"Wahai Pangeran kami, Arthur Aloysius Richter, dengan ini kunobatkan engkau sebagai Raja ke 6 Negeri Cygnus Olor tuk menggantikan aku sebagai Raja ke 5, Raja terdahulu."
Dari jarak yang lumayan jauh, bisa gue liat Richard yang lagi memakaikan mahkota kebanggannya dulu, di atas kepala anak laki-lakinya. Menjadi simbol penyerahan tahta kerjaan ini kepada penerus yang sudah matang usianya.
"... semoga leluhur selalu menyertaimu dengan kebahagiaan dan kejayaan."
Gue narik senyuman lebar. Ada rasa bangga dan bahagia yang membuncah di dalam hati. Ngerasa bangga karena bisa ngeliat anak kesayangan gue tumbuh dengan baik tanpa kurang, dan ngerasain bangga juga karena akhirnya dia bisa jadi seorang Raja seperti Ayahandanya. Dan gue berharap banget, dia bakalan tetap menjadi orang baik, sebagaimana dia selama ini berprilaku.
"Hidup Raja Richard! Hidup Raja Arthur!"
Semuanya kompak berteriak, ngebuat suasana jadi tambah ramai. Orang-orang yang berada di bawah balkon tuk nonton acara penobatan inipun ikutan berteriak menyerukan nama Raja mereka, keliatan bahagia dari raut wajah yang terlihat. Gak cuma dari kalangan orang dewasa aja yang datang, tetapi anak-anak juga banyak yang datang buat menyambut Raja baru mereka. Mereka berlarian kesana-kemari, melompat dan bertepuk tangan dengan girangnya.
Arthur, anak gue. Dia udah Raja yang kedepannya akan memimpin negeri ini menuju kejayaan. Ya. Gue yakin anak kesayangan gue ini mampu mengemban amanat dengan baik.
"Kemarilah, Nak. Beri ibundamu ini sebuah pelukan."
Arthur yang ngeliat gue udah ngerentangin kedua tangan pun segera mendekat, lalu tanpa keraguan sedikitpun langsung meluk gue dengan erat di tengah banyak orang yang datang. Gak peduli banyak pasang mata yang memandang. Kebanyakan anak, pasti bakalan malu ataupun gengsi buat meluk orang tuanya di depan orang-orang, tapi ngga sama Arthur. Dia gak pernah segan buat meluk gue kalau memang dia pengen.
Rambutnya yang kecokelatan gue usap dengan lembut, gue kecup berulang kali sebagai bentuk rasa sayang. Ah, anak gue cepet banget tumbuhnya. Dulu masih bayi, sekarang tau-tau udah besar aja, udah dewasa dan bahkan tingginya udah melebihi gue. Entah karena guenya yang terlalu pendek, atau emang gen dia nurun dari bapaknya yang setinggi galah. Au dah.
Di satu sisi, gue seneng. Tapi di sisi lain gue juga kadang masih dedih karna dia bukan anak-anak lagi.
"Ibunda, aku sangat menyayangimu."
"Tentu. Ibunda juga, sangat."
Pipinya gue tangkup dengan kedua telapak tangan, gue teliti setiap lekuk wajahnya yang rupawan, mirip Ayahandanya. Gue senyum manis, gak sadar udah nitiin air mata yang lekas dia usap dengan ibu jemari tangannya. "Kau akan membuatku ikut menangis, Ibunda," ujarnya, kemudian bergantian dia yang nangkup pipi gue buat nyium kening gue penuh sayang. "Ibunda jangan menangis, oke? Sini biar kupeluk lagi."
Sebenernya sih, ini nangis bahagia. Ya ada sedihnya sedikit.
KAMU SEDANG MEMBACA
raja chanyeol •chanbaek• [END]
Short StoryGue kira dia itu cuma cowok mesum dengan dandanan ala Raja yang menggelikan, tapi setelah dia dengan terpaksa tinggal di kosan. Gue tau, dia bukan Raja boongan. "Hai wanita cantik, maukah kau menjadi Ratu dan bersanding denganku di singgana istana...