◆ Chapter 44 ✔

5K 599 310
                                    

Duduk termenung di ruang tengah sederhana rumah atasnya, Kim Seokjin menunggu tamunya seorang diri. Anak-anaknya, Taehyung, Yoongi dan Jungkook sedang berkumpul di kamar Jimin. Sementara Namjoon, mengurung diri di ruang kerjanya sejak siang tadi. Hingga Seokjin tidak berani mengganggu suaminya itu.

Saat mendengar suara deruan mesin mobil di halaman rumahnya, Seokjin tak lekas bergegas kendati tahu jika tamunya telah tiba. Hingga suara ketukan pintu terdengar, barulah ia beranjak dengan langkah yang terasa begitu berat.

Seokjin termangu. Total tertegun saat mendapati anak remaja serupa suaminya berdiri sembari mengulas senyum hangat begitu ia membuka pintu. Perawakannya, matanya, senyumnya, bahkan lesung pipi itu. Begitu mirip, hingga siapa pun akan langsung bisa menebak, jika yang berdiri di hadapannya ini adalah anak dari Kim Namjoon, suaminya.  Namun sayang, anak itu tidak terlahir oleh dirinya. Membuat hati Seokjin tercubit ngilu karenanya.

“Hum...” Leo berdeham canggung saat tuan rumah menatapnya seperti tengah melihat makhluk asing turun dari antariksa. Namun, di tengah keterkejutan itu, Leo menangkap semburat luka yang tersirat di mata cantik pasangan hidup ayahnya. “H-Hallo, pa-papa Seokjin?” sapanya sembari melambaikan tangan.

Tubuh Seokjin meremang, hatinya menghangat. Panggilan itu terdengar manis untuk dirinya. Sementara Hoseok hanya terkekeh melihat tingkah kedua orang itu. Terlebih Leo yang biasanya selalu bersikap santai, kini terlihat malu-malu dan tak berkutik di hadapan Seokjin.

“Seokjin..” Hoseok menepuk lembut bahu Seokjin, hingga dokter manis itu mengerjap beberapa kali.

“Eoh? Oh! Se-selamat datang. Ka-kalian pasti lelah, ayo masuk,” ajak Seokjin sembari menyembunyikan air yang menggenang di pelupuk mata.

Leo menahan pundak Seokjin yang hendak berpaling. Ia membalik tubuh papa tirinya dan menangkup kedua bahu sang dokter. “Papa, apakah papa tidak suka padaku? Apakah papa membenciku? Kenapa papa memberiku air mata saat aku mengharap sebuah pelukan hangat sebagai sambutan? Aku kemari bukan untuk merusak atau mengganggu hubunganmu dengan daddy, papa Seokjin. Aku kemari hanya untuk mendapat lebih banyak kasih sayang. Tolong jangan membenciku,” ungkapnya.

Hati Seokjin sakit bagai tertikam. Kali ini bukan karena takut atau kecewa akan masa lalu suaminya. Namun sakit karena kecewa pada dirinya sendiri. Karena ia sempat berpikir buruk terhadap anak dengan hati sepolos ini.

Tangisan Seokjin pecah begitu saja. Ia rengkuh tubuh besar Leo dan memeluknya dengan begitu erat. “Maaf, nak. Maafkan papa.. Papa tidak membencimu. Kau akan mendapatkan banyak kasih sayang di sini, sungguh. Papa berjanji padamu,” gumam Seokjin di tengah isakannya.

Hoseok yang melihat itu semua hanya bisa memalingkan wajah. Senyum dan tangis bahagia terlukis di wajah manisnya. Merasa bangga terhadap ketulusan hati putra semata wayangnya.

Saat tengah menghapus air matanya, Hoseok tak sengaja menangkap sosok Namjoon di ambang pintu. Ayah dari anaknya itu berdiri dalam diam dengan mata basah berhias air mata.

Hoseok meremat dadanya yang terasa perih saat mendapati tangan kiri Namjoon yang telah puntung. Rasa bersalah sontak menyeruak dalam rongga dada, saat kenangan masa lalu menghantam benaknya.

“Na-Namjoon..” lirih Hoseok.

Pelukan Leo dan Seokjin sontak terurai, keduanya sama-sama menoleh ke ambang pintu dan terdiam tanpa lisan saat Namjoon mendekat ke arah mereka.

Namjoon berdiri di hadapan Leo. Menatap wajah itu bagai tengah bercermin, walau sang putra nyatanya sedikit lebih tinggi dari dirinya. Sedikit lebih urakan dengan pakaian ala preman dan banyaknya tattoo yang menghiasi kulitnya, dan sedikit lebih muda sebab usia mereka terpaut jauh. “Tapi aku tetap lebih tampan,” gumam Namjoon menjawab lirihan batinnya sendiri.

Sweet Temptation | YOONMIN • ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang