berisik

7.1K 774 128
                                    


Awas typo~





Suara itu datang lagi malam ini. Saat Jimin telah terlelap, suara itu selalu datang mengusiknya perlahan-lahan.

"Kau bermimpi?"

Serak. Tak jelas. Khas sekali suara orang bangun tidur. Namun, Jimin tahu pasti siapa pemilik suara itu meski ia tak dapat melihatnya. Keadaan kamar remang-remang. Hoseok selalu mematikan semua lampu sebelum berangkat tidur, baik untuk kesehatan katanya. Lagipula, Jimin berbaring membelakangi suara-suara itu berasal.

"Kenapa hyung di sini?"

Satu suara sengau lain menyahut. Suasana sedang sangat tenang sekarang, bahkan deru mesin-mesin mobil tak lagi terdengar. Seakan Seoul benar-benar tertidur. Di sela detikan jam dinding, orang tadi menjawab, disertai suara gesekan surai-surai yang beradu lembut.

"Kau berkeringat, apa mimpimu sangat buruk?"

Itu Jungkook. Siapa lagi? Sudah menjadi seperti kebiasaan. Jimin tak tahu jam berapa anak itu menyusup ke ranjang Taehyung hampir tiap malam.

Lalu deheman lirih tertangkap telinga.

"Mau cerita?"

Bukannya iri, tetapi Jimin tahu, hanya pada Taehyung Jungkook menggunakan nada bicara selembut itu.

"Aku memimpikan Jin hyungie..."

"Seokjin hyung?"

"Hmm, Seokjin hyung membuangku ke sungai Han karena aku mencuri makanannya."

Jimin mengulum senyum. Merutuk mengapa ia harus mendengar hal seperti itu di saat yang tidak tepat. Setengahnya iri pada Jungkook yang kini bisa terkekeh dengan leluasa.

"Itu hanya mimpi, Seokjin hyung tak akan tega membuang dongsaeng kesayangannya, berbeda hal jika yang mengambil makanannya Jimin hyung atau Hoseok hyung!"

Sial. Dasar mulut tong sampah. Harusnya ia tak perlu takut mengganggu dan pura-pura tidur, jadi ia bisa memaki bocah bongsor itu terang-terangan.

"Atau Jungkook hyung?"

Aku mencintaimu, Tae!

"Sudahlah, ayo tidur lagi!"

Lalu ruangan kembali senyap setelah suara gesekan-gesekan kain, juga ranjang yang berderit. Tentu saja, sebuah pelukan hangat menjadi obat terampuh setelah mimpi buruk.



.



Di lain kesempatan suara itu kembali terdengar. Jimin ingat mereka tertidur sangat cepat karena jadwal kerja mereka sepanjang hari itu sangat melelahkan. Namun, tetap saja Jimin terbangun tengah malam karena suara-suara itu. Masih dengan tubuh letih dan mata yang tak bisa diajak berkompromi Jimin mulai memasang telinga, menajamkan pendengaran.

"Hyung masih hidup, Tae..."

Suara itu terdengar lelah, tetapi nada geli masih bisa terdeteksi.

"Oh..."

Lalu kekehan yang terdengar lucu. Ada suara gesekan antar kain menjeda sebelum ia menyahut.

"Hyung bangun? kenapa hyung tidur di sini?"

"Daripada itu, kenapa kau menyentuh dada hyung? Memeriksa napas hyung? Kau pikir hyungmu ini sudah mati, eoh?"

Lagi kekehan itu terdengar. Jimin selalu suka bagaimana orang itu tertawa. Caranya ia menghentikan tawanya untuk menarik napas lalu tertawa lagi, Jimin selalu suka.

"Habis hyung tak bergerak!"

"Hyung kan sedang tidur."

"Hyung tidur seperti mayat!"

Ejeknya di sela-sela tawa.

"Kau sendiri tidur seperti kuda liar!"

"Hehehe... Sudah, ah, aku mau tidur!"


.

Di lain waktu, saat musim panas, suara itu akan terdengar lebih berisik. Jimin mendengus dalam hati saat melirik jam dinding dekat lemari. Pukul dua belas kurang. Sial, belum ada satu setengah jam ia tertidur.

"JUNGKOOK HYUNG MENYEBALKAN!"

Seruan itu terdengar lantang setelah sebuah bedebum keras timbul dari lantai.

"Ada apa?!"

Suara Hoseok ikut terdengar. Jimin memutuskan untuk tak kembali pura-pura tidur saat hyungnya sudah menyentak selimut, duduk di kasurnya dengan wajah kusut.

"Kenapa?"

Dapat Jimin lihat Jungkook bertelanjang dada di ranjang Taehyung. Menggaruk perutnya yang terbuka tanpa rasa bersalah.

"AKU JATUH DARI RANJANG!! INI SALAH JUNGKOOK HYUNG!""

"Hah? Hyung tidurnya diam kok!"

Jimin menggulirkan maniknya. Tentu saja, semua orang tahu siapa yang tak bisa tenang saat tidur. Apalagi saat musim panas begini. Udara gerah pasti membuat intensitas gerak Taehyung makin meningkat.

"Tapi karena hyung tidur di sini kasurnya jadi sempit! Dan aku jatuh terguling!"

Nah, lihat anak itu cemberut dengan wajah memerah kesal. Ya, Tuhan, ini tengah malam!

"Sudahlah, Kook! Sana, kembali ke kamarmu!"

Hoseok menengahi. Alis Jungkook langsung berkerut tak terima. Lalu menatap Taehyung yang masih saja duduk di atas lantai dengan kaos singlet dan boxer longgarnya yang nyaman, dengan tatapan memohon.

"Tidak mau! Tae, kau tidur yang dekat tembok saja! Biar hyung yang di situ!"

"Tidak mau! Panas!"

"Ayolah, Tae~"

"Menyerah saja, Kook!"

Jimin menyeringai. Tak menggubris pelototan kesal dongsaengnya.

"Sini, tidur lagi!"

Jungkook menepuk-nepuk kasur di sebelahnya. Masih kekeuh membujuk Taehyung yang tak mau bangkit. Taehyung menggeleng.

"Tidak mau!"

"Ya, Tuhaaan..."

Hoseok memijit pelipisnya penuh drama.

"Sini, hyung janji tak peluk-peluk lagi!"

"Tidak mau!"

Semua rengekan dan bujukan itu baru terhenti setelah para hyung tertua turun tangan dan menyeret Jungkook kembali ke habitatnya yang asli.


.



Pagi harinya saat sarapan, semua member mengadakan sidang untuk menentukan peraturan baru. Larangan Jungkook tidur di ranjang Taehyung. Karena keputusan diambil menghitung mayoritas, tentu Jungkook langsung kalah sebelum bertanding.

Anak itu hanya bisa memasang wajah masam sepanjang hari.

Malamnya, seperti jauh hari saat pertama-tama mereka tinggal bersama. Di antara ranjang Taehyung dan Hoseok, Jimin benar-benar tidur nyenyak. Tak ada gangguan. Tak ada penghuni lain yang menciptakan kebisingan.

Suara-suara berisik itu tak lagi terdengar. Pulas Jimin tidur sampai pagi.

Ia tak sadar saja jika Taehyung tak ada di ranjangnya setengah malam terakhir.

Anak itu menghilang. Setelah seseorang datang mengendap memasuki pintu mereka.                                              

                                                            




End



Hello😃

Vomment plis~

                                            

Maknae!Tae SeriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang