41. Bagaimana

18 2 0
                                    

Dita tertunduk,hatinya sangat sakit mendengar pengakuan dari Nindy. Seorang yang dianggap sahabatnya,tega mengkhianati dirinya. Dita sangat percaya kepada Nindy. Dengan terbata bata menceritakan beberapa hal yang sudah dia lakukan.
" kenapa seperti itu Nin?"
" maaf... Karena gue..iri... Elo bisa pacaran sama Juna, padahal gue yang kenal dulu an"
Dita menatap Nindy tidak percaya.
" terus... Marcell, dia suka sama elo,banding..bandingin gue sama elo"
Dita menghela napas.
" makanya gue sengaja kenalin elo ke Bram, soalnya...dia.. Saiko" lanjut Nindy
Suara ketukan pintu terdengar. Dita sengaja meminta Bram menunggu diluar,karena ingin mendengar penjelasan Nindy dengan tenang. Jika Bram sudah pasti dia emosi.
" sayang ... Buka... " teriak Bram dari luar tidak peduli dengan teguran suster agar tidak berisik
" apa..termasuk celakain gue,supaya gue kehilangan anak gue?"
" gak... Itu gak... Ta...itu bukan gue"
Dita membuka pintu. Bram masuk dan langsung memberikan Nindy pilihan.
Nindy kalah telak.
" kamu pilih penjara atau bongkar kejahatan suami dan mertua kamu" kata Bram tegas
Dita memegang lengan Bram.
" jawab!!! sekarang saya masih sabar"
" sayang...tenang..."
" Damar... Lapor polisi sekarang... Buat laporan tentang kejahatan dia"
Damar bersiap menghubungi polisi.
" tunggu... Gue bantuin kalian, gue bakal bongkar kecurangan marcell sama mertua gue,tapi ampuni gue... Jangan laporin gue ke polisi" mohon Nindy " tolong percaya gue gak celakain Dita ,sampai bikin dia keguguran"
Bram kesal. Dita mengajak Bram keluar dari ruang rawat Nindy.

*****
" hallo.. Dita... Kamu lagi sama Nindy gak?"
" iya... Cell... Gak tuh... Aku lagi dikampus nih,kenapa?"
" ponselnya gak bisa dihubungi,Zia jatuh,harus dijahit, dia nangis terus"
" kalian dimana?"
" di klinik dekat sekolah Zia"
" ok... Aku kesana sekarang"
Dita pamit ke teman sekelasnya, untuk izin. Dita segera mencari ojek ke klinik dekat sekolah Zia. Sesampainya disana, Dita langsung masuk menemui Zia. Zia menangis memeluk Dita.
"Aunty... " panggil Zia sambil menangis
" iya..  Sayang... Aunty disini" kata Dita lembut sambil memeluk Zia
Zia terjatuh disekolah karena di dorong oleh temannya,lututnya sobek dan berdarah. Setelah selesai,mereka pulang kerumah. Sampai rumah,terdengar Zio tengah menangis. Baby berusia 9 bulan itu menangis. Marcell rasanya sangat kesal. Kepalanya mau pecah mendengar tangisan anak anaknya. Dita menenangkan Zio. Akhirnya Zio tenang dan berhenti menangis.

" Nindy emang kemana cell?"
" gak tau... Dia gak pernah pamit,ini tadi aku lagi meeting,malah dapet telpon dari gurunya Zia" Kata Marcell emosi
" udah...kamu tenang, anak anak udah pada tenang"
Marcell terus mencoba menghubungi Nindy.
" oh...iya sus... Kalau nanti malam,Zia demam,kasih pereda demamnya,tapi kalau besok masih demam, panggil dokter"
" iya...mba"
" cell,aku pulang dulu ya"
" sorry ya ngrepotin... Maaf banget"
" gak apa apa, selagi aku bisa"
Dita pamit pulang,dia pulang diantar supir marcell karena sudah malam. Tak lama setelah Dita pergi,Nindy pulang. Dengan santainya dia masuk rumah. Marcell menetapnya tajam.
" kok..sepi.. Anak anak udah tidur apa?" tanya Nindy
Marcell mengepalkan tangannya.
" dari mana kamu?" tanya marcell dengan nada keras
" biasa... Aku hangout"
" kenapa ponsel kamu bisa mati"
" Owh...sengaja... Biar bisa puas"
Tiba tiba Marcell menampar Nindy,lalu menarik Nindy ke kamar. Mereka bertengkar dikamar.

***
Bram berangkat ke kantor,dia sekarang lebih rajin berangkat ke kantor utama. Bram sudah memiliki beberapa bukti dari Nindy tentunya. Ketika Bram tengah berjalan bersama Damar,Marcel dan ayahnya menegur.
" Hai... Tumben banget rajin ke kantor utama sekarang" tegur Marcell
Bram hanya tersenyum sarkatis dan berjalan melewati Marcell dan Mr. Park.
"Damar... Cek jadwal Pak Marcell sama Mr. Park 1 minggu ke depan" perintah Bram santai tentunya setelah jauh dari Marcell.
" baik...tuan"
Bram keruangannya,dia memanggil sekertarisnya. Sarah datang dengan segera.
" kamu...cocokkan jadwal saya dengan Pak Marcell,tanpa terkecuali"
" tapi Pak..."
" kenapa?"
" apa ada pertemuan yang penting"
" ehm...mr.. Gerald meminta janji temu lagi"
" kirim email penolakan kerja sama ke Beliau"
" tapi... Apa Mr. Lee tahu"
Bram mendelik tajam ke Sarah. Sarah langsung mengangguk.
" baik...Pak... Saya akan lakukan perintah bapak"
" ok."
Sarah pamit keluar ruangan sambil menghela napas. Bram mengecek semua laporan secara terperinci yang sudah diperiksa oleh Dita sebelumnya. Bram tersenyum. Damar heran.
" Tuan kenapa senyum senyum memeriksa laporannya?"
" saya gak nyangka aja,istri saya seorang ahli akuntan... "
" nyonya memang penuh kejutan Tuan"
" ok... Kamu udah ketemu siapa Anonim itu"
Damar memeriksa ponselnya dan memberikan foto di ponselnya. Bram terkejut melihat foto yang tertera.

" Raihan?"
" Raden Putra Raihan Sastrawirawan seorang IT di pabrik Tuan"
" ok... Saya tahu,kamu antar berkas ini keruangan Dina"
" baik Tuan"
Damar membawa file berwarna biru itu. Sedangkan Bram mengetik sesuatu di ponselnya. Setelah itu Bram kembali fokus ke laptopnya. Ponselnya berdering dari Dita.
" iya sayang...kenapa? yaudah kamu ke kantor ya,biar di jemput supir ya, saranghae"
Bram meletakkan ponselnya. Telepon kantornya berbunyi.
" maaf...pak boss ada mba Raline"
" ngapain dia,saya gak ada janji temu"
" jadi bagaimana?"
" ya sudah suruh dia ke ruang meeting aja"
" baik Pak"
Bram heran,ada perihal apa Raline menemuinya. Dia tidak punya urusan apapun pasalnya. Bram keluar ruangannya berjalan menuju ruang meeting. Raline sudah duduk disana.
" kenapa?" tanya Bram langsung
" kamu gak kangen sama aku?"
" kangen? Why?"
" Ya ...kan udah lama kita gak ketemu"
" Raline...please... "
" ok...sorry"
" sebenarnya ada urusan apa?"
" Papi ngundang kamu buat main golf"
" kamu kan tahu saya gak suka main golf "
Tiba tiba Marcell masuk ke ruang meeting,mengejutkan Raline dan Bram.

" eh.. Sorry... Kirain gak ada orang" ujar Marcell " hai... Raline ... Long time no see"
" hai... " balas Raline
Mereka bahkan berpelukan. Bram memicingkan matanya.
" sampaikan ke Papi kamu saya menolak ajakannya"
" gimana kalau dinner"
" oh..my god... Raline please"
" aku ngundang kamu sama Dita kok,gak kamu aja...jangan khawatir"
Bram menghela napas.
" ok... Kapan? Kamu hubungi Dita aja"
Bram kemudian keluar dari ruangan. Dita baru keluar dari lift tersenyum. Namun senyumnya pudar ketika melihat Raline dibelakang Bram. Raline dengan santainya  menepuk pipi Bram.
" aku pulang ya" kata Raline
Raline berjalan ke arah Dita sambil tersenyum smirk. Dita hanya terdiam di tempatnya. Bram bingung. Raline melewati Dita.


*****
Aduh... Apa lagi ya...

Jalan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang