17

3K 383 18
                                    

Karina dibangunkan oleh Jeno untuk ikut makan malam berssma mau tak mau gadis itu harus menurutinya.

mau menolak tidak bisa. ia juga sedang lapar.

saat dimeja makan hanya ada kecanggungan yang ada, maklum ini baru pertama kalinya mereka makan bersama Karina, setelah gadis itu ditemukan jeno benar-benar tak memperbolehkannya keluar kamar dan hari ini ia kembali mengizinkan karina.

"suasana begitu sangat canggung rasanya" ujar yeri

"apanya yang canggung kita ini sedang makan" jawab Taeyong.

"kau ini menyebalkan sekali sih aku kan hanya ingin mencairkan suasana" gerutunya, AHAHAHA lihat sifat asli yeri keluar.

Taeyong menggeleng "no, kita bukan es krim jadi tak perlu dicairkan"

"kenapa kau selalu mengejek ku sih, menyebalkan"

"itu fakta bukan ejekan !" kilah Taeyong.

berhasil, yeri dan taeyong berhasil mencairkan suasana dimana karina sedikit tertawa dibuatnya meski tak besar, mungkin gadis itu masih sungkan.

"jangan tertawa itu menyebalkan kau sama saja dengan Taeyong, benar-benar ya" ujar yeri namun setelah mengatakan itu ia tetap tersenyum.

"aku bercanda karina sayang, tertawalah jika ingin. aku tak melarang meski nanti kedua laki-laki ini akan memberikan tatapan tajam" ujar yeri.

"bunda karina sedang makan" tegur jeno lalu setelah nya ia langsung menyuruh Karina untuk kembali fokus pada makanannya padahal karina baru saja akan menjawab ucapan yeri.

"ngomong-ngomong karina kau itu sangat cantik, pantas saja putra ku suka. hei besok ikutlah berbelanja dengan ku kita harus mengubah penampilan mu dengan begitu elegant, kau harus merubah dirimu menjadi gadis berkelas" ujar yeri.

"jeno bolehkan bunda mengajak Karina pergi ke salon dan ke mall, kami akan menghabiskan waktu bersama anggap saja kami sedang melakukan pendekatan antara calon mertua dan menantunya"

"ti-"

"biarkan saja dia membawa karina jeno, ayah akan tetap menyuruh yuta mengetatkan penjagaan mereka besok"

"baiklah bunda, sekarang makanlah dengan tenang"

•LOST•

Jeno kembali memeluk tubuh mungil karina dengan erat, Karina tentu saja sekarang sudah terbiasa dengan itu semua meski kadang ia juga merasa risih.

setiap malam memang selalu seperti ini hanya ada keheningan namun kali ini karina tak tinggal diam, ia tau hanya tinggal menghitung hari pernikahannya dengan jeno semakin dekat.

"tuan" ujarnya.

jeno melirik sekilas lalu bertanya "ada apa?"

karina mengigit bibir bawahnya, ia takut jika membahas ini lagi dan lagi.

"kau bilang pernikahan kita tinggal beberapa hari lagi"

Jeno mengangguk "lalu ?"

"aku sejujurnya hanya ingin tau kenapa kau ingin menikah dengan orang seperti ku dan kenapa kau tidak menjadikan ku budak saja ?"

jeno terdiam karina pun sama.

"karna aku ingin" akhirnya jeno menjawab karna tak puas Karina berujar lagi.

Tied By Destiny [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang