◆ Chapter 39 ✔

3.8K 527 302
                                    

Sepasang iris itu terus bergerak mengikuti pergerakan sebuah mobil yang ia yakini adalah mobil yang di kendarai oleh Jimin melalui sebuah layar besar di ruangannya. Satu-satunya mobil yang terekam kamera CCTV pinggir jalan dan keluar dari daerah hutan di mana ia menemukan Taehyung.

"Damn!!" Kim Namjoon lagi-lagi mengumpat saat mobil itu kembali mengitari jalan-jalan kecil yang sama. Seolah dengan sengaja menguji kesabarannya. "Nakal sekali! Rupanya kau ingin bermain dengan ayahmu, hum?!" kesal Namjoon, lalu kembali mengamati dengan sabar.

"Oh God, damn it!!" maki Namjoon saat layar besar di hadapannya menggelap, membuat kedua tangan Namjoon bergerak cepat untuk memeriksa keadaan. "Kenapa CCTV yang harusnya merekam jalanan mati?! Apa yang dilakukan petugas-ah fuck!!" umpatnya setelah tahu yang menyebabkan CCTV itu mati beberapa jam yang lalu adalah dirinya sendiri. Di mana dia menembus kemacetan dengan cara yang sedikit berbeda.

"Baiklah! Tenang Kim Namjoon," gumamnya sembari menarik napas dalam-dalam. Ia memutar waktu rekaman itu hingga dua menit ke depan dan kembali mengumpat saat mobil yang di kendarai Jimin sudah hilang dari tempat itu. Entah pergi ke arah mana, karena di sana ada tiga persimpangan. Dan kini ia harus memeriksanya satu per satu.

Saat Namjoon tengah bergelut dengan rekaman CCTV dan kekesalannya, Seokjin datang ke ruangan itu. Memberinya pelukan penenang sembari meletakkan dua buah ponsel di hadapan Namjoon.

"Ta dan robot lainnya sudah kembali. Mereka menemukan ponsel Jimin dan juga milik Taehyung di dalam jurang itu. Sudah rusak parah, tapi suamiku ini tentu bisa memulihkan isinya, iya kan?"

Sebuah kecupan manis Seokjin berikan di bibir suaminya. "Taehyung bilang, dalam ponselnya ada lokasi markas milik Red Dragon. Lupakan soal rekaman CCTV, kita temukan Jimin dari sini," usul Seokjin sambil mengetuk-ngetuk kedua ponsel yang ia letakkan di hadapan Namjoon.

Salah satu sudut bibir Namjoon terangkat. Ia tatap ponsel di hadapannya sambil menggeleng jengah.

"Ada apa, Joon-ah?" tanya Seokjin.

Namjoon meraih kedua ponsel rusak itu. "Putra kita itu benar-benar nakal. Dia senang sekali mempermainkan daddy-nya!" gemas Namjoon. Ia mengambil sebuah kabel yang terhubung dengan komputernya, lantas menyambungkannya dengan ponsel Taehyung.

"Rupanya Jimin kita tidak berniat untuk menantang maut sendirian. Entah apa tujuannya, tapi sepertinya Jimin ingin kita memberinya waktu untuk menemui orang itu. Jimin tetap ingin kita menyusulnya dengan meninggalkan jejak ini," celoteh Namjoon sembari memulihkan data ponsel itu.

Alis Seokjin sedikit berkerut saat mendengarnya. "Menurutmu Jimin sengaja? Bukannya dia ingin pergi sendiri dan menghapus jejak keberadaannya?" gumam Seokjin sembari melingkarkan tangannya di pundak Namjoon.

"Tidak sayang. Jimin itu pintar, kalau dia mau menghilangkan jejak, dia hanya perlu menghancurkan ponsel ini. Mengeluarkan cipnya sehingga tidak bisa dilacak. Bukannya merepotkan aku dengan membuangnya ke jurang. Jimin ... nakal sekali!" jengah Namjoon.

"Kenapa kau selalu bisa menebak isi kepala Jimin?" gumam Seokjin.

"Karena aku yang mengajarkan dia berpikir dengan cara pandangku. Jimin sedikit gegabah kali ini, tapi aku yakin dia punya alasan untuk itu."

Seokjin menghela napas dalam. "Kalian berdua sangat rumit. Sama-sama suka bermain dengan nyawa sebagai taruhan. Tapi sialnya, aku sangat mencintai kalian!"

"Love you more, babe.." balas Namjoon, lantas mencuri kecupan di bibir ranum belahan jiwanya.

"Joon-ah, menurutmu siapa ketua Red Dragon yang sebenarnya?" tanya Seokjin sambil menumpu dagunya di atas kelapa Namjoon yang kembali menatap layar.

Sweet Temptation | YOONMIN • ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang