Suara derap langkah kaki memenuhi lorong-lorong istana, mendapati begitu banyak tubuh tanpa nyawa yang sudah tergeletak di lantai dengan ceceran darah dimana-mana. Rahangnya pun mengeras, merasa bersalah akan ketidakmampuannya dalam menjaga kedamaian Negeri yang dicintainya. Terlebih, ketika matanya kini bertemu tatap dengan seseorang yang tengah duduk dengan angkuhnya di atas singgasana miliknya.
Namun, meskipun amarah sudah di ujung kepala, ia tetap berusaha menjaga sikap. Tak ingin amarah membuat dirinya justru tanpa sadar mengikuti permainan musuh. Ditatapnya pria penuh raut keangkuhan itu, sebelah tangan menopang kepala sedang senyum miring tercipta di bibir. Dia sedang diremehkan.
"Lama sekali, Wahai Raja."
Awalan yang lumayan menyulut emosi dalam dada, membuatnya panas namun masih mampu ia tahan.
"Asik bersenang-senang dengan Ratumu hingga tak peduli pada rakyat dan negeri tercintamu ini? Sungguh tidak bertanggung jawab sekali. Ingin aku gantikan?"
Richard mengepalkan tangan erat hingga buku jemarinya memutih. Untuk sesaat ia menoleh ke belakang, menatap beberapa prajurit seraya berkata, "Kalian pergilah terlebih dahulu dan selamatkan mereka yang masih bisa diselamatkan. Jangan biarkan siapapun terlewat, periksa semuanya."
"Tapi bagaimana dengan Paduka?"
"Aku yang akan mengurusnya. Aku yang harus mengambil sendiri tahta dan Negeriku."
Ucapan mantab dari bibirnya itu akhirnya membawa mereka pergi, melaksanakan perintah dan mempercayakan musuh terakhir pada yang paling hebat. Tentu saja mereka yakin, Rajanya lah yang terkuat.
Di sisi lain, musuh yang menonton hanya terbahak, merasa jika Richard bukanlah tandingannya; merasa dialah yang paling kuat dan berkuasa di sini. Richard baginya hanyalah sebuah batu yang bisa ia loncati dengan mudah.
"Tapi kurasa julukan burung api yang tersemat padamu itu memang bukan hanya bualan semata, aku sedikit meremehkanmu." Dia masih menopang dagu, menyilangkan kaki layaknya seorang bos besar. "Haruskah aku memperkenalkan diriku?"
"Augustus Sturridge. Panglima perang terhebat dari Kerajaan Knightia dengan julukan 'Si tukang jagal' yang tak segan membunuh siapapun yang menghalangi rencanamu. Ditakuti baik oleh musuh juga kawanmu sendiri. Aku benar, 'kan?"
Pria itu tergelak. "Ternyata aku cukup terkenal."
Dia bangkit berdiri, membuat Richard lebih siaga dari sebelumnya. Tangannya masih menggenggam pedang, sudah bersiap kapan saja menyerang. Namun pria itu tetap bergeming di tempatnya, ia berdiri menyamping, menatap interior kerajaan lalu menoleh padanya.
"Knightia. Kau tahu bukan? Kerajaan itu hanyalah Negara kecil yang baru saja berdiri setelah berhasil lepas dari Kerajaan Gene. Kami harus memperluas wilayah sekaligus memberitahukan kepada semuanya bahwa kami ini kuat," Augustus kembali bicara, masih menatap Richard dengan tatapan yang sama. "Terima kasih kepada William dan Andreas, berkat informasi berharga dari mereka berdua, kami bisa mengambil alih Kerajaan ini dengan mudahnya. Ah, apakah mereka sudah berhasil dengan rencananya, ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
raja chanyeol •chanbaek• [END]
Short StoryGue kira dia itu cuma cowok mesum dengan dandanan ala Raja yang menggelikan, tapi setelah dia dengan terpaksa tinggal di kosan. Gue tau, dia bukan Raja boongan. "Hai wanita cantik, maukah kau menjadi Ratu dan bersanding denganku di singgana istana...