Toxic Series-26

7.1K 354 6
                                    

Sherra terus memandang foto ibunya yang terpajang diatas nakas sebelum mendudukkan dirinya di tepi ranjang. Ini adalah saat pertamanya hidup sendirian. Setelah sedari kecil ditinggal sang ayah kini Sherra harus ditinggal Mama Dinda juga.

Entah mengapa. Semesta seperti tak mengijinkannya bahagia, sampai sampai Sherra terus mengalami kehilangan diseumur hidupnya.

Gadis itu mengusap air matanya saat dirasa rindu mulai menyeruak dari dalam dada. Isakannya masih terdengar menyiksa sampai ia harus melangkah dengan kaki yang lemah kala suara ketukan pintu menyapa.

Tok

Tok

Tok

Cklek.

Tepat saat pintu terbuka, Tiba tiba saja tubuhnya terhuyung kebelakang karena pelukan yang Jeff buahkan padanya.

"Jeff... "

"Gue disini buat lo"

Tepat setelah Jeff mengatakan itu tangis Sherra kembali pecah. Namun kini ia melampiaskannya pad sebuah pundak untuk bersandar. Yang siap menerima duka serta tangisnya.

"Sakit Jeff.... "

"Aku sendirian"Jeff menggelengkan kepalanya sambil mengusap punggung Sherra lembut.

"Ada gue. Lo gaakan sendirian lagi"

______

Jeff terus memandang Sherra dari ambang pintu kamar. Kala gadis itu tengah membersihkan wajahnya di kamar mandi dengan pintu yang terbuka. Lelaki itu terus mengawasi pergerakan Sherra sambil memasuki ruangan lalu memggantumg jaketnya pada gantungan belakang pintu gadis itu sebelum menutupnya.

"Kamu mau nginep disini?"Tanya Sherra saat Jeff meletakkan ponsel berserta dompetnya diatas nakas milik gadis itu.

"hn, gue bakal temenin lo semalaman" Sherra menyembunyikan senyumnya.

"Kalo gitu, kamu mau mandi dulu?" Keff menoleh kearah gadis itu.

"Boleh" balasnya lalu berjalan memasuki kamar mandi dengan Sherra yang melirik punggung itu dengan ekor matanya.

______

Sherra membaringkan tubuhnya drngan posisi menyamping. Jeff yang baru saja selesai mandi pun ikut naik keatas ranjang, kemudian memeluk pinggang Sherra.

Gadis itu tak merespon apa apa saat baju tipisnya bersentuhan langsung dengan dada telanjang Jeff dibelakangnya.

"Jeff, kamu pernah ngerasain kehilangan gak?" celetuk Sherra tiba tiba.

"Hm, semua orang pernah kehilangan"Jawabnya mengecup pucuk kepala gadis itu lalu menjatuhkan dagunya disana.

"Pernah bukan selalu kan? Karena aku selalu kehilangan. Pertama kehilangan sosok papa waktu kecil terus sekarang mama. Apa aku emang ditakdirkan untuk sendirian?" Hening. Jeff tak bisa menjawab pertanyaan Sherra

Gadis itu masih terlarut akan duka hingga sulit untuknya mengingat masa bahagia. Kehilangan terlalu membekas dalam dirinya hingga tak punya pikir panjang kedepan. Yang ia ingin sekarang hayalah ketenangan setelah ia menetima kepergian ibunya yang amat cepat.

"Sherr" Jeff memajukan tubuhnya, pelukannya perlahan naik ke dada dan leher gadis itu.

"Kalau bicara tentang kehilangan. Gue juga sama" ujarnya.

"Gue kehilangan nyokap dan bokap gue. Raganya mungkin ada, tapi perasaannya mati"

Sherra terdiam. Perlahan nafas Jeff mulai menyapu lehernya. Gadis itu tak bergerak, sebelah tangannya mencengkram sprei bantalnya erat.

"Sher gue tau lo mungkin belum bisa menerima keadaan. Tapi percaya, tuhan gaakan ngasih lo ujian kalo lo gabisa melewatinya" Ujar Jeff bijak. Sherra menolehkan kepalanya

"Tumben bijak"Jeff terkekeh. Memeluk Sherra gemas. Gadis itu sedikit tertawa sebelum membenahi posisinya lalu mulai memejamkan mata.

"Sher"

"Hm? Nyokap sama bokap gue juga gak seharmonis yang lo pikir kok"

"Maksud kamu?"Tatapan Jeff menerawang ke depan.

"Nyokap sama bokap gue. Enggak kaya pasangan normal pada umumnya. Bokap gue masih cinta sama masa lalunya. Bokap orang yang tempramen, suka mukul, kasar tapi nyokap selalu tutup mata. Seolah apa yang bokap gue lakuin itu adalah cara mendidik anak yang baik" Sherra terdiam. Suara Jeff terdengar tenang namun Sherra dapat menangkap adanya luka disana.

"Nyokap gue emamg psikolog Sherra. Psikolog anak malahan, tapi dia gak ngerti. Kalau cinta itu sifatnya melindungi bukan menyakiti"

Sherra memegang lengan Jeff yang memeluknya. Ikut menyentuh lengan penuh luka yang kini banyak bercerita. Mungkin Sherra tak seberuntung Jeff entah dari hartanya atau lengkap keluarganya. Tapi perihal cinta dan kasih sayang? Mama Dinda juaranya.

Setidaknya dalam 17 tahun hidupnya. Sherra merasakan apa itu artinya di lindungi dari orang orang yang hendak menyakiti.

"Cape ya Jeff?"

"Enggak. Kalau gue cape gue udah mati dari lama" Tutur lelaki itu mulai memejamkan mata.

"Gue masih punya cita cita. Gue gamau mati dulu"

"Emang apa cita cita kamu?" Suara Sherra terdengar kecil namun mengakun lembut.

"Punya keluarga cemara"Lelaki itu hanya ingin memiliki keluarga bahagia yang berisi canda tawa. Bukan pekikan dan tamparan kasar penuh luka.

"Gue mungkin tersiksa punya orang tua kaya mereka. Tapi dimasa depan nanti, gue gamau anak gue merasakan hal yang sama" Paraunya penuh asa. Membuat telinga Sherra mendingin seketika.

Jeff rupanya tak seburuk apa yang ia kira. Jeff masih memiliki sisi manusia namun tak pernah terlihat oleh mata. Sherra mungkin kecewa karena sikap arogannya. Namun sepertinya, ia akan lebih kecewa jika tak merasakan sisi hangat Jeff yang seperti ini.

"Sherr... "

"Hm?"

"Lo jangan kaya nyokap gue ya"

"Gimana?"

"Lo harus jadi ibu yang baik"

"Pastilah, aku gaakan nyaki-"

"Gue belum selesai" Seketika bibir Sherra mengatup rapat.

"Maksud gue" Jeff mencium pipi gadia itu sekilas sebelum melanjutkan ucapannya.

"Lo harus jadi ibu yang baik untuk anak kita nanti"

_______

TOXIC SERIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang