◆ Chapter 21 ✔

4.4K 553 145
                                    

Dengan perlahan jarum berukuran kecil itu menembus salah satu pembuluh darah pada leher pucat Yoongi. Lantas dengan penuh kehati-hatian jari mungil Jimin menekan tuas pada ujung jarum hingga membuat cairan bening yang menjadi penawar racun itu masuk ke dalam aliran darah calon pendamping hidupnya.

Desisan samar keluar dari bilah bibir tipis Yoongi saat Jimin menarik jarumnya. Lantas dengan telaten si manis menempelkan kapas dengan alkohol pada bekas suntikannya.

“Papa, apa kau yakin semua racunnya akan hilang setelah ini?” tanya Jimin sambil menatap Seokjin yang sejak tadi berdiri di dekat mereka.

Mata dengan iris berwarna karamel milik Seokjin membola. “Jiminie, sejak kapan kau meragukan papa, hum?” tanyanya dengan rasa tidak percaya yang begitu kentara.

“Sejak aku tahu kalau papa membohongiku dan meracuni Yoongi-ku!”

Kedua tangan Seokjin yang ada di dalam saku jas putih yang ia kenakan mengepal kuat, matanya menyendu menyorot sedih. “Papa kan sudah minta maaf,” lirihnya.

Menghela napas dalam, Jimin lantas meraih tubuh yang lebih tinggi darinya itu dan menjinjit untuk memberi sebuah rengkuhan hangat. “Maaf papa, aku hanya takut,” gumamnya sambil mengusak wajah di ceruk leher Seokjin. “Aku percaya padamu ... akan selalu percaya pada papa and daddy,” ungkap Jimin.

Sungguh lemah, melihat putranya yang seperti ini membuat hati Seokjin seketika meleleh. Ia membalas pelukan itu dan menepuk-nepuk punggung mungil putranya.

Jimin melepaskan pelukan itu ketika merasakan tarikan pelan pada ujung kemejanya. Ia segera berbalik dan mendapati Yoongi yang terlihat pucat pasi.

“K-kenapa ...”

“Mual!!” sela Yoongi. Ia menutup mulutnya dengan telapak tangan seolah sedang menahan sesuatu yang siap keluar kapan saja.

“Tidak apa-apa. Obat penawarnya sudah bekerja. Dia akan memuntahkan banyak darah kotor nantinya. Tapi sungguh, itu tidak apa-apa,” jelas Seokjin dengan cepat.

Jimin mengangguk, lantas meraih tangan Yoongi dan menuntunnya ke kamar mandi. Mendampinginya di sana sambil memijat tengkuk Yoongi yang kini memuntahkan cairan merah kental ke dalam wastafel.

“Maafkan aku ... kalau saja bukan karena diriku, kau pasti tidak harus merasakan hal seperti ini, Yoongi,” gumam Jimin.

Yoongi membasuh mulutnya dengan air bersih, kemudian mendongak untuk menatap bayangan Jimin dari cermin besar di hadapannya.

“Tidak apa-apa. Jika yang aku dapatkan adalah dirimu, maka aku rela meminum racun yang paling mematikan sekali pun,” ungkap Yoongi.

Jimin yang tadinya menunduk, perlahan menaikkan kepalanya. Menatap bayangan wajah pucat Yoongi di dalam cermin. Mereka bertatapan dalam diam. Untuk beberapa saat, tidak ada yang memulai pembicaraan, hingga Yoongi berbalik dan mendapat sebuah tendangan pada tungkai kakinya. Dan suara ringisan Yoongi memenuhi ruangan sempit itu.

“Bodoh! Bagaimana bisa kau mendapatkan aku jika kau mati minum racun!! Kalau mau merayuku sebaiknya pikir-pikir dulu, Tuan Min!!” kesal Jimin, lantas melenggang pergi meninggalkan Yoongi yang masih melongo di dalam kamar mandi.

“Shh ... seharusnya aku biarkan saja kucing liar itu menganggapku tuannya,” gerutu Yoongi, kemudian kembali memuntahkan darah berwarna kehitaman dari mulutnya.

Saat keluar dari kamar mandi ia tiba-tiba mendapat uluran ponsel dari Jimin. Wajah si manis yang tadinya kesal, kini telah kembali menampakkan bulan sabitnya.

Sweet Temptation | YOONMIN • ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang