55. My Son

22 2 0
                                    

Di kantor Bram tengah membaca berbagai brosur sekolah internasional yang di rekomendasikan oleh Tania.
" Tuan... Tadi Tuan besar bertanya bagaimana usaha anda" kata Damar
Bram tidak menjawab. Ponselnya berdering dari Bi Mirah.
" apa? Yasudah hubungi dokternya,saya segera pulang bi"
" tapi... Tuan kecil mengigau memanggil nyonya"
" ok... Saya bawa Dita pulang"
Bram segera bergegas.
" Damar... Kamu jemput Dita,bilang Rai sakit, saya langsung pulang"
" baik tuan"
Damar mengangguk sambil tersenyum. Dia lega Bram selalu berubah lebih baik disaat ada Dita. Bram sampai dirumah. Memeluk putranya.

" gimana keadaannya dok?"
" tuan kecil demam,saya sudah beri penurun demam, kalau sampai besok masih demam,harus cek darah"
" sekarang saja"
" tidak bisa seperti itu,semua ada prosedurnya Tuan"
Bram mengusap pipi Rai.
" sepertinya... Tubuhnya belum terlalu bisa beradaptasi lagi dengan suhu indonesia yang panas"
" ini demam biasa kan?"
" semoga saja,tapi kalau sampai besok masih demam,harus kerumah sakit dan cek darah"
" ok..."
" saya permisi tuan"
Bi Mirah mengantar dokter,berpapasan dengan Dita. Dita langsung masuk ke dalam menemui Rai. Dita menyentuh pipi Rai.

" kenapa bisa demam?"
" dari kemarin dia gak mau makan,dia terus merengek bujuk saya supaya kamu mau tinggal disini"
" kenapa gak hubungi aku"
" saya rasa kamu sibuk dengan Asta dan kamu juga menolak kan tinggal sama kami"
Dita menunduk mencium Rai.
" Rai...ini Mama nak"
" Rai baru diberi obat sama dokter,dia bangun mungkin 1 jam lagi"
" ya sudah kamu ke kantor saja, biar aku yang tunggu Rai"
" kamu serius?"
Dita mengangguk.
" ok.. Thank you"
Bram kembali ke kantor. Dikantor pikirannya sangat tidak tenang. Setelah lunch dengan klien,Bram pulang kerumah. Dia masuk ke kamar,melihat Dita dan Rai tengah tertidur dengan posisi Rai di pangku oleh Dita.
" tidur kayak gini...bikin badan kamu sakit Dita" gumamnya sambil berusaha memindahkan Rai.
Namun Rai bergerak dan merengek. Sehingga Dita terbangun.
" Mas..."
" mau benerin posisi Rai,nanti badan kamu sakit"
Rai nampak merengek. Dita menggeleng.
" kamu udah makan?"
Dita menggeleng. Dia tidak sempat makan,karena Rai tidak mau turun dari gendongannya.
" sini biar saya yang gendong,kamu makan" kata Bram meraih Dita
Rai langsung menangis dan mencengkeram kuat baju Dita. Dita menggeleng.

" son...biar mama makan dulu,nanti mama sakit gimana?"
" Mama...mama..."
" gak bisa Mas"
Bram kemudian keluar kamar. Dan masuk kembali dengan membawa nampan berisi segelas air putih dan sepiring nasi dengan lauk.
" kamu makan ya"
Dita mengangguk,hendak mengambil sendok,tetapi Bram malah menyuapinya. Bram mengisyaratkan Dita menerima suapannya. Bram menyuapi Dita. Dita merasa canggung dengan keadaan seperti ini,karena posisi mereka bukan suami istri lagi. Setelah Dita selesai,Bram membawa keluar nampan itu.
Bram masuk ke kamar Rai sudah berganti pakaian.
" kamu gak pegel?"
Dita meringis. Bram mencoba pelan pelan melepas tangan Rai. Namun Rai masih kuat.
" coba kamu tidurin sambil peluk"
Dita pelan pelan menidurkan Rai. Sambil mengusap usap kepala Rai. Akhirnya tangan Rai terlepas,Dita mengganti dengan meletakkan guling. Badan Dita terasa pegal sekali.
" kalau kamu mau pulang biar diantar supir" kata Bram dingin
Dita terdiam.
" ehm...kalau Mas gak keberatan,aku boleh nginep sampai Rai sembuh"
" sebaik nya jangan kalau nanti kamu cuma kasih dia harapan"
" maksudnya mas"
" kamu tahu... Dia ingin kamu tinggal disini,sedangkan itu gak mungkin,status kita berbeda"
Dita terdiam.
" Yaudah...aku pulang,kalau Rai demam lagi,telpon aku ya mas,permisi"
" hmm"
Dita mencium kening Rai kemudian mengambil tas nya dan pulang dari rumah Bram. Sementara Bram merutuki ke angkuhannya.

****
Keesokan harinya keadaan Rai membaik,namun dia masih sedih. Bram bingung,dia menawarkan Rai mainan,namun Rai hanya minta Mama.
" Ayah... Mama mana?"
" son...Mama sibuk,Mama harus kerja"
" Mama...ayah..." teriak Rai
" Raiden Lee,diam...dengar kata Ayah... Sekarang kamu tidur,sudah malam" kata Bram dengan nada tinggi.
" Mama....." teriak Rai sambil menangis dan melempar semua mainannya
Bram membiarkan Rai menangis dan menutup pintu kamar Rai dengan kencang. Sehingga Rai semakin histeris. Perasaan Dita sangat tidak enak,dia sudah berada di depan rumah Bram,namun dia ragu. Ketika mendengar suara teriakan Rai,Dita langsung meminta masuk ke dalam.

Bram tengah di ruang tamu. Dia terkejut melihat kedatangan Dita. Dita segera ke kamar Rai dan membuka pintu kamar Rai.
" Rai" panggil Dita lembut
Rai langsung memeluk Dita.
" Mama... Dont leave me"
" No...im here love"
Dita memeluk sayang putranya itu. Bram memijat pelipisnya.
" Tuan... Sepertinya lebih baik Nyonya tinggal disini"
Bram menoleh dengan pandangan lesu.
" saya ke apartemen Bi"
" nanti kalau Tuan kecil..." Bi Mirah belum melanjutkan perkataan nya
Dita datang sambil menggendong Rai.
" Ayah... Rai...mau bobo sama Mama" pintanya
Bram melihat raut sedih Rai. Kemudian Bram mendekati Rai lalu menggendongnya.
" Maafin Ayah ya nak... Ayah bentak kamu"
" Rai bobo sama Mama sama ayah ya"
Dita hendak menyanggah.
" iya son... Apapun keinginan kamu... Ayah turuti"
" bener ayah?"
Bram mengangguk sambil mencubit pipi Rai.
" Rai...mau setiap hari bobo sama ayah sama Mama,Mama temani Rai,antar Rai sekolah,kayak anak anak lain"
" anak anak lain"
" iya... Di sekolah Mama,Rai lihat Mamanya antar sekolah,terus jemput sekolah,iya ya Ma"
Bram memeluk Rai. Inikah rasanya anak korban perceraian, Rai adalah anak yang sama sekali tidak dia ketahui keberadaan nya. Dia tiba tiba muncul dalam hidupnya. Dita sangat menyayanginya seperti anak kandungnya,meskipun akhirnya tahu,Rai anak dari kelakuan bejatnya. Sebenarnya dia malu terhadap Dita. Bram selalu membuat Dita kecewa. Bram terkejut ketika Dita memeluknya ,Dita memeluk Bram yang tengah menggendong Rai. Bi Mirah dan Dwi terharu melihatnya.

******
Ok...rujuk aja ya

Jalan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang