•56 •pemandian

4.3K 533 126
                                    

Gue seneng, kerajaan ini berhasil direbut kembali.

Selain itu, gue juga bersyukur banget karna mimpi gue yang mampir belakangan ini gak jadi nyata, Richard masih hidup. Tapi, gue juga gak bisa boong kalo hati gue sakit rasanya pas ngeliat ada banyak luka sabetan di badan Richard ketika tabib ngebuka pakaiannya. Terutama di bagian punggungnya, ada banyak banget luka memanjang yang bisa dibilang cukup dalem.

Meskipun begitu, gue salut sama Richard yang masih bisa nahan sakit di sepanjang perjalanan demi menuhin janjinya sama gue dan Arthur.

Gue ngehela nafas pelan. Kain kecil dalem baskom itu gue ambil, lalu gue peras airnya sebelum kemudian ngeraih lengan Richard buat gue elap lembut. Perlahan-lahan, gak kepengen waktu istirahatnya keganggu. Walaupun dia belum ada buka mata sejak kita ketemu, setidaknya gue bisa bernafas lebih lega karena dia gak kenapa-napa. Bersyukur banget dia masih nafas dan ada di sisi gue.

Ya meski Tabib bilang Richard masih perlu banyak istirahat supaya cepet pulih.

"Richard...."

Tangan gue beralih nangkup sebelah pipi kanannya, ngebelainya lembut dengan ibu jemari tangan. Gue perhatiin setiap lekuk wajahnya, mandangin wajah damainya dalam tidur. Dia ganteng, gue akuin itu. Dia juga hebat sebagai seorang Raja untuk Negerinya, juga hebat sebagai seorang suami untuk gue, sekaligus hebat sebagai Ayah bagi Arthur. Richard nepatin janjinya, dia jemput kita setelah berhasil ngambil alih kerajaan ini.

Jangan tanya gimana perasaan gue saat ini. Campur aduk; seneng, sedih, lega. Semua jadi satu.

Udah hampir dua harian berlalu. Semua rakyat beserta para prajurit mulai bahu membahu ngerapihin kota, mulai perlahan kembali membangun rumah-rumah serta bangunan lain yang luluh lantah diserang musuh. Sebagian prajurit masih berjaga, berkeliling buat mencari kemungkinan ada musuh yang tersisa. Yakov juga, dia yang bagian memimpin wilayah utara kerajaan dimana para musuh melarikan diri. Sedang si Roseanne, dia yang jagain gue.

"De-dear?"

Jemarinya yang gerak dalam genggaman tangan gue itu bikin gue terkesiap, spontan beranjak dari dudukan buat berdiri lebih dekat ke arah Richard yang mulai ngebuka mata. Perasaan gue membuncah, seneng banget. "Richard... Richard... Richard!" Gak sadar, gue malah manggilin namanya dengan antusias, berusaha ngambil alih fokusnya supaya langsung natap ke arah gue.

"Dear? Ka-kau baik-baik saja?"

Gimana ya, susah banget jelasinnya tapi gue seneng dan bersyukur banget.

Tanpa bisa gue tahan lagi, dia yang udah bener-bener duduk bersandar itu langsung aja gue terjang dan gue peluk dengan erat. Wajah gue terbenam di lehernya dan gak mau sedikitpun ngelonggarin pelukannya. Astaga, gue seneng. Hangat tubuhnya ini, aroma khasnya yang gue suka, sentuhan lembutnya. Semua masih bisa gue rasain, semua bisa gue dapetin lagi.

"Richard... Richard...."

"Iya, Dear, aku disini," bisik dia, ketawa pelan. "Biar kutebak. Kau pasti sangat merindukanku, 'kan? Maaf karena sudah membuatmu khawatir."

"Hiks... ke-kenapa maksain sih? kenap--"

Richard narik kepala gue dan nyium bibir gue dengan lembut, terus begitu tiap kali gue mau ngomong, seolah-olah gak mau ngebiarin gue buat mewek lebih lama, berusaha buat nenangin gue dengan kecupan-kecupan lembutnya yang memang beneran bisa bikin gue lebih tenang.

Gue sesenggukan, bales natap kedua matanya Richard yang kini keningnya nempel di kening gue. "Cengeng sekali Ratuku ini hm," bisik dia lembut, untuk kesekian kali nahan kata yang hampir keluar dari mulut gue dengan sebuah ciuman singkat. "Aku baik-baik saja. Ini hanyalah luka ringan, aku akan segera pulih, Dear."

raja chanyeol •chanbaek• [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang