-----
Kai membanting helmnya lalu berteriak sekencang kencangnya kala kainya sampai di danau kecil tempat bermainnya masa kecil. Wajahnya menengadah keatas dimana langit mulai menggelap sepi tanpa bintang menghiasi. Kedua tangan Kai mengepal kuat, demi tuhan sakit hatinya kala menyaksikan sebuah kenyataan perihal penghianatan.
Kai memang bukan kekasih Sherra. Ia hanyalah pecundang yang jatuh cinta dalam diam. Namun kenapa sakitnya setara?
Jatungnya seperti ditusuk 2 tombak panjang bersamaan.
Sherra gadis yang selama ini ia jaga sepenuh hatinya dengan mudah sentuh sejauh utu oleh orang lain. Yang sialnya adalah saudara tirinya sendiri.
Sakit
Perih
Bahkan saat Kai mati matian menjaga kehormatan gadis itu. Dia tanpa beban melakukkan hal yang tak terbayangkan. Kai kecewa, amat sangat kecewa
Entah karena ia yang terlalu banyak berharap akan rasa atau memang hati Sherra tak pernah ada untuknya. Layaknya sebuah kasta kerajaan.
Kai mungkin hanya seorang prajurit yang tugasnya melindungi Sherra yang seorang permaisuri. Bukan raja yang bisa memiliki permaisuri sepenuh hati
Karena dalam kisah ini. Jeff mungkin tahta tertinggi. Sedangkan Kai hanya piguran tanpa aksi yang tersakiti.
Lelaki itu berteriak keras sampai burung burung yang hinggap di dahan pohon rindang berterbangan. Lelaki itu mengusap wajahnya kasar sampai tak terasa jika air mata kut mrmbasahi sudutnya. Lelaki itu melampiaskan segala rasa kecewa.
"BRENGSEK!!"
"BAJINGAN LO SEMUA!"
"GUE YANG JAGA LO!"
"DAN LO MALAH NYERAHIN DIRI LO KE DIA!"
"BRENGSEK!!"
Raungan Kai terdengar perih. Siapapun yang mendengarnya pasti tau betapa besa emosinya disana. Betapa perih lukanya dan betapa menyakitkan hidupnya.
"SAKIT ANJING!!"Kai memukul dadanya sendiri berulang kali sambil terus meratapi hati. Mengapa semesta jahat seperti ini.
Harusnya jika memang sedari awal ia ditakdirkan hanya untuk melindungi. Semesta jangan memberi rasa ini, agar kala dikhianati Kai tak merasa sakit sendiri
Kai terlalu berbawa perasaan sampai sampai tak sadar jika ada yang mendengar keluh kesahnya dari belakang.
Caca.
Gadis itu sudah mengikuti Kai sejak pulang sekolah tadi. Dengan bantuan bapak supir ia mengikuti laju motor Kai yang menggila hingga lelaki itu sampai di danau tempat mereka pertama kali bertukar cerita.
Netra gadis itu berembun setiap kali Kai mengucapkan satu nama penuh cinta. Sedangkan ia hanya ditakdirkan sebagai orang baru tanpa tau apapun.
Sakitnya melihat Jeff bermain api dibelakangnya tak seberapa. Daripada melihat Kai menderita karena menyimpan rasa. Pada gadis yang lelaki itu cinta, dan bukan dirinya.
Grep
Caca memeluk punggung tegap nan rapuh itu dari belakang. Ikut menyelurkan sebuah rasa tenang dan ikut menyerap sedikitnya rasa sakit dalam diri Kai.
"Kai. Maaf aku memang orang asing. Tapi ijinin aku untuk sembuhin luka kamu"
Ya.
Caca akan melakukkan berbagai cara agar Kai sembuh dari derita. Sekalipun mengabaikkan retaknya hati yang Caca terima dari lama.
_______
"Saya merasa ada yang janggal pada kematian Dinda"
Pria paruh baya itu mengepalkan kedua tangannya diatas meja seraya memandang tajam pada rekan di hadapannya.
"Maksud anda?"rekannya langsung menyimpan gelas kopi tersebut di meja lalu mulai menatap kedepan dengan serius.
"Saya mendengar kabar jika mendiang istri anda baru saja menyelesaikan oprasi satu hari sebelumnya. Kecil kemungkinan adanya kendala bahkan suster yang menangani mendiang pun mengaku jika kondisi pasien membaik dengan cepat"Pria paruh baya itu mengermyitkan keningnya.
"Tapi bukannya dokter bilang, jika Dinda meninggal karena komplikasi?" Rekannya menggeleng.
"Tak ada komplikasi, mendiang sedang berada di fase pemulihan" Netra Gangga terbelalak. Ingatannya menyapu pada perkataan Sinta di rumah mereka beberapa malam lalu.
"Saya bilang janggal karena Mendiang meninggal secara mendadak tanpa keluhan apapun" Gangga menumpu wajahnya dengan kepalan tangan seraya memandang menerawang ke depan.
"Saya akan hubungi detektif keluarga untuk menyelesaikan kasus ini" ujar Gangga sebelum akhirnya bangkit berdiri sambil membenarkan jasnya. Beberapa saat kemudian ia melangkah pergi keluar dari ruangan tersebut.
"Kalau sampai dugaan saya benar. Kamu tidak akan pernah bisa lolos dari saya"Desisnya saat melangkah memasuki mobil.
______
Jeff memasangkan baju tidur berbahan satin berwarna merah maroon pada tubuh gadisnya yang terkapar lemah. Dengan lembut ia mengusap wajah Sherra yang banjir keringat drngan lap badan yang sudah di basahi. Membersihkan tubuh gadis itu dengan lembut lalu mrnyurai rambut panjang gadis itu kebelakang.
Jemari Jeff menari, menyentuh kedua pipi Sherra agar dapat memandang wajahnya dengan leluasa.
"Cantik"
"Sangat cantik" pujinya setiap kali memandang setiap inci wajah Sherra yang sempurna. Bahkan tangisnya bagi Jeff candu, apalagi senyumnya.
Sangat memabukkan.
Entah mengapa ia tak jatuh cinta drngan Sherra dari lama.
Kenapa rasa ini baru menggerogoti jiwanya sekarang.
Setelah puas memandangi wajah gadisnya lama. Jeff bangkit berdiri sambil membawa baskom air berisi lap bekas membersihkan tubuh Sherra. Ia melirik pada segelas air dan satu botol kecil obat diatas nakas.
Bibirnya membentuk seringaian jahat.
"Mulai sekarang, gaakan ada yang bisa ambil kamu dari aku. Lagi"Sorotnya memancarkan obsesi yang besar pada gadis yang tertidur di depannya.
Setelah ia berhasil menyingkirkan Kai.
Selanjutnya ada banyak orang yang harus ia singkirkan. Agar bisa memiliki Sherra seutuhnya.
-----
![](https://img.wattpad.com/cover/232406234-288-k804773.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
TOXIC SERIES
Novela Juvenil"I think I'm addicted to your body"-Jeffranz Altair- Sherra menyesali keputusannya malam itu. Malam dimana ia menyerahkan tubuhnya pada cinta pertamanya---Jeffranz Altair si Perisai PASBARA yang terkenal dingin dan kasar. Sherra menyesal. Karena set...