Kedua tangannya berlumuran darah. Seringgaian di wajahnya menandakan sebuah kepuasan sebab amarah akhirnya terlampias. Kim Taehyung berdiri dari posisinya yang tengah menduduki perut pria bajingan itu. Pria yang telah membuat adiknya begitu menderita selama hidupnya, Kang Seonduk.
"Merasa puas?"
Taehyung melirik Yoongi yang tengah duduk tenang sembari menghisap cerutu di sana. "Rasanya aku tidak akan pernah puas jika mengingat perbuatannya pada adikku, hyung."
Yoongi terkekeh sarkas. Baru kali ini ia mengizinkan Kim Taehyung melampiaskan emosinya pada Kang Seonduk, dan pemuda itu begitu berambisi melampiaskan amarahnya. "Itulah yang aku rasakan selama ini. Aku begitu ingin menghabisinya, tapi rasanya tak akan puas hanya dengan melihatnya mati terlalu cepat. Dan kalian semua malah menyuruhku berhenti setiap hari."
Taehyung kembali menatap bajingan yang sudah tidak berdaya di bawah kakinya. Hendak memberinya sebuah tendangan, tapi Yoongi menghentikannya dengan melempar sebuah pisau lipat ke arahnya.
"Potong lidahnya," titah Yoongi. Dan Taehyung hanya menatapnya penuh tanya. "Jimin ingin membawakan ajalnya. Tapi sebelum itu, aku ingin bajingan itu tidak bisa bicara dan mengacaukan mental Jimin lagi."
Setelah Yoongi memaparkan alasannya, barulah Taehyung mengambil pisau itu. Terkekeh sarkas saat mendekati Seonduk yang kini gemetar ketakutan.
Taehyung mencekik leher Seonduk membuatnya menjulurkan lidah dengan suka rela. Lantas menarik lidah itu dengan tangannya yang penuh darah dan debu. Taehyung begitu menikmatinya, bagaimana tubuh bajingan itu menggeliat ketika lidahnya di iris perlahan-lahan, berteriak lirih penuh kesakitan.
Yoongi hanya memperhatikannya dengan lamat. Bagaimana mimik wajah Taehyung menyiratkan sebuah perasaan senang dalam seringgaian bibirnya. "Psycho. Dia mirip adiknya," gumam Yoongi yang baru menyadari jika memang ada kemiripan antara Taehyung dan Jimin. Dan beranjak pergi dengan senyuman di bibir tipisnya ketika sebuah pesan masuk ke ponselnya. Jimin-nya pulang.
✤✤✤
Matahari yang bersinar begitu terik di atas megahnya langit berwarna biru cerah yang hanya dihiasi beberapa awan tipis memang terlihat indah. Namun, suhu panas yang mencapai angka 37° celcius bukanlah hal yang menyenangkan bagi mereka yang beraktivitas di luar rumah pada musim panas seperti ini. Termasuk bagi pengemudi mobil yang baru saja melewati gerbang tinggi berwarna hitam itu. Ia masih nampak kepanasan dalam perjalanannya meski pendingin mobilnya telah menyala dengan suhu terendah.Jemari mungilnya yang berhiaskan beberapa cincin cantik yang begitu modis mengetuk setir mobil dengan pelan. Mematikan mesin pendingin pada mobilnya, ia lantas membuka kaca mobil yang ada di sebelahnya. Dari balik kaca mata hitamnya ia mengamati pepohonan rindang yang berbaris rapi dari gerbang menuju halaman rumah yang begitu megah di ujung sana.
Mobil mewah itu terparkir tepat di halaman mansion megah berlantai tiga itu. Sepasang kaki berbalut sepatu kulit berwarna maroon berpijak saat pintu kemudi terbuka. Lantas sosoknya muncul dengan setelan jas berwarna semerah wine yang begitu cerah.
Jimin membuka kaca matanya. Menguyar rambut hitamnya sembari tersenyum kecil menatap rumah mewah itu. Ia di sambut oleh empat orang pria berbadan kekar yang langsung membungkuk hormat di hadapannya. Sementara seseorang mengambil alih mobilnya dan membawanya ke tempat parkir.
"Selamat datang, Tuan Jimin," sapa mereka dengan kompak.
"Aku pulang," gumam Jimin. "Berdirilah jangan membungkuk seperti itu padaku," ucap Jimin begitu lembut. Membuat ke empatnya sontak berdiri tegak.
"Bagaimana penampilanku?" tanyanya sambil memutar tubuhnya. Membuat ke empat pengawal Min Yoongi itu saling menatap, lantas segera memberikan pujian terbaik mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Temptation | YOONMIN • END
FanfictionYOONMIN - Dark Romance ______________________________ Ketika takdir mengungkapkan dendam melalui sebuah kisah cinta yang rumit. Potongan puzzel yang begitu berantakan, satu per satu mulai tersusun di dalamnya. Mengungkap kebenaran, mengguncang hati...