◆ Chapter 19 ✔

5.4K 588 205
                                    

Langit malam di musim panas terlihat begitu gemerlap, walau tanpa kehadiran sang bulan hari itu. Begitu megah dan cantik tanpa awan, memamerkan gemerlap bintang yang bertaburan di tengah kegelapan.

Angin yang berembus pelan membawa udara yang cukup dingin ketika Kim Taehyung membawa mobilnya membelah lenggangnya jalanan di pagi buta dengan kaca jendela terbuka. Namun, pemuda bermarga Kim itu sama sekali tidak terganggu dengan hawa membekukan yang mencubit kulitnya.

Di dalam mobil yang melaju pelan itu, Taehyung berkali-kali menghela napas berat sembari menjambak sejumput rambut hitamnya. Raut tenang yang senantiasa menjadi topengnya pun, kini dicemari oleh kerutan frustrasi dan rasa lelah yang begitu kentara.

Pikirannya berkecamuk, dipenuhi oleh perbincangannya siang tadi dengan si bungsu Min. Tatapan  nyalang Jungkook ketika melayangkan tuduhan terhadap dirinya, cukup menguras emosi dan perasaan si pemuda Kim. Dan langkah tergesa penuh amarah Jungkook meninggalkannya di markas membuat Taehyung harus mengutus orang untuk mematai si kelinci manis.

Taehyung baru bisa bernapas lega ketika orang utusannya memberi kabar bahwa Jungkook telah tiba di rumah dengan selamat. Sebab jika tidak, maka habislah kepalanya dipenggal Min Yoongi.

Lantas ... tentang Jimin. Sebenarnya Taehyung enggan untuk memikirkannya. Tidak ingin terlibat lebih jauh dengan milik Min Yoongi. Namun, mata sabit ketika senyuman manis si kucing mengembang, terus mengusik akal sehatnya dan terbayang-bayang hingga ia merasa bagai orang mabuk.

Entah perasaan macam apa yang tengah Taehyung rasakan. Hatinya berdesir hangat setiap kali mata cantik Jimin terbayang dalam benaknya. Rasanya ingin sekali ia rengkuh tubuh mungil si manis ketika tangan mungil itu begitu berani menyentuhnya  Rasanya Taehyung ingin melihatnya lagi dan lagi.

Apa itu semacan perasaan rindu?

Taehyung memukul pelan kemudinya. Ia yang dengan begitu mudah bisa menyimpulkan perasaan Yoongi, mengapa begitu sulit menyimpulkan perasaannya sendiri?

Pemuda Kim itu menggeleng-gelengkan kepala, mengenyahkan bayangan Jimin dari benaknya. Namun, kembali gagal dengan sempurna. Senyuman manis itu terlalu berbahaya.

“Tidak! Ini tidak boleh!” gerutu Taehyung. Terlalu mengerikan rasanya, jika dirinya sampai jatuh cinta pada orang yang jelas-jelas adalah calon pendamping dari Min Yoongi. Seorang yang sudah ia anggap seperti kakak kandungnya. Dia tidak mungkin sanggup untuk bersaing dengan orang yang pernah menyelamatkan nyawanya tersebut. Namun, jika perasaan yang ia rasakan itu adalah cinta, bisakah Taehyung menghindarinya?

Mobil hitam metalik yang dikendarai Taehyung melintas pelan pada pekarangan rumah yang nampak lenggang. Matanya menangkap beberapa penjaga yang berlalu lalang setenang mungkin, lantas menginjak rem tepat di depan teras rumah.

Langkah Taehyung begitu gontai ketika melewati pintu utama. Ia menghela napas ketika melewati ruang tengah sembari menoleh ke arah jendela besar. Lantas terpaku ketika mendapati sosok yang menghantui pikirannya tengah duduk di atas gazebo dengan laptop menyala di atas pangkuan.

Jimin.

Si manis terlihat cantik dan anggun, duduk di bawah cahaya lampu di tengah gelapnya malam. Jubah tidur berwarna putih yang membalut tubuh mungilnya menjuntai panjang hingga ke mata kaki. Sementara rambut hitam dengan poni tebal yang hampir menutupi mata, bergerak pelan mengikuti hembusan angin.

Sweet Temptation | YOONMIN • ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang