◆ Chapter 13 ✔

5.9K 656 147
                                    

Lorong itu begitu gelap dan panjang, memiliki banyak cabang seperti labirin yang menyesatkan. Lokasinya yang ada di bawah tanah membuat udara di tempat itu menjadi begitu pengap dan lembap, ditambah lagi dengan aroma dari besi berkarat yang turut ambil andil dalam mengotori minimnya udara bersih dan membuat paru-paru siapa saja yang datang menjadi tidak nyaman.

Ada beberapa lentera yang terpasang di sepanjang dinding lapuk pada salah satu lorongnya. Begitu temaram, tetapi cukup untuk menerangi jalan menuju sebuah tempat yang menjadi sarang bagi para manusia yang biasa hidup di dunia bawah.

Pipa-pipa yang sudah begitu lapuk dan dipenuhi lumut membentang di sepanjang dinding dan bagian atas lorong, membuat air yang mengalir di dalamnya menetes dan menghasilkan suara gemericik yang menggema dalam hening.

Tik... Tik... Tik...

Tetes-tetes air itu menggenang, membentuk kubangan kecil pada beberapa sudut lorong. Menjadi sarang bagi para nyamuk juga serangga lainnya yang suka bersembunyi di sudut gelap.

Air-air yang menggenang itu menyeruak, membuat cipratan kecil saat sepatu-sepatu mahal mereka tak sengaja menginjaknya. Lantas bayangan dari orang-orang yang mengenakan pakaian mahal mulai melintas pada dinding lapuk itu. Terus menggema bersama suara langkah dan bisik-bisik yang tidak terdengar jelas di sepanjang lorong.

Min Yoongi masuk ke tempat itu dengan kepala terangkat angkuh. Tangan kanannya melingkar apik di pinggang ramping calon pengantinnya, sementara di belakang punggungnya, dua orang kepercayaannya yakni Taehyung dan Jungkook, selalu setia mengikuti setiap langkah sang ketua.

Mereka berempat berjalan dalam diam dengan seorang pemandu yang disediakan oleh pemilik tempat itu. Hanya gesekan sepatu mahal beradu dengan tanah lembap yang terdengar.

Sepasang iris cokelat milik Jimin mematai setiap sudut lorong yang panjang itu. Tempat yang membuatnya merasa akrab, juga benci di saat yang bersamaan.

Jimin menunduk, menatap kakinya yang terbalut oleh sepatu mahal kini tengah berjalan di atas tanah yang lembap. Namun di matanya, sepasang kaki kecil penuh luka, tanpa alas dan terbelit rantailah yang terlihat.

Begitukah kondisinya saat ia berjalan di sepanjang lorong bawah tanah milik Seonduk dulu? Jimin pun tidak bisa memastikan ilusi buatan yang muncul di kepalanya, karena ia tak pernah melihat langsung semua hal yang kini ada di benaknya itu.

Jimin menarik napas dalam, tanpa sadar ia meremat lengan Yoongi dengan lebih erat dan mulai memejamkan matanya. Namun, ketika kelopak itu hampir menelan habis manik indahnya, sebuah perintah mutlak keluar dari bibir tipis pria pucat yang masih menatap datar tanpa menoleh ke arahnya sedikit pun.

“Angkat kepalamu dan jangan tutup matamu!”

Hanya dengan satu kalimat perintah itu, kelopak Jimin kembali terbuka lebar dan ia menatap lurus ke depan.

“Nee,” jawabnya pelan dengan sebuah senyuman kecil yang terukir di bibir plumnya. Senyuman yang bahkan Jimin pun tak tahu apa yang menjadi alasannya.

Sebuah cahaya yang lebih terang sudah mulai terlihat di ujung lorong, dan si pengantar menuntun mereka ke tempat itu. Ke sebuah ruangan yang lebih luas, dengan cahaya temaram, tetapi sangat terang pada bagian panggung yang ada di hadapan puluhan kursi yang berjejer apik dan sudah di duduki oleh orang-orang berdompet tebal.

Sweet Temptation | YOONMIN • ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang