"Saya sedang mengikuti Tuan Jungkook untuk menuju mansion ayah anda, Ketua. Keadaan di sini cukup kacau, kita kehilangan semua data-data penting dan Kim Taehyung meminta kami untuk memperketat semua keamanan baik di markas, base, juga mansion. Sedangkan di tempat ayah anda, hanya ada pengawal-pengawal generasi lama yang masih sangat setia pada ayah anda."
Laporan yang baru saja diaberikan salah seseorang anggota inti dalam sindikatnya, membuat rahang Yoongi menggertak dan menggigit ujung ibu jari yang tenggelam di bilah bibirnya dengan semakin keras. Tanpa peduli jika kukunya terkoyak dan mengeluarkan darah.
"Berikan kami perintah, Ketua."
Yoongi menghela napas kasar. Ponsel milik Jungkook yang masih menempel di telinganya, ia genggam dengan kuat. "Ikuti saja perintah Jungkook. Aku sendiri akan menyusul ke sana," putus Yoongi.
"Saya mengerti, Ketua."
Yoongi menghembuskan napas kasar saat sambungannya terputus. Ia menarik lepas selang infus yang masih menempel di tangan kanannya dan memaksa tubuhnya yang masih terasa begitu kaku dan nyeri untuk turun dari ranjang.
Sebagai ketua, Yoongi tentu tak bisa berpangku tangan atas semua kekacauan yang terjadi. Kepanikan para anggota klan karena kehilangan semua data-data penting harus ia tenangkan sendiri. Juga ia tak bisa hanya duduk diam dan menerka-nerka apa yang tengah Taehyung rencanakan kali ini. Yoongi benar-benar harus turun tangan sendiri, walau tubuhnya baru saja mendapat luka tembak yang cukup dalam dan masih berada dalam perawatan.
"Mau kemana kau?! Siapa yang memberimu izin untuk melepaskan infusmu, pasien pucat?"
Yoongi hanya mendengus saat Seokjin yang tiba-tiba muncul dari balik pintu, kini berkacak pinggang sambil menatapnya dengan garang.
"Berikan aku pakaian," pinta Yoongi tanpa menghiraukan omelan Seokjin.
"Kembali ke ranjangmu. Sebagai dokter yang telah mengoperasi dirimu, aku tidak mengizinkanmu untuk pergi kemana pun!!" tolak Seokjin. Membuat sebuah seringgaian kecil tercipta di bibir tipis Yoongi.
"Papa, please. Aku harus pergi, aku janji tidak akan lama. Lagi pula kau adalah dokter yang hebat. Kalau terjadi apa-apa denganku, aku yakin kau bisa menolongku, hum?" pinta Yoongi dengan wajah memohon dan senyuman yang begitu lembut.
Kemampuan Min Yoongi dalam melakukan media play memang tidak bisa diragukan. Itu terbukti dari banyaknya media dan masyarakat umum yang begitu mengidolakan pria tampan yang terkenal dermawan itu. Dan tipuan manisnta tentu bisa menyentuh hati siapa pun. Termasuk Kim Seokjin.
"Papa, please. Aku harus pergi, untuk menyelesaikan semuanya. Agar aku bisa cepat-cepat melamar putramu dengan layak. Aku janji tidak akan membuat luka di punggungku terbuka, hum? Dan tolong beri aku obat pereda rasa sakit untuk sementara," bujuk Yoongi lagi, bahkan kali ini ia menggenggam lembut kedua tangan dokter manis itu.
Seokjin merinding bukan main di buatnya. Ia menarik tangannya dari genggaman Yoongi dan mengusap tengkuknya.
"Papa.."
Sial. Seokjin benar-benar lemah jika di panggil dengan lembut seperti itu.
"Baiklah! Tapi aku dan Namjoon akan ikut denganmu!" tegas Seokjin.
✤✤✤✤✤
Suara deruan dari beberapa mobil di tengah kegelapan dan juga letupan-letupan kecil dari kobaran api membuat Taehyung dan Jimin menoleh bersamaan ke arah gerbang tinggi yang menjadi pintu masuk utama.
"Pergi!!" seru Jimin dengan suara tertahan. Kembali mendorong pelan pundak Taehyung.
Pemuda bermarga Kim itu mengacak rambutnya dengan frustrasi. Lantas ia tangkup kedua pipi si manis dan mengecup keningnya untuk sejenak. Membuat Jimin memejamkan mata dengan tangan yang kini terkepal di atas pahanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Temptation | YOONMIN • END
FanfictionYOONMIN - Dark Romance ______________________________ Ketika takdir mengungkapkan dendam melalui sebuah kisah cinta yang rumit. Potongan puzzel yang begitu berantakan, satu per satu mulai tersusun di dalamnya. Mengungkap kebenaran, mengguncang hati...