Awas typo~
Jimin sering terbangun tengah malam. Saat semua lampu sudah dimatikan menyisakan ruangan gelap temaram. Udara akan terasa lebih dingin menusuk kulit. Di saat seperti itu Jimin rasa pendengarannya berkali lipat lebih tajam.
Karena semua sunyi, Jimin bisa mendengar suara mesin mobil berlalu di kejauhan. Berdengung pelan lalu hilang ditelan sepi. Atau suara televisi dari apartemen sebelah. Saat siang, saat semua masih terjaga Jimin bahkan tak pernah menyadarinya.
Pria itu juga bisa mendengar suara lain. Seperti suara langkah kaki seseorang. Tidak selalu tepat tapi Jimin rasa suara itu selalu terdengar sekitar pukul dua.
Dalam dekapan hangat selimutnya Jimin memejamkan mata, menajamkan pendengaran. Yang pertama terdengar adalah suara seseorang turun dari ranjang yang berderit. Berubah menjadi langkah pelan namun tidak mengendap, hanya langkah ringan yang teratur. Lalu ada derit engsel pintu yang terbuka pelan.
Langkah itu akan pergi ke selatan. Empat lima langkah dan berhenti, diam di tempat. Jika Jimin tak salah perhitungan sosok itu sedang berdiri di ruang tengah. Lalu, langkah itu akan pergi menjauh. Lebih ke selatan lagi hingga suara gemerincing kunci terdengar. Tapi tak ada suara pintu depan terbuka setelahnya.
Lalu suara itu kembali, berjalan makin mendekat tapi tak sampai. Sosok itu berbelok. Ke kamar Seokjin dan Yoongi di dekat kamar mandi. Tidak lama, hanya terdengar pintu dibuka dan ditutup kembali.
Jimin menarik nafasnya dalam sesaat. Menyamankan posisinya saat langkah itu terdengar.
Kali ini ke arahnya.
Pintu terbuka perlahan. Menimbulkan derit pelan yang tak menggangu. Dan sosok itu masuk tanpa menutupnya kembali. Dua langkah dan kembali terhenti. Jimin terus memejamkan mata saat dirasa sosok itu tengah mengintai seluruh ruang. Tidak terasa, namun pasti.
Lagi sosok itu berjalan ke sisi lain ruang dengan suara telapak membentur lantai kayu. Ke arah ranjang Hoseok. Ada suara selimut tertarik pelan dan lenguhan pelan hyung kurusnya.
Jimin menahan nafas. Sosok itu kini berjalan melewatinya. Terus hingga berhenti di ujung ruang. Ranjang Taehyung.
Jimin memejamkan matanya, kali ini benar-benar memejamkan mata. Tapi ia seakan bisa melihat pemilik kaki-kaki telanjang yang sejak tadi mondar-mandir di seluruh dorm itu berdiri di samping ranjang. Mengamati wajah maknae itu dengan matanya yang sekelam malam.
Jimin bisa merasakan, bagaimana nafas orang itu berhembus pelan, beriringan dengan deru nafas kedua orang lain di kamar itu, juga dengan nafasnya sendiri yang seakan tak mau tenang.
Sekali lagi suara kain ditarik terdengar samar. Jimin membuka matanya sedikit. Hanya membentuk celah kecil yang cukup untuk mengintip, yang jika orang lain melihatnya maka mereka akan menganggap Jimin tidur dengan mata separuh terbuka.
Sosok itu masih di sana. Membetulkan letak selimut dan pakaian Taehyung. Lantas berdiri tenang mengamati wajah damai maknae mereka. Jimin melihatnya, pasti dan nyata. Hampir setiap malam jika ia terbangun.
Detik-detik berjalan tanpa ketergesaan. Dan Jimin memastikan jika Jeon Jungkook-pemilik kaki yang berkeliaran setiap malam- selalu membuangnya dengan nafas berhembus teratur hanya untuk memandangi Kim Taehyung terlelap di dekatnya.
Wajahnya damai. Tak Jimin lihat binar jahil atau kekeras kepalaannya yang tiap hari ia temukan di wajah rupawan itu kala malam seperti ini. Hanya ada raut lembut yang menenangkan.
Saat detik berganti menit, Sosok itu terus bergeming. Jimin baru kembali mengatur nafasnya saat Jungkook merendahkan tubuhnya. Melengkung hingga ia terlihat hampir roboh dan mengecup kening Taehyung lama. Penuh kelembutan. Juga kehati-hatian.
Sudah puluhan kali tapi tetap saja Jimin merasa jantungnya akan berhenti saat mendengar sebuah bisikan lirih. Teramat lirih hingga mungkin akan tenggelam jika ada mobil melaju di kejauhan. Bisikan yang begitu pelan, singkat juga begitu tulus.
"Aku selalu mencintaimu,"
Itu untuk Taehyung. Ungkapan dari lubuk hati itu diungkapkan dengan sangat jujur untuk Kim Taehyung. Tapi Jimin tak bisa menyangkal jika hatinya pun ikut menghangat.
Setelahnya sosok itu pergi. Kembali ke kamarnya di sebelah. Meninggalkan Jimin yang hanya bisa menatap wajah terlelap si bungsu di ranjang sebelah dengan mata terjaga. Dan hati menghangat.
.
"Hy uung..."
"Ayo banguuuun! Sekolah!"
Jimin terbangun saat seruan itu terdengar. Wajahnya kusut mendapati Jungkook sedang menarik-narik lengan Taehyung menyuruhnya bangun. Ia melirik jam dinding. Ya ampun, pukul tujuh.
"Lima menit~!"
"Tidak! Ayo bangun atau hyung cium!"
"Hyung mesum!"
Jungkook hanya terkekeh. Menyusul Taehyung yang sudah berjalan keluar kamar mencari Seokjin. Anak itu berhenti di tengah ruang saat mendapati Jimin memandanginya sejak tadi.
"Ada apa, hyung? Terpukau melihat ketampananku?"
Jimin mendengus kesal. Melempar bantalnya saat maknae kedua bertubuh bongsor itu berlari sambil mengatainya jelek.
"Anak itu sangat berbeda saat malam!"
Jimin menoleh, menatap Hoseok yang duduk di pinggiran ranjangnya sendiri. Jimin baru sadar jika hyungnya itu sudah bangun.
"Hyung tahu?"
Hoseok tersenyum tipis. Lalu berlalu sambil menggaruk perutnya.
"Siapa yang tak tahu?"
Lalu hilang di balik pintu.
Jimin hanya mendengus pelan. Tersenyum seorang diri. Yah, siapa yang tak tahu seberapa dalam rasa cinta Jeon Jungkook kepada Taehyung.
End
Hello😃
Mungkin di book ini satu cerita gak pasti berkaitan dengan cerita lain...
Vomment plis~😣
KAMU SEDANG MEMBACA
Maknae!Tae Series
FanfictionAu! Cerita sehari-hari tentang Bangtan dan maknae mereka, Kim Taehyung Yaoi, brothership, dll