Awas typo~Riuh suara penggemar selalu memberi suatu energi baru untuk Jungkook. Bagaimana mereka meneriakan nama Bangtan dengan begitu bangga dan bahagia. Itu menakjubkan, dan Jungkook masih sering merasakan sekujur tubuhnya meremang akan hal itu. Merinding karena semangat yang tersalurkan ke seluruh urat nadinya, meluncur kencang memompa jantungnya untuk bekerja lebih keras dengan cara yang menyenangkan. Semua itu seperti adrenalin yang rasanya masih tidak masuk akal. Ia tak pernah menyangka, namanya, nama mereka, akan disorakkan oleh ratusan orang dalam euforia yang begitu hebat. Energi serasa berkumpul sangat kuat di sana, siap diledakkan segera menjadi satu kehebohan dalam sejarah.
Jungkook suka bagaimana rasanya berada di sana. Berkumpul bersama seluruh member, kru, orang-orangnya; dengan tangan saling bertaut erat, memejamkan mata dalam hening kekusyukan, dengan dada berdebar dan darah berdesir. Meniti undakan panggung satu persatu selalu terasa mendebarkan, satu langkah membawa mereka makin dekat dengan mimpi. Lalu berdiri di sana, di atas panggung di bawah bidikan lampu sorot yang menyilaukan. Rasanya panas, dan ia akan selalu berkeringat karena dentuman dalam dadanya yang menggila. Wajah-wajah yang tersenyum itu, yang berteriak makin riuh saat mereka menampakan diri, selalu Jungkook suka. Semua Jungkook suka. Merekalah penyemangat itu. Penggemar mereka. ARMY. Jungkook tak main-main, ia mencintai semuanya. Yah, semuanya, kecuali satu
Fanboy Taehyung.
Sungguh, Jungkook berusaha mati-matian membagi sama rata rasa sayangnya pada seluruh ARMY yang terus mendukung perjalanan karir mereka, entah itu kepada yang pasif ataupun yang aktif, yang mendukung dengan cara sehat maupun yang tak ubahnya maniak. Ia menyukai semuanya, ya kecuali tadi itu, fanboy Taehyung.
Di antara member Bangtan, jumlah fanboy Taehyung paling banyak. Lalu Yoongi dan Seokjin. Dan jika boleh menambahkan Jimin dan dirinya. Ah, itu tidak penting sekarang. Yang jelas, Jungkook tak bisa berlama-lama berhadapan dengan makhluk-makhluk penggila Taehyungnya itu. Atau meninggalkan Taehyung bersama mereka, sangat sangat tidak bisa.
Seperti saat ini, kalau saja Jungkook tak mempunyai kontrol diri yang baik, jika ia melupakan perjalanan karir mereka yang penuh rintangan selama bertahun-tahun, melupakan nama ayah dan ibunya di Busan, jika saja ia tak mengingat akan ada banyak sekali orang yang kecewa karenanya, Jungkook pastikan ia sudah melempar kursi besi yang didudukinya sejak tadi.
Atau setidaknya botol air minum kemasan enam ratus mililiter dari plastik daur ulang di depannya.
Jungkook sama sekali tak bisa berhenti curi-curi pandang ke seorang pria, berbadan tegap, bertubuh bidang, memakai kaos ketat yang jujur saja membuatnya tampak sangat maskulin dengan otot-ototnya yang sempurna, dan yang terpenting, membawa banner bertuliskan nama maknae mereka dengan tulisan latin berwarna pink di depan dadanya.
Pria itu berdiri di antara para gadis. Ikut berteriak sejak acara dimulai. Mungkin berusia akhir dua puluhan. Memang tak aneh melihat satu dua fanboy di acara fanmeet mereka selama ini -yang sebagian besar dari mereka adalah fanboy Taehyung- , tetapi Jungkook benar-benar tak suka dengan yang satu ini.
"Bisakah kau panggil aku 'oppa' ?"
Jungkook melotot, benar-benar melotot hingga mungkin bola matanya bisa meloncat keluar. Ia menoleh ke arah di sebelahnya. Mendapati Taehyung terkekeh seakan hal yang barusan mereka dengar adalah lelucon biasa, juga wajah seorang pria -yang sayangnya Jungkook akui tampan meski tak setampan dirinya- tersenyum dengan mata berbinar penuh rasa kagum. Jungkook yakin betul pria itu tidak sedang bercanda.
"Bagaimana bisa aku melakukannya, hyungnim? Aku kan laki-laki!"
Kekehnya sambil membubuhkan tanda tangan di atas sebuah photobook. Senyumnya mengembang lebar. Menyodorkan buku itu pada si pria.
KAMU SEDANG MEMBACA
Maknae!Tae Series
FanfictionAu! Cerita sehari-hari tentang Bangtan dan maknae mereka, Kim Taehyung Yaoi, brothership, dll