Awas typo~
Sudah lebih dari lima tahun sejak mereka tinggal bersama, namun, Jimin masih saja sering terbangun tengah malam ketika mereka tidur di dorm. Ia pikir, seiring berjalannya waktu ia akan terbiasa dengan penghuni lain tempat tinggalnya di Seoul ini, dan begitulah adanya. Jimin merasa ia mendapatkan kualitas tidur yang baik setelah tubuhnya di alam bawah sadar telah mampu menerima keadaan sekitarnya dengan apa adanya. Igauan Taehyung semisal, yang bahkan sering berteriak atau tertawa cekikikan dengan suara lantang; atau alarm Hoseok yang disetel selepas tengah malam, katanya ada jadwal siaran langsung pertandingan sepakbola yang ingin ditontonnya. Suara lain seperti sayup percakapan tengah malam Namjoon dan Yoongi yang begadang membuat lagu, maupun ribut Seokjin mencari camilan tengah malam. Tanpa sadar Jimin sudah terbiasa akan semua itu.
Namun, akhir-akhir ini, ada seseorang yang sering sekali membuatnya terjaga.
Tap
Tap
Oh tidak, suara itu datang lagi. Jimin sungguh tak mengerti mengapa telinganya begitu sensitif akan suara langkah dari kamar sebelah itu. Ia membuka matanya sedikit, memicing melihat jam dinding dan merutuk karena jarum pendek bahkan belum melewati angka satu. Bukannya mau protes atau apa, karena nyatanya suara langkah kaki tersebut tidak begitu mengganggu jika telinganya tak keterlaluan peka seperti sekarang. Ini juga bukan pertama kalinya Jimin mendengarnya. Beberapa tahun lalu, ia sering dengar suara langkah kaki yang mengendap-endap itu, ia cukup terbiasa hingga lupa sendiri kapan terakhir kali mengalaminya. Tetapi, sekarang, setelah ia pikir ia tak merasa keberatan akan suara-suara itu lagi, Jimin salah.
Tap
Sret
Tap
Lewat tengah malam, dan langkah-langkah itu masih berputar di dalam dormnya. Jimin terdiam di dalam selimutnya yang tipis, seolah bisa mendengar segala suara di heningnya suasana malam ini. Jantungnya berdegum seirama langkah terdengar makin mendekat. Suaranya agak berbeda, seperti diseret. Jimin rasa tubuh Jungkook masih belum mendapatkan kekuatan sepenuhnya untuk memberikan afeksi tak langsung pada maknaenya malam ini. Anak itu pasti masih mengantuk. Kenapa anak itu tak kembali saja san tidur di kamarnya.
Dalam sunyi situasi, kepala Jimin telah sepenuhnya kehilangan rasa kantuk. Otaknya mau tak mau jadi berpikir, kenapa Jungkook masih saja terus mengatakan segala perasaannya, memberinya perhatian lebih bahkan saat Taehyung terlelap? Apa itu semacam doktrin? Apa benar-benar akan berpengaruh pada Taehyung?
Jimin telah memperhatikan mereka sejak awal Bangtan terbentuk. Semua perlakuan Jungkook dan reaksi Taehyung semakin hari sungguh tidak sejalan. Jungkook dengan segala keistimewaan khusus untuk maknae dan Taehyung masihlah sama dengan Taehyung waktu debut dulu -dalam hal ini perlakuannya terhadap Jungkook-. Jadi, mengapa bocah bongsor itu terus memberinya perhatian berlimpah jika perasaannya tak terbalas? Belum jelas memang, Jimin tak begitu yakin akhir kisah mereka. Namun, jujur saja melihat Jungkook masih mengejarnya sebegitu gigih, Jimin kadang merasa iba.
Jauh di hati kecilnya, Jimin berharap setiap kata sayang yang Jungkook ucapkan untuk Taehyung seorang setiap malam bisa menjadi mantra ajaib yang mampu membuka pintu kepekaan di dalam diri Taehyung. Tak perlu berbalas, Taehyung sadar saja rasanya sudah hebat untuk hubungan mereka yang jalan ditempat bertahun-tahun.
Begitu sadar dari lamunannya, langkah itu sudah sampai di muka pintu. Ada suara engsel pintu yang berkeriat pelan. Jimin mendengar suara napasnya sendiri yang semakin tak tenang. Ia berbaring membelakangi ranjang Taehyung, pun pintu dimana sosok itu berdiri. Masih seperti tahun-tahun sebelumnya, Jimin hanya diam, coba menetralkan detak jantungnya sebisa mungkin, memejamkan mata seolah ia telah benar-benar terlelap. Tetapi, telinganya terpasang siaga. Siap mencuri dengar ucapan-ucapan manis yang akan terlontar dari bibir yang biasanya hanya bisa mengejeknya saja. Jika saja Jungkook bisa bersikap sedikit lebih manis padanya seperti yang ia lakukan pada Taehyung, Jimin mungkin tak akan pilih kasih.
Sret
Sret
Masih langkah yang sedikit terseret, dan itu makin dekat padanya.
Jimin tak mengerti mengapa sosok itu tidak langsung mendekati ranjang Taehyung macam tahun-tahun lalu, Jungkook malah semakin mendekat ke ranjangnya. Jimin bersumpah, ia merasa panik tak beralasan.
Apa ia akan ketahuan kalau hanya pura-pura tidur?
Apa Jungkook sudah sadar sejak awal jika ia menguping kegiatannya?
A-atau apa Jungkook akan mengucapkan 'aku selalu sayang padamu' kepadanya? Bukan pada Taehyung?
Oh, lupakan yang terakhir. Lagipula untuk apa ia harus takut ketahuan. Hubungan mereka sudah sangat dekat dan bukan rahasia lagi jika Jungkook jatuh setengah mati pada Taehyung. Untuk apa Jimin memusingkan tentang dirinya yang ketahuan 'kepo'. Jungkook paling malah akan curhat tentang perjalanan cintanya yang statis perkembangannya. Dan Jimin tentu akan dengan senang hati mengoloknya habis-habisan.
Masih di situasi yang sama, Jimin merasa detik jam dinding berjalan begitu lambat. Waktunya yang berharga, yang biasanya berlalu sangat cepat, tiba-tiba melamban dengan suasana yang sungguh tak menggenakkan hati. Ada perasaan aneh yang menjalari sekujur punggungnya. Sosok itu tengah berdiri tepat di samping ranjangnya, persis dibelakang kepalanya. Diam, hanya diam untuk waktu yang cukup lama. Jimin tak bisa mendengar napasnya, mungkinkah tertutup degum jantungnya yang bertalu. Jimin memejamkan mata erat-erat, tak berani mengintip.
"Aku tahu kau tak tidur."
Bisikan lirih penuh tekanan. Jimin berjengit. Membelalak cepat kemudian ketika sentuhan sedingin es menyentuh tengkuknya. Tubuhnya merinding dari ujung kaki sampai ubun-ubun.
Apa Jungkook membawa es batu untuk mengerjainya?
Selimutnya tersibak cepat, Jimin bergegas membalik tubuhnya dengan segala umpatan tertahan di ujung lidah dan,
Kosong.
Tak ada orang di balik tubuhnya.
Kosong sama sekali.
Tak ada apa pun selain ranjang Taehyung dan pintu yang terbuka. Jimin langsung mendudukkan diri di atas ranjang, mencoba mencerna segala situasi yang dialaminya barusan.
Ia yakin, baru saja ia merasakan Jungkook datang dan menyentuh tengkuknya. Ia masih bisa merasakan basah ketika mengusap kulit lehernya. Semua suara itu, langkah-langkah itu, pun sentuhannya Jimin yakin itu bukanlah mimpi. Sungguh, ia dengar Jungkook bicara padanya.
Namun, hanya butuh dua detik, hanya dua detik,
Jimin tak lagi bisa menahan seluruh rasa paranoidnya saat ia melihat dan mengingat betul jika sejak awal, malam ini, Jungkook tidur seranjang dengan Taehyung. Anak itu sudah ada di kamarnya, bersamanya sejak sore. Sekarang pun keduanya masih di sana, lelap tertidur memeluk satu sama lain. Semua tampak normal; dari posisi selimut, suara napas tenang dan dengkuran lirih, semua tubuh yang saling tumpang tindih itu. Tak mungkin keduanya mengerjainya dan melakukan semua itu dalam waktu satu kedipan mata. Tak masuk akal.
Jimin hanya bisa menelan ludah kelu. Otaknya terus berputar.
Jadi, yang barusan,
Siapa?
End
Hello,
Vomment plis~
KAMU SEDANG MEMBACA
Maknae!Tae Series
FanfictionAu! Cerita sehari-hari tentang Bangtan dan maknae mereka, Kim Taehyung Yaoi, brothership, dll