26. Haruskah

34 4 0
                                    

Satu tahun yang lalu....

Dita tengah sibuk dengan pekerjaannya,ponselnya terus berdering. Dita memilih mengabaikan. Namun telepon kantor berbunyi dari keluarganya. Akhirnya dita menghubungi via ponsel. Dita pergi ke sudut kantor,supaya bisa berbicara dengan leluasa.
" apalagi ma? Dita sibuk,bukannya kemarin dita baru kirim uang ya,kenapa udah habis?"
" bukan..."
" hallo... Kamu anaknya... Cepat bayar hutang ibu kamu"
" apa? Hutang apa? "
" ibu kamu berhutang dan jaminannya rumah,kalau kamu gak bayar,rumah ini bakal kami sita"
" ya ampun... Berapa hutang ibu saya?"
" 50 juta plus bunganya jadi 100 juta"
" apa?"
" waktu kamu 1 minggu"
Sambungan terputus. Kepala dita sakit,entahlah dia harus bagaimana? Ibunya selalu bertindak tanpa berpikir semenjak ayahnya meninggal. Selama ini dita bekerja keras untuk dirinya dan keluarganya. Kali ini dia harus bagaimana? Mencari kemana? Dita kembali keruang kerjanya. Sore hari dia kerumah nindy meminta bantuan. Berharap nindy mau membantunya.

" waduh... Ta,besar banget ya, gimana ya?"
" gue harus gimana? Itu peninggalan ayah"
" yaelah.. Jual aja... Terus kalian cari rumah lagi,gimana?"
" gue gak mau sama mereka lagi,gue udah nyaman hidup sendiri"
"Terlalu besar gue gak bisa bantu"
" owh.. Ok... Maaf.. Kalau gitu gue balik ya"
Dita berpamitan. Ketika di depan dita berpapasan dengan marcell suami nindy dan pria berparas tampan dan hampir seperti marcell. Dita tersenyum. Kemudian dia naik taxi. Marcel masuk kedalam rumah.
" sayang" sapa marcell
" iya"
" itu dita ngapain? terus wajahnya lesu banget"
" biasa ulah mamanya, hutang ke rentenir,jaminan rumah"
" Emang berapa? Kamu gak bantu?"
" besar sayang,100 juta"
" terus nanti kalau dia gak bisa bayar gimana?"
" ya .. Rumahnya paling diambil"
" eh... Bram... Tumben kesini?"
Bram hanya tersenyum sedikit. Dita bingung dia harus bagaimana,ingin rasanya dia tidak peduli. Tetapi yang dia pikirkan adalah rumah,yang menyimpan banyak kenangan antara dita dan ayahnya. Dita duduk dibangku taman,dia menangis,menutupi wajahnya dengan telapak tangannya.

" wanita menangis di taman sendirian lagi,putus cinta" suara bariton terdengar tiba tiba
Dita menghapus air matanya. Sosok tampan,kharismatik,berwajah oriental,mengenakan setelan jas duduk disampingnya.
" maaf .. Siapa?" tanya dita sendu
Pria itu mengernyitkan dahinya. Dita benar benar tidak mengenal pria itu. Lebih baik dia pergi. Pria itu tersenyum kecut,diabaikan,baru kali ini dia diabaikan wanita. Dita menggeleng,melihat pria tampan itu. Dia segera kembali ke kosan nya. Keesokan harinya dita bekerja seperti biasa. Namun tiba tiba komputernya mati, servernya tidak mau menyala. Dita mengubungi bagian IT. Pria berwajah baby face datang,dita baru melihatnya. Pria itu memperbaiki komputer dita.
" agak lama mba,ke pantry aja dulu,takut gak nyaman" ujarnya
Karena memang hanya berdua di ruangan itu. Dita tersenyum,kemudian dia ke pantry untuk membuat kopi. Keluar dari pantry dia melihat beberapa atasan berjalan ke arah ruang produksi. Dita melihat big boss nya,yang dia tahu pemilik tempatnya bekerja pria keturunan korea,mereka menyebutnya Mr. Lee,Lee Jae in. Dita kembali diruangannya.
" ini minum,gimana? Udah beres"
" sedikit lagi mba,kayaknya kena virus"
" virus apa? Flu?" canda dita
Rayhan tersenyum.
" virus merah jambu" balasnya
Dita tertawa. Rayhan selesai memperbaiki komputer dita. Dita kembali bekerja.

Sore pulang kantor,dita berdiri menunggu angkot yang melewati kosnya. Rayhan menghampiri dengan motornya. Namun dita menolak,seseorang yang berada di mobil tersenyum.
" gak salah kan pilihan gue? Gimana?"
" iya.. Nunggu persetujuan ayah dulu,sekarang elo atur gimana caranya biar dia mau nikah sama gue"
" tenang aja, mamanya sekarang lagi butuh uang"
" bagus kalau begitu"
Mobil itu berlalu melewati dita. Dita naik angkot menuju kosan. Dia sudah tidak mau memikirkan masalah mamanya lagi. Ketika dita hendak beristirahat,ponselnya berdering. Dari mamanya,beliau meminta dita pulang. Dita mematikan ponselnya. Tak lama ada yang mengetuk pintu kosannya. Dita melangkah membuka pintu. Seorang kurir dari resto cepat saji memberikan paket,padahal dia tidak memesan.
" atas nama anindita kan?"
" iya mas,tapi saya gak pesan"
" pacarnya mba yang pesan tadi,permisi"
Dita bingung,siapa pacarnya,dia jomblo. Mantan pacarnya saja sudah jadi milik orang,karena perbedaan status sosial. Dita kemudian mengetuk pintu kosan sebelahnya.
Memberikan paket makanan itu. Dita kembali ke kamarnya,Untuk beristirahat.

*****
"Baiklah kalau memang dia sudah jadi pilihan kamu,bertanggung jawabnya dengan pilihan kamu"
" baik yah,Terimakasih,gamsahamnida "
Pria tampan itu sangat bahagia,ayahnya merestui pilihannya. Tinggal memastikan wanita itu menjadi miliknya. Dia yakin wanita itu bisa menjadi miliknya. Wanita yang bisa memberikannya keturunan yang baik, dia tidak peduli status sosial nya. Justru wanita dari kalangan biasa akan mudah di atur olehnya. Tidak akan banyak menuntut,dan pasti bisa menjadi istri yang baik. Karena dia melihat pernikahan sahabatnya sendiri,yang mencari istri dengan status sosial. Dia menginginkan istri seperti ibunya. Sementara itu,dita terkejut,ibunya bisa melunasi hutangnya pada rentenir.
" dari mana mama dapat uang sebanyak itu?"
" dari ... Nindy,dia yang kasih mama"
" nindy? Mama yakin?"
" iya..."
" gak tahu lah, kalau gitu,dita ke nindy dulu,mau bilang makasih"
Mama mengangguk. Dita keluar rumahnya,dia berjalan ke depan menuju jalan raya dari gang rumahnya.

Dita melihat anak perempuan berusia 4 tahun terjatuh dari sepeda nya. Dita menolong anak itu,karena dia menangis. Dita melihat lututnya berdarah. Kemudian dia membersihkan lukanya dan memberinya plester. Anak itu berhenti menangis. Dita tersenyum,anak itu kembali menaiki sepedanya.
" baik hati tuan,wanita langka jaman sekarang" ujar supir sekaligus asistannya
Pria itu mengangguk. Kemudian mereka melewati dita. Dita menunggu angkot untuk kerumah nindy. Ketika sampai disana,ternyata nindy sekeluarga tengah pergi. Dita terpaksa kembali. Dita pergi ke coffe shop yang tidak jauh dari rumah nindy. Dita mengantri untuk memesan. Ada yang menepuk bahunya.
" permisi mba... Boleh saya duluan?" tanya seorang wanita yang tengah hamil
" owh... Mbaknya duduk aja,biar saya yang pesenin"
" wah... Makasih lho mba"
"iya duduk disana saja"
Wanita hamil itu menurut,dita tersenyum.  Dibelakang dita seorang pria tampan tersenyum dengan tindakannya.

*******
Ok... Bucin kan...
Ketahuan yang bucin siapa kan

Jalan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang