mendengus, nyubitin kecil perutnya. "Aku serius, Richard!" sungut gue, menggerutu sesekali.

"Aku juga serius, Dear," kata dia lagi, ngebalai puncak kepala. "Itu hanyalah surat yang berisi sebuah kesepakatan. Jika Raja Vincent tidak memberikan Putri Claire kepadaku tuk diberikan hukuman sesuai peraturan yang ada dan berlaku di kerajaan ini, berarti sama saja dia telah mengibarkan bendera peperangan padaku. Ini sudah surat ketiga yang aku kirimkan kepadanya dan aku tak akan lagi mau memberikannya kesempatan."

"Perang?"

"Ya."

"Ta-tapi bukankah kau dan Raja Vincent berteman baik bahkan akan membuat bendungan bersama?"

Richard narik belakang kepala gue supaya wajah gue terbenam di dada bidangnya. "Memang, tetapi dia sudah berani mengusik seseorang yang begitu aku cintai, Dear," lagi-lagi, dia berbisik lirih sambil ngecup kepala gue. "Aku sudah memberinya dua kesempatan tuk bertemu, tetapi dia tetap menolak. Aku tidak memiliki cara lain, aku tetap harus bertindak."

"Hanya saj--"

"Ssstt... tidurlah, Sayang. Kupastikan semua akan baik-baik saja."

Akhirnya, mau gak mau gue mulai memejamkan mata, nikmatin sapuan telapak tangannya yang besar di atas kepala gue. Di sisi lain, gue juga masih pengen bahas Putri Claire, masih juga penasaran sama lanjutannya. Cuma karna si Richard nyuruh gue buat berhenti bahas dan berhubung gue mulai ngantuk, akhirnya gue mulai mejamin mata dan nyoba buat tidur.

Tapi,

Gak selang beberapa lama,

"Ungg, ma-mau kemana?"

Dalam keadaan yang setengah sadar alias masih ngantuk gue megangin ujung pakaiannya, nahan Richard yang udah hendak bangkit dari sisi ranjang. Untuk sejenak, gue ngerjapin mata sambil sesekali gue kucek buat memperjelas. Bisa gue denger kekehan kecil khas yang selalu Richard keluarin, kemudian telapak tangan yang besar itu kembali gue rasakan tepat di puncak kepala. Gak cuma sekedar diusap aja, dia juga narik gue kedalam dekapannya lalu ngecup lama bagian itu.

Badannya yang hangat kerasa nyaman banget, sumpah. Bahkan tidur tanpa selimut di malam yang dinginnya sampai ke tulang juga gak masalah selama ada Richard di sisi gue, rasanya lebih hangat dan nenangin, bikin betah berlama-lama berada di posisi ini. Bibir gue tanpa sadar maju, semakin ngeratin pelukan seolah gue gak rela dia pergi kemana-mana. Gue masih mau sama dia, mau full time sama dia tanpa diganggu apapun.

raja chanyeol •chanbaek• [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang