Rate k++Awas typo~
Pukul enam pagi, urat-urat bertonjolan pada punggung tangan Jimin. Emosinya demikian campur aduk. Ia berinisiatif menyiapkan segelas air untuk Taehyung, mungkin saja anak itu sudah bangun dan membutuhkannya. Namun, belum sampai ia masuk ke kamar Jungkook yang kini telah rapi dan bersih, langkahnya terhenti. Tubuhnya mendadak kaku ketika netranya menangkap maknae jatuh terguling di atas ranjang. Bocah itu telah terjaga. Jimin masih tak mampu bergerak saat Taehyung hanya dapat tengkurap menyedihkan, bertahan dengan posisi seperti itu beberapa saat sembari mengurut pinggangnya, terus merintih seorang diri.
"Dia sudah bangun?"
Tiba-tiba saja Seokjin melewati Jimin yang masih membatu di ambang pintu. Disusul Namjoon, ketiganya menghampiri Taehyung.
"Kau tak apa?"
Seokjin hati-hati bertanya. Ia mengambil tempat di bibir ranjang, duduk bersebelahan Taehyung tengkurap.
"Sakit sekali, hyung... Ini semua gara-gara Jungkook hyung!!"
Adunya diiringi rintihan. Ia bahkan tak mau repot-repot menatap wajah hyung-hyungnya, terus saja membenamkan wajah di atas bantal. Pinggangnya sakit bukan main. Begitu ia mau bangkit setelah bangun tidur barusan, gelenyar nyeri langsung terasa hingga punggungnya. Bocah hiperaktif itu tumbang oleh sakit, tak berani banyak-banyak bergerak untuk sementara waktu.
"Aku tak mau tahu, Jung hyung harus tanggungjawab!!"
Serunya bersungut-sungut. Ketika tak ada reaksi ia terima, Taehyung mengintip dari balik bantalnya.
"Hyung? Hyung habis menangis!?"
Bukan main Taehyung terkejut melihat wajah Seokjin yang berantakan, matanya masih bengkak dan sembab. Seokjin hanya terdiam tanpa memberikan penjelasan apapun. Taehyung dibuat makin bingung mendapati wajah-wajah hyungnya begitu serius memandangnya. Apalagi fakta bahwa mereka langsung berkumpul saat ia bangun tidur, ini sedikit tidak biasa.
"Kalian bertingkah aneh, hyung.."
Hening menjeda. Taehyung mencoba bangun namun nyeri langsung saja meremat pinggangnya, berdenyut-denyut hingga ia ambruk kembali.
"A a ah...".
"Tiduran saja!"
Seokjin menahan pergerakan Taehyung. Sekilas, lebam-lebam yang kini berwarna kebiruan begitu mencolok di leher Taehyung, membuat Seokjin membuang pandang.
"Sebenarnya ada apa sih, hyung? Kalian aneh!"
Ia meringis-ringis saat berguling perlahan dan terlentang. Ditatapnya mereka satu persatu. Tak ada satu pun yang beres. Lalu yang lain... Hoseok dan Yoongi sepertinya belum kembali. Mereka bilang sedang tak bisa diganggu di studio. Tapi dimana hyung kesayangannya itu?
"Jungkook hyung dimana?"
"Tae,"
Tak menjawab pertanyaan Taehyung, Namjoon yang duduk di kursi komputer Jungkook malah memanggil namanya. Nada suaranya begitu lembut, berusaha terdengar menenangkan. Taehyung menatapnya tanpa menyahuti apa-apa.
"Boleh hyung minta sesuatu?"
"Apa?"
Sambil menebak-nebak Taehyung turuti permintaan Namjoon.
"Hyung minta, kau katakan semuanya. Jangan ada yang kau tutup-tutupi. Apapun selain yang kau anggap sangat menyakitkan dan kau tak ingin bicarakan, katakan pada hyung, mengerti?"
Taehyung berkedip sekali dua kali. Alisnya terangkat tinggi. Namun, Namjoon tak lagi menambahkan, tak lagi menjelaskan apa yang ia maksudkan barusan. Leadernya itu hanya diam, menunggu. Taehyung sama sekali tak mengerti apa yang ingin mereka dengar darinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Maknae!Tae Series
FanfictionAu! Cerita sehari-hari tentang Bangtan dan maknae mereka, Kim Taehyung Yaoi, brothership, dll