salah #2

1.8K 275 59
                                    

Awas typo~





"APA YANG KAU LAKUKAN PADANYA, BANGSAT!!?"

Itu adalah pertama kalinya Jungkook melihat Seokjin begitu emosional.  Semua tak jelas, ia dipaksa meninggalkan bunga tidurnya dengan begitu tiba-tiba, pandangan Jungkook bahkan masih kabur dan kepalanya dihantam gelombang pusing yang sangat hebat. Yang ia tahu, langit masih gelap di luar, ia terbaring di ranjangnya, Seokjin mencengkeram kedua pundaknya begitu kencang hingga terasa perih dan Namjoon berdiri menahan lengan Seokjin dari belakang. Satu lagi, perutnya yang mendadak terasa begitu mual. Semua terjadi demikian cepat. Dalam hitungan detik, Jungkook berontak dari cengkeraman Seokjin, menepis tangan-tangan yang menahannya, berguling dan muntah di samping ranjang.

"YAK!!"

Seakan seluruh isi perutnya memaksa keluar bersamaan, Jungkook merasakan asam menyerang setiap sudut rongga mulut hingga perih di hidungnya. Pusing kembali menghantamnya bertubi-tubi. Jungkook tengkurap lemah dengan kepala menggantung di bibir ranjang.

"Hyung..."

Panggilnya lirih setelah rasa mualnya mereda. Ketika mengangkat kepala mencari keberadaan kedua hyungnya, Jungkook dapati wajah-wajah kaku mereka. Alis Jungkook bertaut heran melihat merah paling pekat di wajah Seokjin. Dan Namjoon, pria jangkung itu tampak masih terpaku dengan keterkejutannya.

"..apa yang.."

"BAJINGAN!!"

"HYUNG JANGAN!!"

Satu bogem mentah bersarang di pipi Jungkook ketika pria itu mengusap bibirnya yang tampak jelas terluka bekas gigit. Seokjin meninjunya dengan mata melotot geram. Urat bertimbulan di sepanjang leher dan lengannya. Jungkook tersuruk menabrak punggung ranjang. Hampir Seokjin menghadiahi pukulan kedua jika Namjoon tak lekas menahan kedua tangannya dan menyeretnya mundur menjauhi Jungkook.

"SIALAN! TAK TAHU DIRI!!"

"Hyung! Cukup!! Tenangkan dirimu!!"

Jungkook benar-benar dibuat bingung dengan situasinya saat ini. Ia marah pada Seokjin yang meninjunya tanpa alasan jelas. Ia baru bangun tidur dan mereka sudah semarah ini padanya. Alisnya yang tebal bertemu, ketika kepalanya tak lagi begitu pusing, ia bangkit menahan tubuhnya dengan kedua tangan, duduk tegap menghadap hyungnya yang kini malah ribut sendiri.

"Apa-apaan ini? Hyung memukulku!?"

Seruan itu tak mendapatkan jawaban yang Jungkook inginkan, ia malah mendapat tamparan di pipinya. Bukan Seokjin, melainkan Namjoon yang melakukannya.

"Hyung!?"

"Dinginkan pikiranmu!! Dan jelaskan apa maksud semua ini!"

Ucap Namjoon dingin. Jungkook menatap nanar sepasang mata yang memandanginya penuh kekecewaan. Dengan bola mata bergetar Jungkook alihkan pandangannya pada Seokjin yang masih berdiri di belakang Namjoon. Pria itu mengusap matanya dengan kasar. Apa dia baru saja membuat hyungnya menangis?

"A aku tak mengerti..."

Jungkook pandang lagi wajah kaku Namjoon. Terlihat betul kemarahan yang tertahan di antara gurat-gurat keras di wajah leadernya itu. Ketakutan makin tergambar jelas di wajahnya ketika akhirnya ia sadar dirinya hanya mengenakan boxer. Tubuhnya begitu terbuka. Secepat kilat, berbagai kemungkinan menyerbu daya pikirnya. Jungkook menunduk dan memandangi tangan-tangannya sendiri.

Ia mengangkat kepalanya lagi. Lantas, dengan perlahan, dengan penuh keraguan memenuhi hatinya, Jungkook ikuti arah pandang Namjoon yang tertuju pada ranjang di sebelahnya. Seseorang berbaring di sana, membelakanginya.

