◆ Chapter 09 ✔

5.3K 658 200
                                    

“Seokjin adalah yang pertama kali menemukan Jimin di dalam hutan dengan keadaan yang sangat mengenaskan, dia hampir meregang nyawa kala itu karena gigitan ular berbisa,” ungkap Namjoon sambil mengenang hari di mana mereka menemukan Jimin.

“Kami lantas memutuskan untuk membawanya pulang ke rumah dan mengangkatnya sebagai anak kami. Dia sangat bahagia ketika mendapatkan sebuah nama baru, hingga terus menggumamkan namanya berulang kali sepanjang waktu.

Awalnya aku merasa jika dia itu berbahaya bagi keluargaku, terutama untuk Seokjin yang sering mendapat gigitan setiap kali ia mengamuk dan kehilangan kesadaran. Aku bahkan sempat berpikir untuk membuangnya. Hanya sekilas, karena rasa sayangku terhadapnya ternyata lebih besar, terus tumbuh dari hari ke hari.”

 Namjoon menatap keluar jendela dengan pandangan yang jauh menerawang. “Tahun-tahun pertama yang kami lalui menjadi yang terberat. Tahun-tahun di mana Jimin masih sangat jauh dari kata manusiawi karena mentalnya yang telah di hancurkan.

Kami menemukan Jimin pada usianya yang ke enam belas. Namun rasanya, kami seperti menemukan seorang bayi kecil. Di mana kami harus berjuang mendidik dan mengajari semua hal padanya.

Mengajarinya memakan makanan yang layak, mengajarinya bicara dengan urutan kalimat dan kosa kata yang benar, mengajarinya tata krama dan sopan santun, termasuk menurunkan pengetahuan yang kami miliki agar berguna untuknya. Itu benar-benar berat sekaligus menyenangkan. Rasanya seperti di anugerahi seutas pelangi yang akhirnya mewarnai dunia kami yang kelabu.”

Namjoon tersenyum simpul, lantas memejamkan matanya, membayangkan senyuman manis putra kesayangannya. “Di tahun-tahun berikutnya, ketika Jimin sudah lebih manusiawi dan mengenal apa itu kasih sayang, dia justru kembali hancur. Karena saat itulah ia mulai mengerti, bahwa apa yang dilakukannya adalah tindakan yang mengerikan. Ia terguncang, ia pikir bahwa dirinya adalah seorang monster.

Hari-hari yang berat kembali datang, karena hampir setiap malam Jimin terbangun dengan mimpi buruk. Meraung dan menangis hebat di pojok kamarnya yang gelap tanpa mau mendengar bujukan kami. Dia selalu merasa tidak pantas untuk hidup dan tidak pantas menyandang nama yang kami berikan untuknya.

Namun layaknya pepatah, hasil tidak akan mengkhianati usaha. Walaupun belum bisa membuat trauma Jimin akan masa lalunya yang kelam sembuh secara sempurna, tetapi kami berhasil membentuk jati diri Jimin yang baru. Menjadi Jimin yang lebih kuat.”

Namjoon menarik napas dalam, lantas kembali menatap hamparan pohon di luar jendela kaca yang megah itu. “Setelah itulah, Jimin baru bisa membuka diri sepenuhnya. Mengungkap semua hal yang ia alami di masa lalu, tentang ia yang ditinggalkan, tentang kegelapan, siksaan dan juga tentangmu, Min Yoongi.”

“Dan jadilah Jimin seperti yang kau lihat sekarang. Putra kami tumbuh dengan sangat baik. Dia manis, dia cerdas, dia kuat, dan mematikan. Aku selalu bangga padanya,” ucap Namjoon dengan bangga setelah menyelesaikan kisah tentang bagaimana ia mendapatkan Jimin sebagai putranya bersama Seokjin kepada Min Yoongi.

“Namun, walaupun dia sangat kuat, Jimin kami tetap saja rapuh di dalam. Mentalnya mudah sekali terguncang karena hal-hal kecil.”

Namjoon menghela napas berat dan memejamkan matanya untuk sejenak sebelum ia kembali bicara. “Jimin kadang mengerikan, tetapi jangan pernah memanggilnya monster. Ia tidak akan suka dan bisa kehilangan kendali karenanya. Jimin juga tidak suka susu vanilla, dia selalu mengatakan minuman itu beracun. Jadi tolong berikan saja jus buah saat sarapan. Jimin tidak takut gelap, tetapi ia tidak suka matanya ditutup. Jadi kalau mau memberinya kejutan jangan menutup matanya. Dan yang paling buruk, Jimin suka darah. Kami masih belum bisa menghilangkan kebiasaannya yang itu. Jadi jika dia sudah meminum darah, tolong hentikan. Berikan dia permen atau makanan manis sebagai penggantinya,” jelas Namjoon.

Sweet Temptation | YOONMIN • ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang