Toxic Series-52

6.7K 210 6
                                    

Tak


Gangga Abraga melempar sebuah dokumen kertas tepat ke atas meja, membuat Jojo menatap ayahnya tak mengerti. Siang bolong ayahnya itu membangunkannya hanya untuk sesuatu yang tidak jelas. Akan tetapi raut wajah pria paruh baya serius. Pertanda jika apa yang ada di depannya bukanlah suatu hal yang main main.

Gangga membuka dokumen tersebut. Yang ternyata berisi beberapa lembar foto seorang gadis dari kecil hingga dewasa lalu beberapa foto lainnya adalah wanita berumur sekitar 35 tahun dengan pakaian sederhana. Tubuh Jojo menegang keringat dingin mulai membasahi punggungnya.

"Pah...."

"Jelaskan!"titah Gangga sambil melpar kasar foto pernikahannya dengan istrinya terdahulu dan foto seorang remaja perempuan yang tersenyum asal. Jojo menundukkan kepala.

"Kamu bekerja sama dengan Sinta?" Jojo perlahan mengangkat wajahnya.

"Kalian berdua bekerja sama untuk menyembunyikan ini semua dari Papa?!" Jojo mrnghrla nafas pelan. Lalu mengangguk, tak ingin jadi pengecut.

"Maaf Pah"jawab Jojo. "Jojo ngelakuin ini demi Mama"

Gangga mengusap wajahnya kasar. Setengah hati pria itu tak menyangka jika anak pertama yang selalu ia agungkan rupanya berkerja sama untuk menghilangkan nyawa wanita yang ia cinta. Seorang anak yang ia pikir takkan pernah tau masa lalunya ternyata menyembunyikan banyak kenyataan yang selama ini Gangga cari sepajang hidupnya. Sudut mata lelaki itu berair, Gangga menutup wajahnya. Netranya mulai memerah menatap Jojo tak menyangka.

"Perasaan Papa yang masih berada di masa lalu bikin mama menderita"Tutur Jojo menahan emosi di kepalan tangannya.

"Kamu gatau apa apa Jonathan"Jojo menggeleng. Wajahnya menatap sang ayah marah.

"Apa yang Jo gatau? Jo tau semuanya Pa! Kalau papa selama ini masih mencari keberadaan mantan istri Papa?  Papa masih mencari anak pertama Papa? Dan papa akan kembali hidup bersama mereka? Meninggalkan Jojo, Caca dan Mama? Itu kan yang Papa inginkan?" Gangga terdiam. Nafas Jojo naik turun tak beraturan.

"Mereka butuh Papa"

"Lalu, Papa pikir Mama gak butuh Papa?" Tersirat akan luka mendalam pada netra putranya.

"Pa, asal papa Tau. Mama bahkan rela membuang hati nuraninya dengan membenci Caca. Biar papa bisa simpati dan sayang sama Caca" Jelas Jojo menanggalkan sebuah rahasia milik sang ibu.

"Mama sengaja melakukan itu semua demi mempertahankan Papa di keluarga ini" Gangga mrnatap putranya tajam.

"Papa gak butuh cerita sedih Jonathan Alpha. Yang papa ingin dengar adalah alasan kenapa kamu melakukan semua ini?"

"Demi Mama. Jojo hanya ingin membantu mama membalaskan semua rasa sakitnya. Karena Jojo sangat menyayangi Mama"

Ya, jawaban yang tepat. Karena bagaimana pun Jojo adalah putra pertama dari keluarga mereka yang menjadi tempat untuk ibunya bersandar dan beristirahat kala tekanan batin menyapanya. Jojo menyayangi sang mama lebih dari dirinya sendiri. Semua perlakuan mama dan semua yang mama lakukan untuknya, untuk keluarga ini tak bisa di takar oleh jari di tangan. Mama berjuan untuk memperjuangkan keluarga mereka, menghapus masa lalu papa untuk keutuhan kita.

Jojo ikut berada dalam prosesnya hingga ia bisa merasakan perih yang dirasa serta banyaknya luka dan air mata yang telah mamanya keluarkan. Hingga kini jeruji besi mejadi rumah terakhirnya, baik mama maupun Jojo tak menyesal. Karena itu artinya mereka telah membereskan satu masalah dari ribuan rintangan keluarga mereka.

"Berhenti mengharapkan mereka Pa, Jojo dan Caca masih butuh Papa"Suara Jojo melemah. Gigi Gangga bergemelatuk. Bukannya terharu ia malah marah. Marah karena Jojo—putranya itu dengan mudah menentangnya. Ia lantas bangkit berdiri, menarik kerah baju putranya.