Napas Jungkook tercekat mendapati Taehyung berbaring miring di sana, telanjang. Terlelap dengan selimut yang melorot tertarik kakinya. Napasnya berhembus dengan tenang.

Jungkook melotot. Otaknya mendadak tak bisa bekerja. Ia tak mengerti dengan apa yang telah terjadi, namun diperlihatkan semua hal ini membuat semua makin jelas. Matanya nanar mengamati tubuh yang lebih kecil itu tampak bertambah mungil dengan posisinya yang bergelung memeluk guling. Satu persatu ia cermati, dan Jungkook tak tahan melihat punggungnya yang terbuka, penuh ruam merah di sepanjang lehernya. Lebam kebiruan jelas tercetak di pinggangnya. Hati Jungkook mencelos.

Apa yang telah ia lakukan semalam?

"Apa?"

Jungkook menjambak rambutnya sendiri. Menunduk dalam-dalam mencoba mengingat kejadian semalam. Ia memejamkan mata erat-erat, memaksa otaknya memutar ulang kejadian.

Baiklah, ia minum semalam. Ya, dia mabuk. Ia nekat melewati batas alkoholnya sendiri. Ia bersama teman-temannya, lalu memesan minuman, lalu... Lalu apa? Semuanya terhenti hanya sampai ia mulai menegak minuman memabukkan itu di kios pinggiran sungai Han.

"A ku... "

"Apa yang kau lakukan padanya?"

Namjoon bertanya lirih. Jungkook mengusak rambutnya frustasi.

"Aku tak ingat..."

"SIALAN! DIA MASIH BOCAH, JUNGKOOK! BERAPA KALI KUKATAKAN!!"

Jungkook pasrah saja saat Seokjin mengguncang-guncangkan kedua bahunya. Kepalanya lunglai menghadap Taehyung, memandanginya dengan pikiran tak karuan.

Benarkah ia sudah melakukannya? Saat mabuk? Dengan penuh keterpaksaan? Ia sudah menyakiti orang yang paling dijaganya selama ini. Oh, mati saja kau Jeon Jungkook.

Jungkook sudah tak mendengar apa saja yang Seokjin teriakan di depan mukanya. Matanya kembali buram memandangi memar di sepanjang bahu Taehyung. Bekas-bekas gigitan yang masih tampak baru. Benarkah ia yang melakukannya?

Tak sedetikpun terpikirkan dalam hidupnya akan mendapatkan hal itu tanpa persetujuan, tanpa kesadaran diri penuh.

"DENGARKAN AKU, BODOH!!"

"Hyung sudah! Kau pukuli pun semua sudah terlanjur!"

"Dia kelewatan, Joon! Berkali-kali kukatakan! Tunggu! Tunggu sampai Taehyung bukan bocah lagi! Aku selalu mendukungnya tapi lihat sekarang apa yang terjadi!"

Seokjin mengumpat sekali lagi. Ia jarang sekali berkata-kata kasar, namun hari ini semua ucapannya benar-benar tak dapat dikontrol.

"Dia mabuk! Dia tak sadar melakukannya!"

Meski marah, sebisa mungkin Namjoon ingin tetap melihat permasalahan dengan sebijak-bijaknya. Mati-matian ia menenangkan Seokjin. Jungkook hanya terdiam tak berkata-kata.

"Persetan dengan mabuk. Kalau dia benar-benar ingin menjaga Taehyung! Harusnya dia tak pulang ke dorm!"

Seokjin membuang muka. Lantai kamar Jungkook begitu kacau dengan muntahan dan pakaian berserakan. Melihat pakaian Taehyung tercecer di antara pakaian Jungkook membuat hatinya terluka. Ia usap lagi matanya menggunakan lengan baju.

"Bagaimana kalau mental bocah itu tak kuat?"

Air matanya berjatuhan.

"Apa yang harus kita katakan pada orangtuanya?"

Namjoon membawa tubuh Seokjin ke pelukannya. Sebisa-bisanya menenangkannya meski dirinya sendiri pun kalut bukan main.

"Kita tunggu penjelasan saat Taehyung bangun nanti."









Bersambung~





Nunggu Tae bangun bobok dolo....




Vomment plis~

Maknae!Tae SeriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang