◆ Chapter 24 ✔

4.9K 594 350
                                        

DOR!!!

Peluru kelima telah bersarang di tubuh lelah dari pria paruh baya itu. Ia sempat menoleh untuk sejenak ke arah belakang, memastikan tuannya dalam keadaan baik, sebelum ia tak bisa lagi merasakan kedua kakinya untuk tetap berdiri tegak dan akhirnya jatuh tergeletak tak berdaya di bawah kaki sang tuan.

Kim Taehyung merasakan sebuah keheningan yang begitu hampa saat melihat ayahnya terkapar setelah diperlakukan sebagai tameng. Tanpa bisa ia cegah, ada sebuah goresan besar yang membentuk luka menganga tercipta di hatinya. Luka yang perlahan menjadi amarah, emosi, kesedihan, dan mungkin ... dendam.

Kedua iris hazelnya menatap kosong dan basah penuh air mata. Tangannya terkepal kuat saat perih di dalam dadanya semakin menjadi. Walaupun kedua kakinya terasa begitu berat, ia memaksa kakinya untuk berjalan selangkah demi selangkah menuju sang ayah.

Taehyung menaiki tangga megah yang menjadi saksi bisu dari sebuah kekejian yang terjadi di dalam rumah yang kini dipenuhi darah itu. Mengabaikan sisa-sisa pertarungan yang masih terjadi, juga peluru yang melintas di depan wajahnya. Seolah nyawanya tak lagi penting untuk dia lindungi saat ini.

Taehyung berjongkok di hadapan ayahnya yang tengah terenggah, siap untuk melepaskan napasnya. Ia memapah kepala pria yang tak lagi muda itu, memeluknya erat sembari melirihkan nama sang ayah.

“A-appa...” isaknya pelan.

“Dia beruntung, karena akhirnya dia mati dengan terhormat,” gumam Tuan Min dan berjalan menuruni tangga.

Taehyung jelas mendengarnya. Beruntung? Entah keberuntungan macam apa yang orang itu maksudkan. Sungguh, Taehyung tidak bisa menerima yang terjadi pada ayahnya. Dan ia mengutuk di sela tangisnya. Bersumpah dengan batin terluka parah, bahwa ia akan membuat pria arogan itu membayar kematian ayahnya dengan harga yang setimpal.

“T-Taehyung-ah, a-nak-ku... m-ma-af-kan a-appa...” bisik Tuan Kim.

Dengan sisa tenaga yang ia miliki, sang ayah mengangkat tangannya. Meraih surai hitam Taehyung dan mengusapnya dengan sayang.

“Ja-jangan me-nangis. A-appa ti-dak apa-apa. K-kau jangan me-rasa sendiri. K-kau tidak akan sen-diri. A-appa juga me-ninggalkan se-mua yang a-appa miliki di-brangkas yang a-ada di ka-mar appa. K-kau harus me-ngambilnya. I-itu se-mua kini men-ja-di milik-mu.”

“Appa ... berhentilah bicara. Aku akan membawamu ke rumah sakit. Appa akan baik-baik saja, hum?” gumam Taehyung pelan sambil mengeratkan pelukannya.

“K-kau a-nak yang s-sangat baik, Tae. Te-rima ka-sih. K-kalau b-boleh a-appa meminta—hhh, to-long ma-makamkan a-appa ber-sama ibu-mu..”

Tangan yang telah dihiasi keriput itu terlunglai jatuh di atas pangkuan sang anak. Tuan Kim menghembuskan napas terakhirnya dengan sebuah senyuman di bibir tuanya setelah mengucapkan permintaan terakhirnya. Membuat raungan Taehyung terdengar semakin memilukan.

Para anggota Dark Phoenix yang masih berdiri di dekat Taehyung menunduk dalam menghantarkan kepergian salah satu anggota inti mereka yang di kenal dengan hati hangat walaupun berada di dunia yang begitu gelap.

Mereka semua sudah cukup terpukul oleh kepergian sang ratu yang begitu cantik dengan cara tragis. Yang bahkan jasadnya pun tidak bisa di temukan. Lalu kini kehilangan Tuan Kim, juga para rekan yang gugur di dalam rumah besar itu. Membuat seluruh anggota klan kembali di rundung duka yang begitu mendalam.

“Bereskan tempat ini,” titah Jimin pada beberapa anggota yang memilih tinggal bersamanya di sana. Membuat mereka mengangguk patuh dan mulai membenahi kekacauan di tempat itu.

Sweet Temptation | YOONMIN • ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang