Yoongi berjanji akan membelikan Jimin banyak daging yang enak setelah melarang pemuda manis itu mencabik-cabik Ren dan memakannya mentah-mentah.
Walaupun Jimin sempat mengamuk dan menancapkan pisaunya di jantung salah satu anak buah Hobi itu, tetapi setidaknya Min Yoongi masih bisa membujuk si manis untuk tidak menjadikan Ren hidangan di atas meja.
Dan kini mereka tengah duduk berhadapan di salah satu ruangan VIP sebuah restoran berbintang lima dengan berbagai hidangan lezat olahan daging yang telah tersaji di atas meja. Restoran yang telah Yoongi sewa seluruhnya hanya karena ia tak suka keramaian.
“Kau benar-benar lapar, ya?” tanya Yoongi sambil menatap betapa lahapnya Jimin memakan daging panggang di piring ketiganya.
“Hum!” jawab Jimin sambil mengangguk dengan pipi mengembung penuh daging.
Yoongi memerhatikannya dalam diam, bagaimana bibir dengan sudut yang membiru karena ciuman kasarnya tadi, kini sibuk mengunyah dengan lahap. Lalu matanya menatap lamat ke arah leher yang penuh ruam memar dan tanda kebiruan yang melingkar karena cekikan dan gigitannya.
Sungguh Jimin adalah satu-satunya orang yang bisa bertahan menghadapi Yoongi di atas ranjang. Karena sebelumnya tidak ada satu orang pun yang berhasil sadarkan diri di atas ranjang bersama Min Yoongi, bahkan Hoseok sekali pun. Semuanya pingsan, bahkan tak jarang ada yang meregang nyawa.
“Apa tidak sakit?” tanya Yoongi.
“Huh?” Jimin mendongak dan menatap Yoongi penuh tanya.
“Apa tubuhmu tidak sakit? Kau bahkan tidak meringis sama sekali.”
Jimin menelan dagingnya, lantas meminum anggur merah yang tersedia dia atas meja. “Sakit. Tentu saja sakit, kau kasar sekali, tuanku,” jujur Jimin.
“Tapi kau tidak terlihat kesakitan.”
Jimin menegakkan tubuhnya dan menerawang jauh ke masa lalunya. “Mungkin karena terbiasa. Dulu saat aku disekap, sedikit saja aku meringis atau menangis, maka aku akan dicambuki. Jadi aku terus menahannya agar tidak terus dihukum. Hingga akhirnya, aku terbiasa untuk tidak menunjukkan rasa sakitku,” jelas Jimin.
“Berapa lama kau di sekap?”
“Heung ... berapa lama, ya? Aku tidak tahu, aku bahkan tidak pernah melihat matahari saat itu. Aku sudah ada di sana saat aku masih sekecil ini, tuan” jelas Jimin sambil menunjukkan dengan tangannya betapa kecil tubuhnya dia saat disekap dulu.
Jimin terkekeh, tetapi matanya jelas menunjukkan sebuah kesedihan. Walau samar, Yoongi bisa melihatnya. Namun, Yoongi berusaha untuk mengabaikannya ... tentu saja! Memangnya buat apa dia peduli?!
“Kenapa kau kembali memanggilku tuan?” tanya Yoongi.
“Karena sepertinya kau tidak suka jika aku lupa tentang siapa diriku dan apa artinya aku di sisimu. Kau tuanku.”
Yoongi berdehem. Itu akan jadi masalah jika orang tua kucing ini mendengarnya. “Jangan panggil aku tuan, panggil aku seperti sebelumnya. Ini perintah!” tegas Yoongi. Bukan karena apa-apa. Ia hanya malas mendengar omelan Kim Seokjin. Sungguh!
Jimin mengerjap pelan, dan setelahnya kedua sudut bibir si manis terangkat, dengan mata melengkung membentuk bulan sabit yang cantik. Itu adalah sebuah senyuman tulus yang begitu polos.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Temptation | YOONMIN • END
FanfictionYOONMIN - Dark Romance ______________________________ Ketika takdir mengungkapkan dendam melalui sebuah kisah cinta yang rumit. Potongan puzzel yang begitu berantakan, satu per satu mulai tersusun di dalamnya. Mengungkap kebenaran, mengguncang hati...