"Apa yang sebenarnya terjadi?"
Suasana berubah, keadaan di sekitar gue jadi berasa nyeremin. Tapi meskipun gitu, si Richard masih bisa ngendaliin diri dan bahkan dengan cepat ngamatin situasi.
"Pasukan Kerajaan Knigtia menyerang sebagian besar wilayah di Ibukota, Yang Mulia. Kemungkinan ada seseorang yang membocorkan kepergian Yang Mulia pada orang luar dan itu dimanfaatkan mereka untuk menaklukan kerajaan. Beberapa prajurit kita beralih memihak musuh dan menyerang Kerajaan. Ada pengkhianat yang sepertinya menghasut mereka untuk melakukan pemberontakan. Akan tetapi hamba belum berhasil membuat mereka mengatakannya."
Seorang wanita dengan dua pedang di tangannya itu mulai menjelaskan dengan rinci setelah kita berhasil nyari tempat yang lebih aman buat berlindung dari musuh. "Kota Hallucigenia, Kenothecaster, dan Ardea sudah dikuasai sepenuhnya oleh musuh dan banyak sekali korban yang tidak berhasil diselamatkan. Kota Reinz pun terbakar habis. Mohon ampun, Yang Mulia Raja. Kami hanya bisa menyelamatkan beberapa rakyat yang tersisa."
"Kalian sudah berusaha," Richard bicara, masih sambil ngamatin keadaan. "Dimana Penasehat Kerajaan sekarang?"
"Maafkan hamba, Yang Mulia. Hamba tak berhasil menyelamatkannya."
Di tengah suasana yang mencekam ini, ingatan tentang mimpi gue di hari yang lalu kembali datang. Sebenernya, bukan hanya di hari itu aja. Tapi di hari-hari yang lain juga gue ngalamin mimpi yang sama, dan gue bener-bener gak berani bilang ke si Richard. Gue berusaha buat nganggep semua itu cuma mimpi belaka, gak perlu dikhawatirin dan gak perlu ditakutin. Gue pernah baca dulu, sesuatu yang terlalu ditakuti itu bisa menjadi kenyataan.
Tapi hari ini, gue bener-bener ngeliat itu. Pemandangan yang sama persis seperti pemandangan di dalam mimpi gue tempo hari.
Api yang menyala-nyala, melahap apapun yang dilewatinya. Darah. Rintih kesakitan. Teriakan. Juga tubuh-tubuh tanpa nyawa yang bergelimangan di tanah. Gak cuma beberapa penjaga yang biasa gue liat wara-wiri di sekitar kerajaan, tapi beberapa dayang istanapun gue liat jadi korbannya.
Tiba-tiba ketakutan menyeruak.
Richard, dia bakal baik-baik aja kan? Semua itu hanya ketakutan gue belaka kan? Dia... pasti bisa mengambil alih Kerajaan ini lagi.
"--Dear... Dear!"
Gue tersadar saat Richard nangkup kedua pipi gue, ngebuat kedua pasang mata kita langsung bertemu. Bisa gue denger suara riuh di sekitar gue, pun ngerasain hawa panas dari api yang mulai menyelimuti hampir keseluruhan bangunan di sekitar taman yang jadi tempat persembunyian kita.
"Ak--"
"Dengar, aku akan mengutus Yakov dan Roseanne untuk membawamu serta Arthur pergi dari sini. Aku juga akan meminta Andreas dan Tabib Will menemanimu dan merawatmu. Mereka pasti membawamu dan Arthur dengan selamat, aku jamin itu."
"Tapi, Richard... bagaimana denganmu?"
Sejenak, dia ngedekap gue, ngecup kening gue dan Arthur setelahnya.
"Aku tidak bisa membiarkan Kerajaan ini hancur, Dear. Maafkan aku. Aku adalah pertahanan terakhir Negeri ini. Sebagai seorang Raja, aku harus menyelamatkan Negeri ini beserta seluruh rakyatku apapun yang terjadi."
"Disini berbahaya."
Dia ngangguk. "Aku tahu itu. Tetapi tetap, aku tak bisa melalaikan tanggung jawabku ini. Aku sudah bersumpah di depan para leluhurku dan aku tidak bisa pergi sebelum memastikan Negeri ini aman."
Gue gak rela, sumpah.
Gue sadar, sebagai seorang Raja dia juga punya tanggung jawab yang besar buat ngelindungin Negeri yang dipimpinnya ini. Gue tau banget, Richard bukan tipe orang yang bakal lari dan lepas tanggung jawab, dia bukan penguasa seperti itu. Gue tau dia Raja yang hebat dan gue yakin dia bisa kembali ngambil alih kerajaan ini. Tapi, sebagian besar dari hati gue gak mau Richard tetep tinggal di sini, bayang-bayang mimpi itu gak bisa berhenti berputar di kepala gue seolah ngingetin gue kalo ini mungkin jadi yang terakhir kali gue ketemu Richard.
KAMU SEDANG MEMBACA
raja chanyeol •chanbaek• [END]
Short StoryGue kira dia itu cuma cowok mesum dengan dandanan ala Raja yang menggelikan, tapi setelah dia dengan terpaksa tinggal di kosan. Gue tau, dia bukan Raja boongan. "Hai wanita cantik, maukah kau menjadi Ratu dan bersanding denganku di singgana istana...