47. Keputusan

20 2 0
                                    

Dita memunggungi Bram, Dita sudah sadar dari beberapa menit yang lalu. Dita tidak ingin menatap Bram. Sebenarnya dia tahu dia hamil, setelah tamu bulanan nya tidak kunjung datang. Akhirnya dia mencoba cek,ternyata dia hamil, berniat memberi kejutan untuk Bram, namun malah dia yang diberi kejutan oleh keluarga Bram. Dita mencabut infusnya dan bangun, menepis tangan Bram yang hendak membantunya. Perlahan dia bangun dari ranjang,dengan badan yang lemah. Dia tidak mengindahkan mertuanya, dia hanya memanggil Raiden.
" Rai... Ayok.. Pulang nak" ajak Dita
Raiden langsung berlari ke arah Dita.
" Diantar Raihan ya nak" kata ibu
" gak perlu bu"
" Dita... Kalau mau pulang bilang,aku antar"
Kata bram sedikit tegas
Dita memjamkan matanya,menahan kepalanya yang masih sedikit pusing, mengumpulkan kekuatannya.
" ayah antar nak" kata ayah
Dita menggeleng,dia keluar ruangan dengan menggandeng Raiden. Diluar ruangan,dita bertemu Damar,dan memintanya mengantarkan pulang.

Diperjalanan pulang,Rai menatap mamanya.
" Mama...auh...Mama ... Sakit?"
" nyonya...apa nyonya baik baik saja?"
Dita hanya memejamkan matanya. Kemudian menarik Raiden kedalam pelukannya. Kekuatannya hanya di Raiden,bocah yang tidak bersalah. Sampai rumah Dita meminta Bi Mirah merapikan pakaian nya. Bi Mirah tidak banyak bertanya,dia hanya melaksanakan perintah majikannya. Setelah selesai, Dita pergi, namun dia membawa serta Raiden.
" Bi...nitip Mas Bram... " pamit Dita sambil terisak
" nyonya mau kemana?" tanya bi Mirah
Dita tidak menjawab. Dita keluar rumah dan sudah ada taxi online. Dia segera naik bersama  Raiden.
" Mama...kita mau jalan jalan ya"
Dita mengangguk.
" tapi...ayah...kok gak ikut"
" nanti..."
" owh...ayah...kerja ya"
Dita mengangguk.
" ke terminal ya Pak" kata Dita kepada supir taxi
" baik bu"
Sementara itu mobil Bram terparkir dirumah dengan sembarang, dia masuk kerumah dan memarahi Bi Mirah serta Dwi.
" kenapa kalian gak cegah,kenapa gak dari awal telepon saya" Omel Bram
Bram mencoba menghubungi Dita,namun di reject oleh Dita. Dan menghubungi jam tangan Raiden,namun terdengar di meja ruang tamu,Dita sengaja meninggalkannya. Bram kalang kabut, Dita pergi dengan kondisi hamil. Dia meninju tembok karena kesal. Bram segera keluar dengan mobilnya setelah mendapat notif dari ponselnya.
" terminal,ngapain dia,mau kemana dia"
Bram segera mengarahkan mobilnya menuju terminal.

Bram sampai di terminal,mencari keberadaan Dita. Mengerahkan seluruh anak buahnya untuk mencari Dita. Dita melihat Bram, raiden hendak memanggilnya namun di cegah oleh Dita.
" Rai...kita lagi main petak umpet sama ayah"
" gak... Mama,itu ayah nangis" ujar Rai membuat gaduh suasana,karena Rai memanggil Bram, dan anak buah Bram menemukan mereka. Dita lupa,anak ini sangat cerdas. Dita hanya membuang napas kasar ketika melihat Bram naik ke bus.
" ayah... " Panggil Rai
Bram langsung menghampiri mereka.
" kalian mau kemana ?"
" mama bilang kita jalan jalan"
Bram mengedarkan pandangannya ke penumpang lain.
" maaf ini istri sama anak saya" kata Bram sopan
" owh... Berantem to" ujar salah seorang penumpang
" ayo.. Pulang" ajak Bram
Bram segera meraih Rai ke dalam gendongannya dan menarik tangan Dita. Dita masih enggan.
" Ayo...pulang... " ajak Bram
Dita masih enggan berdiri,dia melipat kedua tangannya di dada dan masih memalingkan wajahnya dari Bram.
" apa kamu mau saya cium disini?" tantang Bram
Terdengar seruan dari penumpang bus. Wajah Dita blushing,lalu melotot ke arah Bram. Dita bangun dengan malas, berjalan mengikuti Bram.

Mereka sampai di mobil, Rai berada di pangkuan Bram. Bram meminta anak buahnya menyetir mobilnya.
" kamu gak akan pernah bisa pergi dari Bramantyo Lee " ujar Bram
Dita masih enggan menoleh ke arah Bram. Dia lelah. Dita heran ketika Bram membawanya ke sebuah apartemen. Dita hanya mengikuti Bram.
"Ayah...ini dimana?" tanya Rai
" rumah ayah... "
" rumah ayah?"
Bram membuka pintu, setelah anak buahnya membawa tas Dita ke dalam, anak buah Bram pamit. Rai berlari ke arah sofa,dia lompat lompat disana. Sedangkan Dita masih berdiam diri. Bram menggandeng tangan Dita dan mengajaknya masuk ke kamar.

Dikamar,Bram berlutut di hadapan Dita.
" maafin aku sayang,aku emang pria brengsek"
Dita masih diam.
" Jangan pergi, jangan bawa anak kita"
" kamu baik baik sama aku ternyata hanya karena menginginkan posisi CEO"
" sayang... "
" bilang...kalau tujuan kamu itu"
Bram terdiam,Dita kemudian bangun dan mengambil sesuatu di Kopernya. Menandatanganinya kemudian memberikan ke Bram.
" ini...ambil"
Mata Bram berbinar melihat surat kuasa di hadapannya. Dita mengetahui bahwa ini akan terjadi.
" kamu bisa sah kan di notaris"
Bram masih tidak percaya,Dita menyerahkan kuasa atas perusahaan kepada dirinya.
" masalah Dina,gampang, kami sudah cukup dari pabrik konveksi"
Dita memberikan lagi sebuah map.
" cerai" pekik Bram
" tanda tangan,aku udah tanda tangan surat kuasa itu,kamu juga tanda tangani,persetujuan cerai"
Bram terpaku.
" kalau kamu gak mau tanda tangani surat cerai,aku batalin surat kuasanya"
Bram bingung,salah satu sisi,dia sangat menginginkan kuasa atas perusahaan. Disitu sisi dia harus cerai dengan Dita.
Akhirnya Bram menandatangani surat cerai itu. Hati Dita hancur berkeping keping. Pria jahat akan tetap jahat,tidak akan bisa berubah menjadi baik,karena telah di silaukan harta.
" ok.. Aku pergi tanpa Raiden,dia anak kamu dan anak ini, kamu boleh ambil, saat dia lahir, karena dia penerus kamu" kata Dita tegas menahan tangisnya
Dita kemudian pergi menarik kopernya,dengan hati tercabik cabik. Dita melihat Raiden,air matanya luruh. Raiden menangis, Bram menahannya,supaya tidak ikut dengan Dita.

Dita keluar dari apartemen,keputusannya sudah bulat. Meskipun hatinya hancur, dia yang salah,terlalu percaya dan luruh dengan pria macam Bram. Dita mengelus perutnya,bahkan Bram tidak berkata apa apa untuk anaknya. Di dalam taxi air mata Dita pecah.
" ke Bandara ya Pak"
Supir taxi mengangguk. Dita hendak menghubungi ibu mertuanya,namun pesan di ponsel Dita membuatnya semakin hancur.

Suamiku
Urus saja anak itu, saya tidak butuh,ada Raiden. Terserah kamu mau besarkan atau gugurkan dia saya tidak peduli. Setelah sidang,kita resmi bercanda,jangan kembali dan menuntut apapun dari saya.

Ponsel Dita tergeletak,tiba tiba perutnya kram. Supir taxi bingung.
" bu...ibu kenapa?"
" bawa saya...kerumah sakit Pak"
" b..baik bu"
Supir taxi membawa Dita kerumah sakit terdekat. Sampai dirumah sakit, Dita tak sadarkan diri,setelah darah mengalir,membasahi celananya.


********
Yang mau marah dipersilakan

Jalan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang