28. Takdir

29 4 0
                                    

Bram berlutut di hadapan ayahnya. Dia memohon kepada ayahnya. Ibu hanya bisa menangis. Bram rela berlutut bahkan di hajar ayahnya demi bisa bersama dengan dita kembali.
" ayah... Gak ikut campur,itu permintaan dita sendiri"
" jebal" mohon bram
" memohonlah ke dita tyo, buatlah dia percaya lagi sama kamu" kata ibu
" dita... Menolak bu"
" kalau begitu memang dita sudah nyerah dengan sikap kamu"
Bram hanya menunduk,dia menyesal sekali,dia tidak menyangka dita akan bertindak seperti itu. Sementara dirumah sakit,asta menemani dita.
" kamu yakin dengan keputusan kamu dita"
Dita mengangguk. Dia sebenarnya tidak ingin berpisah,tapi dia tidak sanggup terbayang bayang oleh raline.

" semua karena raline?"
Dita menatap asta sendu.
" tyo... Punya hutang nyawa sama raline,mungkin itu alasan tyo gak bisa kalau harus benar benar jauh dari raline"
Dita tidak menyahut.
" kakak kerja dulu ya, tyo itu benar benar cinta sama kamu"
Asta keluar dari ruang rawat dita. Dita diruangan sendirian,dia tidak mengabari nindy,karena dilarang oleh ayah mertuanya. Tiba tiba dia kedatangan seorang tamu yang tidak pernah dia sangka.
" rayhan" pekik dita
" ternyata benar kamu"
" maksud kamu?"
" saya... Sedang jenguk bibi,terus diluar dokter menyebut nama kamu"
Dita hanya diam.
" kamu kenapa lagi? kayaknya sering keluar masuk rumah sakit"
Rayhan mendekat ke ranjang dita. Rayhan melihat ada memar di rahang dita. Dia menyipitkan matanya.
" dita..." panggil rayhan lirih
Kali pertama rayhan memanggil dita dengan namanya,biasanya akan ada embel embel,mba.

" semenjak kamu menikah,kamu selalu ada banyak memar di tubuh kamu, apa laki laki itu selalu kasar?"
" gak seperti yang kamu pikirkan"
" sudahlah... Akhiri saja dita,kamu juga harus bahagia"
Dita mengusap perutnya.
" kalau kamu takut anak itu tanpa ayah,saya bersedia jadi ayah anak kamu"
" jangan sembarangan kalau bicara,ayah anakku tetap bramantyo"
" kenapa ? Apa karena dia kaya raya,kamu rela di perlakukan seperti ini"
" bukan urusan kamu ray,makasih udah jenguk ,silakan keluar"
Dita tiduran,dia menarik selimutnya dan tidur miring membelakangi rayhan.
" ok... Semoga kamu cepat sembuh, kamu gak sendiri,saya siap jadi pundak cadangan kamu"
Rayhan kemudian keluar dari ruang rawat dita.

******
Dikantor bram tidak konsen karena masalahnya dengan dita. Perusahaan yang dia ambil alih,dimana dita pernah bekerja mengalami masalah penurunan produksi. Dalam rapat membahas masalah produksi yang mengalami penurunan karena mahalnya bahan baku dan mahalnya biaya pengiriman.
" kalau seperti ini terus kita bisa ada phk besar besaran pak" kata direktur keuangan
" produksi sangat bergantung pada bahan baku" kata direktur produksi
" ini sudah berlangsung selama 3 bulan ini pak,bagaimana?"
Bram menarik napas.
" hrd, seleksi karyawan yang banyak izin atau tidak masuk nya selama 3 bulan ini,dan hitung pesangon mereka sesuai tahun kerja mereka, sama keluarkan karyawan yang bekerja di bawah 1 tahun,tanpa terkecuali" kata bram membuat para pimpinan terkejut
" pak... Apa tidak ada jalan lain? Berarti kami juga?"
" sementara perusahaan mengadakan pemutih,sampai semua kembali normal,lakukan semua sesuai perintah saya" kata bram lalu keluar ruang meeting

Bram berjalan keruangan nya sambil melepas dasinya.
" maaf... Pak... Tadi ada telepon dari rumah sakit,bapak diminta datang secepatnya"
" dari jam berapa?"
" sekitar 30 menit yang lalu"
" apa?"
Bram memerintah damar untuk segera menyiapkan mobil. Damar segera menghubungi security untuk menyiapkan mobil bram. Mobil siap di lobby,bram dan damar segera menuju rumah sakit. Sampai disana ibu memanggil bram. Keluarganya ada di depan ruang operasi.
" dita kenapa bu?"
" kata suster,dita mengeluh sakit perut dan tiba tiba pendarahan" kata ibu
" terus dita gimana? Anak aku "
" kita tunggu kakakmu keluar dulu"
Kemudian asta keluar seorang diri. Wajahnya lesu,dia langsung memeluk bram dan menepuk punggung bram.
" yang... Sabar..."
" ada apa asta?" tanya ibu
" kenapa dita?"
" dita gak kenapa kenapa,tapi... Bayi kalian, dia meninggal"
Tubuh bram langsung merosot. Asta menguatkan bram. Bram menangis, anak yang dia nanti nanti meninggalkan nya.
Suster keluar,memberi tahu untuk janin nya segera di kuburkan.

" bangun tyo... Kamu harus urus pemakaman anak kamu"
Bram masih menangis. Damar segera menyiapkan segalanya,menghubungi art dirumah bram. Dita masih belum sadar,ibu menjaga dita dirumah sakit. Sedangkan bram dan ayahnya mengurus pemakaman anaknya. Bram berusaha kuat menggendong janin itu menuju pemakaman dekat rumahnya. Setelah bram mengadazani dan menguburkan,dia menangis sejadi jadinya.
" maafkan papa sayang, ini semua kesalahan papa"
Ayah menepuk pundak bram.
" ini semua takdir tyo"
" semua salah tyo yah"
" sudah... Ayo kita pulang sudah mau gelap"
Bram berdiri,ponselnya berdering dari ibu. Bram segera berjalan cepat menuju rumah sakit bersama damar. Ayahnya bersama supirnya.

****
Bram sampai dirumah sakit, dia keruang rawat dita. Bram langsung memeluk dita,dita menangis meraung raung.
" semua... Salah aku" isak dita
" gak... Sayang.. Bukan salah kamu..." kata bram menenangkan
" aku.. Egois... Aku... Gak pantas jadi ibu.. " kata dita sambil terisak
Bram memeluk erat dita. Dita menangis di pelukan bram. Dokter suster serta keluarga meninggal kan mereka berdua. Bram naik keranjang dita,memeluk dita. Dita terlelap karena tadi diberi suntikan penenang. Bram menciumi kening dita sambil menangis.
" maafin aku sayang"
Bram hendak bangun namun dita tiba tiba sudah bangun.
" kamu udah bangun sayang? Mau minum?"
Dita menggeleng,dia membenamkan wajahnya di dada bram. Bram memeluk dan mengusap punggung dita.
" maafin aku ya"
" gak... Dita... Aku yang salah,semua karena aku"
" aku... Gak bisa jaga anak kita"
"Sabar sayang,kita bisa mencobanya lagi"
Dita langsung menggigit dada bram,hingga bram terkejut dan kesakitan.

" ih... Kamu ya"
" lagian kamu... Coba... Emang apa?"
Bram kemudian bangun.
" mau kemana?"
" ke kamar mandi"
Dita mengangguk. Bram masuk kamar mandi. Sementara itu,dita menangis lirih,sambil mengusap perutnya. Di kamar mandi bram menangis,dia tidak mau terlihat menyedihkan di depan dita. Bram segera mencuci mukanya dan keluar. Dita segera menghapus air matanya. Bram tersenyum ke dita,dia duduk diranjang kemudian mencium bibir dita. Dita memukul dada bidang suaminya itu.
" besok kamu udah boleh pulang"
" tapi kerumah lama kita ya,aku gak mau rumah baru "
" iya... Udah aku jual lagi kok"
Dita tersenyum. Dokter dan suster masuk bersama asta. Dokter memeriksa dita.
" besok sore sudah bisa pulang ya bu dita, istirahat dan pak bram tahan dulu ya" kata dokter
Bram dan dita terkekeh.
" kalian masih muda,tenang aja... Pasti dikasih lagi" kata dokter
Dokter dan suster keluar ruangan dita. Asta masih di antara bram dan dita. Asta menepuk pundak bram. Memberi semangat kepada adiknya itu.

******
Adik kakak sudah akur ya...

Jalan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang