◆ Chapter 12 ✔

5.8K 647 150
                                    

Langit yang berwarna jingga keemasan kini telah berganti menjadi hamparan biru dengan awan putih yang berbaris rapi, bergerak pelan bersama hembusan angin di musim panas.

Matahari sudah mulai meninggi dengan cahayanya yang begitu terik menyinari setiap sudut dari halaman luas mansion milik Min Yoongi.

Angin yang berembus tenang, menerpa pepohonan rindang yang menghiasi halaman rumah itu. Membuat daunnya bergesekan dan menghasilkan harmoni yang begitu menenangkan.

Di kamar utama yang ada di lantai dua, tirai yang menutupi jendela sengaja dibuka dengan lebar. Membuat cahaya hangat mentari memenuhi ruangan luas itu. Angin yang berembus pelan turut masuk membawa udara segar dan membuat tirai yang mengantung di kedua sisi jendela bergerak pelan.

Pada sisi ranjang seorang pria manis dengan garis wajah yang nyaris sempurna sedang duduk dalam diam. Kepalanya menunduk sambil membolak-balik majalah yang menampilkan foto putranya.

Di bawah kakinya, seekor anjing besar duduk dengan tenang, sementara di sisi lain ranjang, seorang robot dengan wujud wanita tengah berdiri sambil mengamati pria mungil yang masih terlelap dalam gelisah.

Selimut tebal berwarna hitam itu menutup hingga dada pria mungil itu. Kedua tangannya terlukai lemas di sisi tubuhnya. Di sudut kanan ranjang, terdapat tiang infus dengan selang yang terhubung pada pergelangan tangan kanannya. Sementara wajah manis yang biasanya merona cantik, kini nampak sedikit pucat.

Putra kesayangan Seokjin dan Namjoon itu jatuh sakit. Suhu badannya cukup tinggi, dengan tubuhnya menggigil. Tidurnya begitu gelisah, dengan keringat dingin yang membanjiri pelipisnya. Dan ia selalu seperti itu saat trauma akan masa lalu datang dan mengacaukan mentalnya.

Seokjin hampir saja menancapkan jarum beracunnya pada seluruh tubuh Yoongi, saat pria pucat itu menceritakan semua kejadian yang menimpa putranya semalam. Penculikan, pembantaian dan ‘monster’.

Seharusnya Jimin tidak pernah mendengar kata itu kembali ditujukan padanya. Jika saja Min Yoongi bisa menjaga putranya dengan sedikit lebih baik, Jimin pasti tidak akan terguncang seperti ini.

Seokjin teramat kesal karenanya. Jika saja Namjoon tidak mengingatkan tentang betapa Jimin memuja tuannya itu, maka sudah dipastikan tubuh Yoongi terbujur kaku dengan ribuan jarum menancap di sekujur tubuhnya.

“Eungh....”

“Tuan muda sudah sadar, Dokter Kim,” ucap Ta ketika mendengar Jimin mengeluarkan erangan samar. Mata robot itu mengedip dan mulai memindai seluruh tubuh Jimin. “Ada beberapa luka fisik ringan, tetapi bagian vitalnya masih aman. Tekanan darah normal, suhu tubuh normal, kondisi fisik stabil,” ucapnya dengan suara khas robot.

Seokjin yang sudah beranjak dari tempat duduknya mengangguk pelan. “Terima kasih, Ta,” ucapnya sambil memastikan sekali lagi keadaan putranya.

“Eomma, appa, hyung, jangan pergi. Jangan tinggalkan aku.” Suara lirihan yang terdengar lemah itu keluar dari bilah bibir Jimin, membuat hati Seokjin tercubit ngilu. Selalu begini, walaupun Jimin mengatakan ia tidak peduli dengan keluarganya, tapi alam bawah sadarnya selalu memanggil mereka pada saat-saat terapuhnya.

“Jimin-ah ... bangun, nak. Papa di sini, sayang,” gumam Seokjin sambil memegang erat tangan mungil Jimin yang mengepal.

“Eomma, appa, hyung. Hwan-ie tidak nakal...” lirihnya dengan air mata yang mulai meleleh.

Sweet Temptation | YOONMIN • ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang