cerita

6K 590 32
                                    

Awas typo~






"Ada yang sedang kau pikirkan."

Pelan Jungkook sentuh kerut di sela alis Taehyung dengan ujung jari. Ia duduk di sana, di ruang makan bersebelahan dengan maknae itu, menopang dagu sebelah tangan dan nyaman memandang ekspresi si kecil dalam kelompok sejak tadi. Ia dapati Taehyung hanya terdiam semenjak satu dua menit lalu. Memasang wajah seriusnya tanpa menyentuh susu panas yang ia buatkan barusan sama sekali, melirik pun tidak.

Taehyung berjengit, tidak sampai tersentak. Namun ia seakan baru tersadar dari lamunan panjangnya yang tanpa gangguan. Bola matanya bergulir cepat, lalu berlabuh tepat di kedua manik Jungkook yang terus memperhatikannya. Sejenak alisnya terangkat.

"Kau melamun!"

Dan satu jentikan jari di kening si bungsu. Tak keras dan tak sakit. Taehyung hanya mengusapnya tanpa sedikitpun berniat protes.

"Apa yang kau pikirkan?"

Jemari Jungkook berlari meraih bungkusan cemilan di tengah meja. Lantas membuat satu sobekan kecil di sudut bungkus keripik kentang rasa sapi panggang. Sementara Taehyung, menghela napasnya pelan sebelum kembali melempar fokusnya ke luar jendela.

"Apa hyung pernah terpikir,"

Ia menjeda sejenak. Gerimis turun lagi meski hujan baru reda beberapa menit lalu. Sekarang bulan Mei tapi hujan melanda Seoul hampir seharian. Prakiraan cuaca di acara berita pagi pukul lima kini tak selalu tepat. Pagi tadi Taehyung dengar sendiri mereka berkata langit akan berawan hari ini, bukan hujan berkepanjangan seperti ini. Sungguh tak tertebak.

"Tentang seorang pria yang berjalan di bawah hujan sambil mengudap pisang?"

"Hah?"

Satu respon pasti yang Jungkook berikan. Maknaenya ini sedang bicara apa?

"Jika ada seorang pria makan pisang di bawah guyuran hujan."

Taehyung menoleh ke arah Jungkook sebentar. Lalu memutus tautan mata mereka untuk kembali mengamati hujan di luar yang makin lebat.

"Ada banyak pertanyaan yang timbul di kepalaku. Dari mana dia datang. Ke mana dia hendak pergi. Kenapa dia mengudap pisang. Seberapa deras curah hujan saat itu. Apakah dia keberatan diguyur hujan seperti itu. Seberapa cepat ia melangkah. Apa yang sedang dia pikirkan."

Taehyung berhenti. Ia mengangkat cangkirnya. Menyesap susu vanila hangat dari sana setelah menghirup wanginya yang manis dalam-dalam, cukup untuk membuat dadanya menghangat.

"Memang akan ada banyak sekali pertanyaan yang muncul jika melihat sesuatu yang aneh seperti itu."

Jungkook berkomentar. Taehyung mengangguk-angguk. Matanya mengikuti pergerakan tangan Jungkook yang mengambil sepotong keripik lalu mengunyahnya lamat-lamat, yang berakhir ia tergoda untuk ikut menikmati cemilan enak entah milik siapa itu.

"Hm'm, aku berpikir, Memang ada berapa banyak pertanyaan yang bisa dilontarkan tentang seorang pria yang sedang berjalan di tengah hujan sambil mengudap pisang. Apakah satu pertanyaan nantinya akan melahirkan pertanyaan lain."

Ia sedikit berjengit saat guntur bergemuruh di langit. Terasa dekat sekali. Taehyung biarkan saja saat Jungkook menggenggam tangannya menenangkan tanpa kata-kata. Lalu ia berdeham, melanjutkan.

"Apa dia suka makan pisang. Atau berjalan di tengah hujan. Apa dia bisa merasakan beban perhatian yang diarahkan kepadanya oleh berpasang-pasang mata di sekitarnya, yang melempar beban pertanyaan ke arahnya. Mengapa warna kuning buah pisang yang begitu mencolok jadi satu-satunya warna yang terlihat: warna terakhir yang masih tersisa di tengah dunia yang begitu kelabu, yang saat diguyur hujan justru membuat segalanya terlihat semakin abu-abu."

Taehyung merasakan ibu jari Jungkook mengelus punggung tangannya. Namun pemuda itu tak melihat ke arahnya. Hyungnya itu ikut-ikut fokus mengamati jatuhnya air di luar sana.

"Dari pertanyaan-pertanyaan yang berjejalan dalam otakku itu, hyung, satu-satunya jawaban yang bisa kuberikan adalah ada begitu banyak cerita yang bisa hyung tulis tentang seorang pria yang tengah berjalan di tengah hujan sambil mengudap pisang, namun bisa dijamin semuanya bernada sedih. Bukankah begitu?"

Kali ini Jungkook menoleh. Tersenyum kecil mendapati kerut itu membali mengganggu wajah cantik Taehyung.

Lagi ia usap kernyit itu. Lalu beralih ke rambutnya yang lembut.

"Tentu saja,"

Pandangannya melembut.

"Kecuali hyung ada di belakang jendela, bersamamu, dan mengamatinya dari kejauhan."










End

Hello~

Ini terinspirasi dari cerpen klasik karya JOHN EDGAR WIDEMAN yang berjudul "stories". Ada yang pernah baca?

Hehe

Selamat malam minggu...


Vomment pliseu~

Maknae!Tae SeriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang