"Kamu ngidam apa?" Jemari Sherra yang tengah menjahit celananya yang robek seketika terhenti. Kepalanya menoleh pada Kai yang terus menatap kearahnya. Sudah hampir satu bulan penuh ia berada di desa ini dan Kai selalu menyempatkan diri untuk mengunjungi Sherra. Membawakan banyak makanan dan susu untuk kebutuhan gizi gadis itu dan bayinya.
"Lagi gak pingin apa apa" katanya menggeleng sambil melipat bibirnya. Kai mengangguk lantas menyandarkan kepalanya pada punggung sofa. Sherra menyorot khawatir pada lelaki itu, tangan Sherra lantas mengusap kening Kai yang tertutupi oleh surai berantakannya.
"Pasti kamu cape ya?" Netra hazel Kai memandang kearah gadisnya. Sherra yang dibalut baju lengan panjang berwarna hitam dan celana kulot putih sederhana. Surai coklatnya terjepit rapi kebelakang dan hanya menyisakan beberapa helai anak rambut saja. Kai tersenyum penuh haru, masih tak menyangka bisa terus bersama cinta pertamanya.
"Secape apapun aku, kalau liat kamu pasti capeknya ilang"Sherra membalas tatapan mata Kai yang tak berubah padanya. Perasaannya dilanda ketakutan akan kehilangan.
"Kai, kamu inget mimpi kita gak?"tanya Sherra tiba tiba. Kai berpikir sebentar lalu menganggukkan kepala.
"Jadi dokter?"
Sherra dan Kai memiliki mimpi yag sama. Mereka bahkan berjanji untuk memggapai mimpi itu bersama sama. Dengan harapan dapat membantu banyak orang, mengobati setiap sakit dan luka. Tapi seiring berjalannya waktu perlahan Sherra mulai sadar, jika yang bisa melanjutkan mimpi mereka hanyalah Kai. Karena semenjak kepergian Mama. Sherra sudah kehilangan masa depan sesungguhnya.
"Masih lah! Oh iya Sher kayaknya aku belum cerita"
"Cerita apa?"tanya Sherra penasaran.
"Aku akan kembali ke Australia akhir bulan ini" Wajah Sherra berubah seketika. Baru saja ia berharap tak ada kepergian, Kai malah memberinya sebuah kenyataan menyakitkan.
"Aku bakal kuliah disana. Kuliah kedokteran, untuk mewujudkan mimpi aku" Sherra mengangguk, menyentuh pundak Kai lembut.
"Bagus! Kamu harus wujudin mimpi kamu Kai. Aku akan selalu dukung kamu disini" katanya berat. Entah apa yang akan terjadi jika Kai pergi. Sherra hanya bisa menguatkan diri mulai saat ini.
Kai menggenggam tangan Sherra yang semula ada di pundaknya. Menciumnya lembut sebelum akhirnya bersuara.
"Tapi Sher, kamu tau kan? Aku gak mungkin tinggalin kamu, untuk yang kedua kali?" Sherra terdiam. Menatap kebingungan.
Kai lalu membenarkan posisi duduknya. Menghadap Sherra seraya menggegam kedua tangan gadis itu penuh harapan.
"Jadi kamu gaaka-"
"No! Aku tetap kesana!" tegas Kai. "Aku akan tetap kuliah disana, aku akan wujudin mimpi kita bersama sama" Sherra semakin dibuat kebingungan dengan ungkapan sahabatnya. sedangkan Kai yang melihat wajah bingung Sherra terkekeh kecil, menyingkirkan surai nakal yang menghalangi wajah indah gadis itu.
"Kamu dan aku. Akhir bulan ini akan pergi ke australia" Netra Sherra terbelalak.
"Aku akan bawa kamu menetap disana. Kita buka lembaran baru, untuk melupakan masa lalu" ucapan Kai sarat akan keseriusan membuat Sherra terkejut bukan main. Lelaki itu akan membawanya pergi? Itu artinya ia bisa lepas dari belenggu luka yang selama ini mengejarnya.
_____
Jeff menghisap rokoknya dalam dalam. Sambil bertumpang kaki dengan laptop di pangkuannya. Lelaki itu duduk drngan santai sambil meluruskan pandangannya pada kolam ikan taman belakang rumahnya. Menunggu sesuatu dengan penuh ambisi hingga mengetuk jemarinya bersamaan dengan jarum jam yang berdetik.

KAMU SEDANG MEMBACA
TOXIC SERIES
Teen Fiction"I think I'm addicted to your body"-Jeffranz Altair- Sherra menyesali keputusannya malam itu. Malam dimana ia menyerahkan tubuhnya pada cinta pertamanya---Jeffranz Altair si Perisai PASBARA yang terkenal dingin dan kasar. Sherra menyesal. Karena set...