"Sekarang wanita itu udah Mati. Gaada yang harus Papa pertahankan lagi"

Gangga meraih satu vas bunga dari atas nakas lalu seperkian detik kemudian memukul kepala putranya keras. Jojo menggeram kesakitan, darah segar mulai mengalir dari kulit kepalanya sedangkan Gangga memegang pecahan kaca penuh penghayatat amarah. Hingga cairan merah itu merembes keluar dari tangannya.

"Saya gak peduli! Kamu, Sinta maupun Caca. Kalian adalah penghancur keluarga saya! Andai Saya tidak bertemu ibumu dan kalian tidak lahir" Gangga menjeda ucapannya.

"Dinda mungkin masih hidup" suara itu menutup seluruh perseteruan diantara mereka. Jojo menatap darah yang menetes di bawah kakinya. Kepergian ayahnya menjadi sebuah saksi jika sedari awal ia dan ibunya telah kalah dalam peperangan.

Cinta ayahnya masih stuck di keluarganya terdahulu hingga tak ada tempat untuk mereka mendapatkannya.

Jojo tertawa miris.

Sedari awal ternyata keluarganya sudah hancur berantakan.

______

Jeff menjatuhkan kakinya pada lantai putih ruang rawat. Lukanya tak seberapa namun mamanya malah memaksa Jeff untuk bermalam disini. Alhasil ia harus berbaring tanpa mampu keluar kamar untuk mengetahui kondisi Sherra. Lelaki bersurai hitam itu lantas melangkahkan kaki perlahan agar ibunya yang tertidur pulas di sofa yak terbangun.

Dengan wajah yang masih lebam dan plester yang membalut ujung dahinya Jeff mencari ruangan Sherra. Seingatnya gadis itu tadi siang langsung di bawa ke ICU. Katrna lukanya yang sangat parah.

Dan, benar saja. Tepat saat ia mrnatap dati balik kaca. Ada tubuh Sherra terbaring lemah disana dengan netra banyaknya selang yang menempel pada tubuhnya. Jeff memandangnya lama, perasaannya dilanda sesak yang mendera.

Apa sebegitu sakitnya penderitaan yang Sherra tasa hingga gadis itu memilih untuk tertidur lama?

Jeff memundurkan langkahnya. Ingatannya terus berputar pada senyuman milik gadis itu sebelum tubuhnya lemah dan jatuh ke tanah. Jeff menutup wajahnya kala netranya terasa panas dan sebulir air mata keluar dari sudutnya netra coklatnya.

Hasratnya memaksa Jeff untuk masuk ruangan itu dan memeluk tubuh gadisnya erat. Tapi batas dalam diri menahan Jeff untuk melakukannya.

Perih dirasa tak ada harganya. Karena saat melihat Sherra berjuang untuk hidup semua rasa sakit Sherra seolah berpindah padanya.

"Tolong bertahan, demi aku..."gumamnya penuh harapan.

Jeff lantas mengusap wajahnya kasar lalu mrnjatuhkan tubuhnya di kursi tunggu rumah sakit. Apapun yang terjadi, Sherra harus tetap hidup. Ya,Jeff akan pastikan itu.

_____

Kai berjalan gontai memasuki kamarnya. Menyalan lampu drngan jemari lemah sebelum akhirnya berhenti di pigura foto Sherra di dalamnya. Senyum gadis caramel itu selalu menjadi favoritnya hingga Kai tak tau lagi apa yang terindah di dunia ini selain Sherra. Gadis itu adalah satu dariari banyaknya cinta yang pernah Kai terima.

Kai meraih pigura tersebut lalu memandang penuh kesenduan.

Atas semua penderitaan yang Sherra rasa. Kai tak pernah kecewa, sekalipun Sherra mengkhianatinya dengan tega. Kai tetap mencintainya.

Karena ia tau, sekuat apapun karang dilautan pasti akan terkikis juga.

Sherra mungkin kuat menerima semua luka. Namun semakin lama gadis itu akan hancur oleh derita yang ia terima.

Tubuh lelaki itu jatuh, bersandar pada tembok kamarnya sendiri sambil memeluk foto gadis yang ia cintai. Harapannya adalah semoga semesta memberinya kabar baik.

Setidaknya, sampai netra Sherra kembali tetbuka.

Kai lantas memejamkan mata.

"Tolong bertahan Sherra, demi aku dan mimpi kita"Gumamnya penuh penghayatan akan asa yang berterbangan.

_______

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 20, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TOXIC SERIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang