-----
PLAK
"Sekarang kamu puas?" teriak Sinta menggema pada Caca yang kini jatuh bersimpuh. Masih dengan dress birunya. Walaupun pesta telah selesai namun penderitaan Caca jauh dari akhir
Ia masih tetap mendapat caci maki oleh ibunya sendiri. Karena perjodohan ini merupakan jembatan menuju untung besar perusahaan. Namun kini hanyalah angan semata.
Saham perusahaan mereka anjlok seketika. Karena keluarga Altair langsung menarik seluruh suntikan dana. Padahal sudah jelas pihak mereka yang salah dan memutuskan perjodohan secara sepihak.
Namun, orang kaya selalu punya banyak alasan untuk berkilah. Hingga kini, Caca lah yang ikut merasakan imbasnya.
"Apa ini termasuk rencana kamu? Rencana kamu untuk menghancurkan keluarga kamu sendiri?!"Tuduh Sinta. Caca menggelengkan kepalanya.
"Caca juga gatau akhirnya bakal kaya gini Mama"
PLAK.
"Alasan! Heh kamu denger ya, Pertunangan kalian batal itu karena kamu gak bisa jaga pasangan kamu sendiri! Jadi orang lain dengan mudah merebutnya!"Tajam Sinta menatap Caca nyalang.
"Kenapa sih Mama selalu nyalahin Caca?"Dirinya muak selalu dikambing hitamkan dalam segala salah dan masalah. Seolah ia adalah orang yang pantas mendapat rasa sakit.
"Jelas kamu salah! Hubungan kerja sama ini adalah planning Mama dari lama dan kamu menghancurkannya!"
Prang.
Guci kramik itu seketika terjatuh ke lantai saat Sinta mendorongnya kesal. Sedangkan Caca masih diam tak bergeming.
"Kalau saja waktu itu saya menjual kamu ke mafia kaya. Mungkin akhirnya tidak akan seperti ini. Dan perusahaan saya mungkin sudah maju bukan malah bangkrut!" Desis Sinta. Kemudian pergi dari ruang tamu menuju keluar entah kemana. Seketika air matanya luruh bersama tubuhnya yag runtuh.
Caca hanya ingin berpijak pada pilihannya sendiri. Caca ingin terlepas dari hubungan penuh paksaan ini dengan dalih beban hidupnya akan sedikit berkurang. Namun faktanya justru semakin berantakan.
Sedari kecil, entah kenapa. Sinta tak pernah menyayanginya. Sulit untuk Caca mendapatkan kasih sayang seorang ibu sekalipun ia mendambakannya dengan amat sangat.
Sinta. Tak pernah menoleh kepadanya.
_______
Sherra termenung kala Jeff menghentikkan mobilnya di pekarangan rumah Sherra. Gadis itu tak bersuara justru malah memberenggut ketakutan setiap kali Jeff mendekatkan tubuhnya padanya.
"Aku nginep disini" Wajah Sherra terangkat perlahan.
"Jeff, boleh kasih aku ruang untuk sendiri?" Tanya gadis itu parau. Jeff memandang sendu wajah Sherra dengan sorot dalam.
"Kasih aku waktu untuk mencerna semuanya. Aku... Aku... Masih belum bisa terima apa yang terjadi, saat ini" netranya mulai berkaca kaca. Jeff tak tega dibuatnya.
Lelaki itu lantas mengangguk.
"Oke, aku kasih kamu waktu satu hari untuk menenangkan diri" Senyum simput tersirat pada bibir gadis itu.
"Makasih"Sherra menundukkan kepalanya hendak keluar mobil namun lagi dan lagi Jeff menahannya.
"Tapi setelah itu, sedetik pun kamu gaakan pernah aku lepas"
"Ingat? Semua orang tau kalau kamu hamil anak aku"
Sherra terdiam. Hanya sanggup memandang tanpa suara. Kini ancaman sudah menjadi sebuah kata yang biasa. Pertanda mentalnya sudah rusak parah.

KAMU SEDANG MEMBACA
TOXIC SERIES
Teen Fiction"I think I'm addicted to your body"-Jeffranz Altair- Sherra menyesali keputusannya malam itu. Malam dimana ia menyerahkan tubuhnya pada cinta pertamanya---Jeffranz Altair si Perisai PASBARA yang terkenal dingin dan kasar. Sherra menyesal. Karena set...