Awas typo~Hoseok tidak pernah merasa secanggung ini menghadapi member lain selama ini. Sebelumnya, sama sekali tak terpikir soal keberadaan sosok pria penjunjung konsep manly itu. Semua mengalir begitu saja, tak ada kekhawatiran maupun perasaan tak enak hati.
Namun, ketika kedua pasang mata itu berserobok. Bertemu dalam kekakuan yang lama-lama memuakkan, Hoseok sadar, jika ia sudah bersikap sedikit diluar kendalinya.
Sungguh, jika mau mencari siapa yang salah, salahkan saja Taehyung. Atau sesuatu bernama homesick. Awalnya Hoseok hanya tak tega. Melihat anak itu duduk termenung setelah beberapa kali gagal menelepon orang rumah, membuat pemuda bermarga Jung itu iba dan ingin sedikit membantu. Hoseok tahu, anak itu murung, ia rindu orang tuanya tetapi waktunya saja yang belum tepat. Hoseok pikir, tak ada salahnya menghibur si bungsu, dan menurut pengalaman saling mengenal lebih dari tiga tahun tentu Hoseok tahu jika Taehyung butuh sebuah pelukan.
Ia pergi ke ranjang Taehyung, pura-pura mengajaknya bergulat sebentar lalu terbaring kelelahan dengan tangan saling melingkari tubuh masing-masing, dada naik turun dan napas tersenggal. Itu menyenangkan, dan jujur saja Hoseok merindukan masa-masa seperti itu, satu waktu dimana tak ada jarak di antara mereka. Rasanya sudah lama sekali.
Saat suara napas tenang mulai terdengar, Hoseok tahu, upayanya membuat Taehyung melupakan kesedihannya berhasil. Anak remaja itu tertidur, masih berbantal lengan berotot dan sebelah tangan menggenggam erat kaos hyungnya. Wajahnya tampak lebih baik dari beberapa menit yang lalu, damai, seakan tanpa beban.
Hoseok selalu suka bagaimana anak itu terlihat. Sedetikpun ia tak bisa melepas pandangannya dari makhluk rupawan itu. Matanya, hidungnya, bentuk wajahnya, tak ada yang berubah. Hati Hoseok menghangat merasa seperti melihat Taehyung pertama kali. Seperti melihat anak itu dalam versi SMP kesayangannya dulu.
Hoseok usap wajah Taehyung dengan ibu jarinya, tersenyum kecil mendapati jerawat teramat kecil di dekat pelipis. Bayangan saat anak itu pertama kali mendapat jerawat berkelebat di otaknya, bagaimana anehnya anak itu yang malah terlihat sangat senang selalu membuatnya tertawa.
Lalu jemari lentik itu turun ke dagu. Menelusurinya perlahan lalu terhenti saat lenguhan kecil menyapa telinga. Tidur anak itu terganggu.
Seperti desir darahnya, menit-menit berlalu begitu cepat. Hoseok masih di sana, dengan Taehyung tertidur di sisinya dan lengan kirinya yang mungkin akan mati rasa karena kebas. Ia masih betah memandangi wajah lugu itu terlelap. Hoseok seakan terhipnotis, bayangan kenangan masa lalu mereka serasa diputar satu persatu dengan apik seperti film lawas, tawa mereka, sedih mereka, semua kembali. Perasaan yang telah ia pendam dalam-dalam, seakan kembali ditarik paksa ke permukaan. Membumbung jauh hingga rasanya dadanya sesak hampir meledak.
Perasaan itu, sengatan-sengatan tiap kulit mereka saling bersentuhan, rasa ingin memiliki, berputar-putar dalam dirinya. Begitu pekat hingga Hoseok sendiri tak tahu apa yang ia rasakan sekarang. Apakah benar rasa suka? Atau sekedar euforia masa lalu yang kembali membuncah?
Yang Hoseok tahu, ia telah mengecup bibir ranum itu tipis-tipis, lembut, penuh kehati-hatian, tepat saat Jungkook membuka pintu kamar mereka.
Sekarang, ia terjebak dalam keadaan super canggung yang mungkin akan membunuhnya jika dilanjutkan beberapa menit lagi. Hoseok bersumpah, ia tak menyesal dengan apa yang telah ia lakukan, ia hanya berharap, jika waktu bisa kembali terulang, ia ingin kembali di masa Jungkook belum jatuh terlalu jauh ke dalam pesona seorang Kim Taehyung.
Manik gelap itu masih menatapnya lekat. Hoseok merasa teramat kaku bahkan hanya untuk membenarkan posisinya yang masih condong ke arah si maknae. Lalu, deheman keras yang tak kalah canggung Hoseok keluarkan. Tak begitu peduli jika itu akan mengganggu tidur Taehyung. Untuk saat ini, Taehyung yang terjaga akan lebih menguntungkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Maknae!Tae Series
FanfictionAu! Cerita sehari-hari tentang Bangtan dan maknae mereka, Kim Taehyung Yaoi, brothership, dll