SERIESSherra selalu ingin hidup seperti orang orang diluar sana. Yang tak perlu memikirkan hari ini makan apa dengan uang seadanya. Sherra ingin hidup serba kecukupan, minimal bisa makan dan punya tabungan masa depan.
Ya, impiannya sesimpel itu. Namun sult terwujud ditengah tengah keadaan keluarga yang seperti ini.
Ibunya sakit.
Uang tabungannya harus raib untuk membayar hutang.
Usahanya pun ikut terbengkalai.
Entah apalagi yang harus Sherra lakukkan untuk mendapatkan uang. Disatu sisi mereka membutuhkan sesuap nasi untuk bertahan hidup. Tapi disisi lain ia juga tak bisa meinggalkan ibunya sendirian.
Sherra benar benar berada dalam pilihan yang sulit.
"Tuhan, apa yang harus Sherra lakukan?" batinnya menatap langit. Langkah menuju rumah milik Bu Jena terasa berat. Padahal Sherra hanya membawa uang tabungan mereka, namun entah mengapa rasanya seperti akan menyerahkan diri ke neraka.
TOK
TOK
TOK
"Selamat Pagi, Bu Jena nya ada?" Terlihat seorang Wanita tua membukakkan pintu.
"Ada Nak, silahkan masuk dulu. Saya panggilkan" Sherra tersenyum sambil melangkahkan kaki ke rumah besar dengan interior mewah tersebut. Seingatnya dari tetangga yang ia tanya tadi malam, ibu Jena ini adalah istri dari pengusaha tersohor di kompleknya. Wanita itu juga berprofesi sebagai psikolog. Tak heran uangnya mengair deras.
Pantas saja ibunya berani meminjam uang pada saudagar kaya tersebut.
"Siapa ya?" Sherra tertegun melihat pemandangan di depannya.
Wanita dewasa yang masih terlihat jelita. Datang dari lantai atas melewati tangga dengan kimono merahnya. Sambil menoleh kearahnya dengan elegant.
Benar benar aura orang kaya.
Sherra menggelengkan kepalanya aaat wanita yang dipanggil Ibu Jena itu mendekat kearahnya.
"S-saya anak dari Bu dinda" Waita itu membenarkan letak cepolannya dengan kening yang mengernyit.
"Oh tukang bunga itu ya? Kamu anaknya?" Sherra mengangguk. Jena kemudian mengisyaratkan Sherra untuk duduk begitupun dirinya.
Sherra pun mulai mengeluakan uang tabungannya dari kantong yang sudah ia bawa. Dengan gemetar ia menghitung jumlah uangnya sebelum memberikannya pada Jena.
"10 juta" Ujar Sherra menyerahkan sekuruh uangnya. Jena mengangguk anggukkan kepala dan menatapnya rapi diatas meja. Sherra mencengkram kedua tangannya diatas celana jeans yang ia pakai ambil mengigit bibirnya.
"Sudah? Apa adalagi yang ingin kamu bicarakan dengan saya?" Sherra sepertinya lupa jika Jena adalah psikolog yang jago melihat gerak gerik lawan bicaranya. Karena sedari tadi Sherra benar benar gemetaran dan sorotnya terlihat penuh pertimbangan untuk mengucapkan sebuah kata.
"Maaf bu saya ingin meminta maaf sebelumnya"Ucap Sherra takut. "Apa boleh saya meminjam uang lagi?"
Air wajah Jena yang semula tenang berubah mengintimidasi. Sherra dengan cepat menggerakkan tangannya.
"Ma-maksud saya. Be-begini bu, Mama saya beberapa hari ini dirawat dirumah sakit. Mama saya mengidap penyakit serius. Jadi niat saya meminjam uang untuk biaya pengobatan Mama.... Ta-tapi kalau memang ibu keberatan saya juga tidak memaksa kok bu" kata Sherra cepat dan lengkap. Agar Jena tak salah kaprah.

KAMU SEDANG MEMBACA
TOXIC SERIES
Fiksyen Remaja"I think I'm addicted to your body"-Jeffranz Altair- Sherra menyesali keputusannya malam itu. Malam dimana ia menyerahkan tubuhnya pada cinta pertamanya---Jeffranz Altair si Perisai PASBARA yang terkenal dingin dan kasar. Sherra menyesal. Karena set...